#9 Berharap?

25 7 0
                                    

Hai?

Mungkin bab kemarin agak aneh ya ceritanya? Emang sih wkwk.

Aku harap kalian suka sama part ini. Akan sedikit menjawab beberapa kejanggalan di part sebelumnya. Makaciwwhh

Yuk votenya❤️

Enjoy this chapter guys!

"Nggak semua orang paham sama apa yang kita lakukan. Sebelum ada penyesalan, Just do it!"

- Reando David

Alsava terdiam cukup lama ditempat duduknya. Apa rumah mewah ini selalu seperti ini?

Melihat Tante Okta yang memasuki kamar. Alsava lalu melirik anak kecil yang sedari tadi diam itu. Dibenak Alsa, ia merasa iba pada gadis kecil itu. Apakah ia sering melihat pertengkaran seperti tadi diusianya yang masih kecil?

Alsava memang tak terlalu dekat dengan anak kecil. Selain karena sikap cueknya, gadis itu juga tak pernah mempunyai saudara, atau lebih tepatnya ia tak tau siapa saja saudara sepupunya ataupun keponakannya yang masih kecil. Yang ia tahu hanya ayahnya memiliki seorang adik perempuan dan untuk mama ataupun maminya, gadis itu tak pernah diberi tahu.

Dira yang sedari tadi merasa ditatap justru menutup wajahnya dengan boneka teddynya.
Anak itu sedikit ketakutan dengan siapapun yang asing menurutnya.

"Hai?" Sapa Alsava pelan. Namun, masih belum diterima baik oleh Dira. Gadis itu bahkan sedikit menjauh saat tau Alsa mendekatinya.

"Jangan takut. Kenalin, nama kakak Alsa." Alsava mengulurkan tangan kanannya didepan Dira.

"Dira takut ya? Yaudah nggak papa. Kakak boleh tanya kamar dira yang mana?"

Nadira menunjuk kamarnya yang berada dilantai atas. Dibalik wajah yang tertutup penuh boneka Teddybear besar itu, sebenarnya Nadira mengintip. Namun, tak disadari oleh Alsava.

"Nadira mau antar kakak kesana?" Tanya Alsava menunjuk kamar disebelah kamar Nadira.

"Ii--i-itu kamar abang" lirihnya.

"Eh? Kamar kakak yang mana dong?"

Nadira tak lagi menjawab. Gadis kecil itu menarik pergelangan tangan Alsava untuk mengikutinya.

Sampailah mereka di depan salahsatu pintu bercat coklat. Nadira membukanya perlahan dan langsung menampilkan kasur besar dengan lemari putih yang lumayan tertata.

"Kakak tidur di Nadira. Ini kotor" ujarnya dan menutup kembali kamar itu. Namun, pergerakannya tertahan oleh tangan kokoh seseorang.

"Nadira ngapain ajak kakak kesini? Kan barangnya di kamar abang"

Alsava melotot, ternyata pernyataan tadi benar. Pantas aja David bentak tante Okta tadi, batinnya.

"Abang pulang. Kakak sama Nadira!"

"Dira mau apa? Abang kasih nanti" ucap Davin sembari berlutut untuk mensejajarkan tingginya. Davin sangat anti kalau harus berurusan dengan Nadira. Dia juga sebenarnya tak menyukai anak kecil. Ia hanya mencoba untuk suka. Apalagi Ayahnya, Dio, tak pernah mau putri bungsunya itu terluka sedikitpun.

Nadira menggeleng lalu melenggang pergi meninggalkan Davin sendiri. Anak kecil itu masih menarik lengan Alsava hingga mereka masuk kedalam kamar bernuansa pink milik Nadira.

"Terimakasih" ucap Alsava pada gadis kecil yang kini tertidur di atas ranjang.

"Kamu nggak mau ngomong sama kakak?"

ESPERERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang