#2 Dia?

22 8 0
                                    

Seperti malam minggu biasanya, malam ini Alsava masih berkutat dengan novelnya yang belum usai. Dengan wafel buatannya disisi kanan dan susu putih tepat disebelahnya.

Tok..tok..

Dan yang satu ini, untuk keberapakalinya ketukan pintu ia abaikan begitu saja. Siapa lagi kalau bukan Sang Mami rempong yang selalu mengganggunya.

"Alsa, buka pintunya." Suara yang berbeda terdengar dari arah luar pintu. Sang Papa yang kini memanggilnya. Dengan sedikit kesal gadis itu membuka pintu kamarnya.

"Yaampun, berapa kali Mamimu mengetuk pintu, Al" keluh Papa saat melihat Alsava keluar.

"Ada apa sih?" Tanya Alsa

"Rapikan pakaianmu. Ada tamu yang mau Papa kenalkan" ujar sang papa dengan wajah serius. Jujur saja Alsava kesal melihat Mami rempongnya yang tengah tersenyum senang disamping Papa.

"Males ah. Kasih tau aja nama lengkap Alsa sama umur Alsa. Atau kalau mau biodata Alsa sekalian. Kalau papa ingat" ketus Alsa lalu menutup pintu kamarnya.

"Kamu yang bilang mau dijodohkan. Kenapa malah seperti ini?!" Teriak papa dari luar pintu.

"5 menit!" Balas Alsava final. Sampai akhirnya ia mengganti piyamanya dengan dress biasa.Tidak terlalu mencolok lah.

Keluar dari kamarnya, Alsa langsung menghampiri Papa di meja makan. Ternyata mereka tengah makan malam.

"Nah, ini dia anak saya. Sini Al!" Ujar sang Papa. Alsava mengangguk lalu duduk diantara papa dan Maminya.

"Owh, ini yang namanya Alsava. Cantik ya Yah, aku kira tadi adik yang ini hehe cantik semua soalnya" ucap wanita paruhbaya yang melirik Kak Vio.

Bukan sampai disitu, Alsava juga melirik kakak perempuannya itu selalu mencuri pandang pada pemuda didepannya. Yang mungkin ku tebak, lelaki yang akan dijodohkan denganku. Haha sorry nona cantik, dia akan menjadi milikku!

Sebenarnya Alsava tidak tertarik dengan perjodohan ini. Yang ada diotaknya hanya sebuah keterpaksaan. Namun, melihat kakaknya menyukai lelaki itu sepertinya Alsava akan menikmati perjodohan ini juga.

"Kenalin Al, itu David. Lelaki yang akan menjadi menantu papa nanti" ucap Papa dengan kekehan diakhir kata. Semua yang berada disitu juga ikut tertawa mendengar penuturan papa. Kecuali Alsa dan David.

"Bisa saja kamu Yan. Haha aku juga senang kita bisa besanan" ujar om Dio, papa David.

Dua jam sudah mereka habiskan untuk berbincang mengenai perjodohan Alsava dan David. Semuanya telah setuju dan berakhir dengan keluarga om Dio yang berpamitan pulang.

"Pah, pah kenapa kakaknya David ngga dijodohin sama aku sih?" Keluh Kak Vio dengan nada manjanya.

Mampus! Pengen kan lo sama yang bening gitu! Batin Alsava senang.

"Heh, kamu ada ada aja Vio" balas papa yang kemudian berlalu pergi.

"Ngimpi dulu gih" ujarku dengan kekehan mengejek diakhir kata.

Biarkan saja kakaknya itu semakin dendam. Toh setelah ini Alsa juga akan jarang bertemu. Eh, bahkan Alsava memang tak ingin bertemu lagi.

///

"Dek, mau kemana?" Tanya bundanya saat David terlihat rapi menuruni tangga.

"Eh? Mau keluar bentar Bun. Gimana?" Ujar David yang kemudian menghampiri sang bunda.

"Kalau Malam ini David ikut bunda mau?" Tanya bundanya lagi, David justru bingung dengan pertanyaan bundanya. Jarang sekali bundanya ini mengajaknya pergi.

"Mau ke rumah temen bunda Dav. Ikut yaa??" Kata bundanya lagi. Setelah itu, David juga melihat Ayahnya berpakaian rapih dan menghampirinya. Otaknya langsung tertuju pada perjodohan yang kemarin ayahnya katakan.

"Perjodohan itu ya? Hahah kenapa nggak abang aja? Kenapa adek terus? Kenapa bun? KENAPA YAH?!" ucap David dengan penekanan diakhir kalimatnya. Terdengar sedikit membentak memang. Namun, entah kenapa amarah David kembali muncul mengingat ketidakadilan ini.

"Dek, kali ini aja ya? Bunda cuma minta ini ke kamu." Senyum miring David mengembang mendengar penuturan bundanya.

"Bun, David nggak pernah kan ngebangkang kata-kata bunda. Coba bunda lihat Abang sekali aja. Kenapa dia selalu bebas? Kenapa selalu abang?" Tanya David masih dengan tatapan kosong mengarah ke bundanya.

"Dav --" sebelum ayahnya mengatakan sesuatu, David lebih dulu menyelanya.

"David ikut," ujarnya lalu pergi ke arah dapur mengambil sesuatu yang dapat ia minum.

Dilain sisi, Seseorang tak sengaja mendengar keributan dari arah bawah. Ia terdiam saat tau penolakannya kemarin akan berdampak pada adiknya.

Adik laki-laki sekaligus kembarannya. Kelahiran mereka hanya berbeda 5menit dan wajah mereka yang tidak ada kesamaan membuat keduanya sama sekali tak dikenal sebagai kakak beradik 'kembar'.

Lelaki itu mendegus kesal. Ia hanya menolak, bukan berarti ia menyuruh kedua orangtuanya untuk menjodohkan gadis itu pada adiknya.

Ia menyesal mengingat kebodohannya kali ini yang kembali membuatnya berjauhan dengan David.

"Gue harus apa dav?" Ucapnya lirih dan kembali masuk kekamarnya, mengingat gadis kecilnya tengah bermain disana.

///

Minggu pagi ini, Alsava ada janji dengan Sia untuk lari bareng di lapangan kota. Entah dapat angin darimana yang Alsa tau, sahabatnya itu nggak pernah mau berolahraga. Pemanasan aja udah ngeluh!

Dengan sedikit paksaan akhirnya Alsa mau menemani sahabat satu-satunya itu. Dugaan pertama Alsa ada pada pacar Sia. Pasti cowok itu ada dilapangan. Dugaan kedua, sahabatnya itu menghindar dari omelan ibunya yang selalu menyuruhnya bekerja di hari minggu.

Setelah memakai pakaian olahraga, Alsava bergegas ke garasi untuk mengambil sepeda gunung miliknya. Hanya satu benda ini yang mau Alsa gunakan. Karena menurutnya sepeda hitam itu dibeli dari uang tabungannya. Tanpa campur tangan sang Papa, karena uang itu tabungan dari Mamanya dulu.

Tanpa ragu, gadis itu mengayuh pedal dengan sedikit cepat. Jarak antara rumahnya dan lapangan kota sebenarnya sangat jauh, entah kenapa Alsava ingin mengenakan sepeda lamanya untuk kesana.

Saat diperempatan jalan, tak sengaja mata Alsava melihat David, orang yang tadi malam berada di rumahnya, tengah menikmati bubur ayam dengan seorang perempuan.
Walaupun tak ada rasa, Entah kenapa Alsava sangat tidak nyaman melihat pemandangan didepannya.

TO BE CONTINUE

enjoy guys! Belum niat panjangin cerita hehe. Comment kuy biar tambah semangat🥰

Jangan lupa tandain typonya yaa, khopkun🙏

-el


ESPERERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang