#1 Dia Alsava

40 8 0
                                    

Pagi ini, hening mendominasi suasana meja makan. Walaupun sebenarnya pada hari biasa juga tidak banyak percakapan diantara mereka, namun entah mengapa ada yang membedakan pada pagi ini. Ada sedikit ketegangan dan entahlah, aneh.

Sedari tadi, Alsava juga tak hentinya mendapat lirikan tajam dari sang Mami. Begitu pula dengan yang dilakukan Violita, kakak perempuan Alsava, yang menatapnya dengan senyuman 'iblis' .

Akhirnya Mami memecah keheningan dengan bertanya, "Alsa, benar kamu mau segera melangsungkan perjodohan itu?" Tanya-nya dengan senyum tercetak jelas diatas bibir merahnya.

Alsava hanya mengangguk sebagai jawaban. Masih dengan tenang menikmati sup kentang favoritnya.

Dapat dilihat dari sudut matanya, Vio dan Mami kini tengah tersenyum senang.

inikan yang kalian mau?

Setelah menghabiskan sarapannya, Alsava segera bergegas membawa tasnya pergi, "Alsa duluan" ujarnya lalu pergi meninggalkan meja makan.

Saat keluarpun bukan garasi yang ia tuju. Gadis itu berjalan langsung kearah gerbang rumahnya. Terdengar Pak Nar yang menyapanya ramah.

Berjalan menyusuri setiap sudut perumahan, hingga sampai pada tujuannya, halte di depan perumahan.

Seperti biasa, saat melihat mobil berwarna kuning itu melaju kearahnya, segera ia hentikan.

Sekolah. Tidak ada yang perlu ia unggulkan di atas bangunan ini. Alsava termasuk gadis yang pendiam tapi banyak yang mengenalnya karena parasnya yang ayu. Gadis ini juga tidak pernah mengambil ekstrakulikuler setelah kelas X awal.

Gadis cantik itu melangkahkan kakinya diantara koridor kelas XI IPA dan memasuki salah satu ruangannya, XI IPA 3. Didalam sana terlihat sahabatnya, Sia, tengah berkutat dengan tugas fisikanya.

"Nahh, Als pinjem buku tugasnya dong. Mau tengok bentar" kata Sia tanpa menatap.

Alsa menggedikkan bahunya dan memberikan buku tugasnya.

"Oh iya, Al, nanti anterin ke lapangan ya. Mau nontonin suami gue" ucap Sia yang tak dibalas oleh Alsa.

"Dih, malah dengerin musik" gumamnya saat melihat Alsa yang tengah tidur dengan headset ditelinganya.

////

Setelah mendengar bel istirahat berbunyi, Sia segera menyeret tangan sahabatnya kearah lapangan indoor di belakang sekolah. Sebelum Alsava marah, sampai sana Sia menyodorkan sebungkus roti dan susu putih.

"Nih, nanti kelaperan kan kasihan wkwk" ujar Sia dengan kekehannya. Alsa mendegus pelan lalu memakannya tanpa mau melihat lapangan. Obyek yang sedari tadi dilihat oleh sahabatnya.

"Rio!!" Teriak Sia tepat saat para pemain futsal tengah beristirahat. Yang diteriakipun tersenyum dan menghampiri.

"Norak Si, Norak iuh" ejek Alsa yang mendapat jitakan kecil dari tangan Sia.

"Hai sayang?" Sapa seseorang, siapa lagi kalau bukan Victorio Abraham, anggota futsal yang famousnya minta ampun, sekaligus pacar dari seorang Thalita Siara.

"Udah kan? Aku pergi aja deh Si" ujar Alsa tak enak.

"Eh, jangan dong. Gue bawa temen nih buat lo" kata Rio yang menunjuk seseorang dibelakangnya.

"Udah yaa, kita mojok duls" ujar Sia dengan nada mengejek . Alsa mendegus kesal dengan tingkah sahabatnya itu.

Sedangkan beberapa menit setelah pasangan itu pergi, suasana hening terus menyelimuti Alsa dan lelaki didepannya. Jujur saja, Alsa tak kenal dengan lelaki ini. Hanya sering melihatnya berada di barisan inti pemain futsal sekolah. Terkadang Sia yang menjelaskan setiap anggota futsalpun dihiraukan oleh Alsa, tidak penting menurutnya.

Lelaki itu tampak sibuk dengan ponselnya, sedangkan Alsa masih asik menatap kerumunan tim basket di lapangan indoor sebelah.

"Ada siapa?" Tanya lelaki didepannya. Saat memergoki Alsava yang menatap lapangan basket.

"Apanya?"

"Nggak jadi" kemudian hening menyelimuti suasana diantara Alsava dan Davin.

"Ikut nggak?" Tanya Davin pada Alsa yang dibalas kernyitan didahi.

"Kemana?"

"Bawah, mau ambil tas. Gue rasa temen lo nggak bakal balik sih" ucap Davin tanpa ekspresi.

"Heh? Eh engga. Gue mau balik kelas aja langsung" jawab Alsa lalu beranjak dari bangku tribun.

Sebelum itu, Davin telah menariknya paksa kearah loker. Alsava hampir terjerembab karena tarikan Davin yang terlalu tiba-tiba.

"Ngapain sih?!" Jerit Alsava tertahan. Davin melepas tangannya yang berada di pergelangan Alsava.

"Gue cuma DISURUH!" Tekan Davin pada kata 'disuruh'

Alsava mematung saat mendengar Davin sedikit membentaknya.
Sampai pada akhirnya Alsava sampai di depan kelas dengan Davin yang berlalu pergi meninggalkannya.

"Nggak ikhlas" gumam Alsa lalu masuk kekelas dengan perasaan marah.

---

TO BE CONTINUE

Kalau ada typo tandain yaa, biar bisa direvisi langsung. Khopkun🙏💛

-el

ESPERERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang