16

21 1 0
                                    

Istirahat pertama sedang berlangsung. Kali ini, Rhea dan yang lainnya tidak ke kantin, karena ada tugas yang harus diselesaikan.
"Kira-kira, dengan taman sekecil ini, kita pakai tema apa ya?" tugas geografi yang sebelumnya sudah direncanakan, kini mereka tengah memulainya. Seperti angkatan sebelumnya, Rhea dan yang lainnya, diminta untuk mengubah atau merawat taman yang ada di sekolahnya.
"Apa aja lah, yang penting bagus."
"Kalau itu mah ngga jadi-jadi." mereka berdiskusi tentang taman yang akan dibuat. Walaupun kelas mereka itu under-dog, tapi kalau masalah kerja sama, mereka patut diacungi jempol. "Ok, berarti gitu aja ya, nanti pulang sekolah, kita kumpul di rumahnya Anjani, kita minta bambu, buat pagar tamannya."
"Semuanya Rhe?"
"Berapa anak si?"
"Lima belasan kayaknya ada."
"Bagi dua lagi ya, yang cowok ngurusin pagar, yang cewek buat pot tanaman."
"Mau pakai pot Rhe?"
"Eh ngga ya?" Rhea berpikir sejenak. "Ya sudah, yang cewek nyiapin rujak."
"Bagus. Setuju."

----------------------------------------------------------------

Siang ini, sepulang sekolah, sebelas IPS satu berkumpul di rumah Rinjani. Mereka kerja kelompok untuk tugasnya. Mereka melaksanakan tugasnya, sesuai dengan rencana pagi tadi.
"Hello every body, gue bawa salak nih," Kali ini Syiqa ikut membantu, walaupun dia anggota kelompok dalam. "Daerah gue lagi panen salak."
"Bagus, lo kok baik hati sekali si."
"Ya dong, Syiqa gitu."
"Sini-sini, salaknya bawa sini."
"Ish, gue kan lagi muqodimah, Rhe." Syiqa kesal, lagi-lagi 'muqodimahnya' dipotong.
"Hahaha, kamu muqodimahnya bakalan panjang, kasihan anak cowok. Sini loh, bantuin ngulek."
"Ya udah, mumpung gue lagi baik hati, sini." Syiqa memasukkan cabai dua puluh biji ke dalam cobek.
"Syiqaaa!!!!!!!" semua kompak menyeru namanya.
"Ish kalian, kayak paduan suara aja," dia mulai mengulek cabenya satu per satu. "Katanya disuruh bantuin."
"Tapi kita ngga mau sakit perut, Syiqa!"
"Noh, bareng lagi." Syiqa terkekeh mendengarnya. "Iya deh, gue kurangin cabainya."
Rhea merasa bahagia sore itu, ternyata dugaannya salah. Kerja sama mereka begitu apik.
"Rhe." Syiqa menghampiri Rhea yang tengah memberi arahan pada yang lainnya.
"Apaan?" pandangan Syiqa tertuju pada seorang yang baru saja datang itu, Rhea merespon dengan cepat, dengan melihat ke arah yang sama dengan Syiqa. "Ooh, bisa nemuin sendiri?" Syiqa menggelengkan kepalanya. "Sorry ada apa ya?"
"Gue bisa ngobrol sama Syiqa sebentar ngga?"
"Sorry, kita lagi ada tugas kelompok nih."
"Ngga bisa ya?" Rhea melihat ke arah Syiqa yang sedang tertunduk.
"Sorry bro, tugas kita belum kelar. Kalau lo ada urusan sama salah satu dari kita, tunggu sampai kelar." Danang dengan tegas berkata seperti itu.
"Lo pulang aja deh, Dit. Ngga ada harapan lo disini." tambah Rhea.
Dita pergi meninggalkan Syiqa dan yang lainnya.
"Pacar lo Qa?"
"Bukan Nang."

Terkadang luka membuat kita tidak mau mengakui adanya perasaan, yang dulu pernah mekar di dalam dada.

RASA (Ternyata Bukan Mereka, Tapi Kalian) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang