#6 Problem

22 7 1
                                    

Sorry, updatenya lama banget. Ini aja entah dapet engga feelnya idk.

Btw, semangat puasanya besok!
Boleh nih dibaca pas sahur.
Bcs, kata-katanya agak kasar mungkin
Yaaaaa standart lah

Enjoy this chapter!

21.54

David mulai kesal ditempatnya. Lelaki dengan stik game di tangannya itu sedang bermain playstation di ruang tengah bersama dengan Dira yang diam diujung sofa.

Malam ini, bunda dan ayahnya harus menghadiri pesta pernikahan di daerah tanggerang dan kemungkinan besar menginap disana untuk satu malam.

David yang diamanahi menjaga sang adik sedikit kesulitan dan merasa canggung. Pasalnya, Nadira adiknya, tak pernah sekalipun bermain bersamanya. David yang terkesan cuek dan sering membentak dihadapan Dira membuat gadis kecil itu ketakutan setiap saat berdekatan dengannya.

"Dir, makan ya?" Tanya David yang tak mendapat jawaban dari Dira.

Gadis kecil itu masih fokus pada televisi yang menampilkan permainan David tadi. Lelaki itu mulai mendekati sang adik yang tengah memeluk boneka bear-nya yang besar.

"sana. Sanaa" gumam Dira. Menyuruh david menjauh.

David menghela napas berat, lelaki itu tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya sekarang. Karena sedari tadi sore adiknya itu tak mau memakan nasi yang telah ia siapkan.

"Dir, abang salah apa sih?"

Belum ada jawaban dari bibir mungil Nadira. Gadis itu kini melamun. Entah memikirkan apa. Sampai suara pintu terbuka membuat kedua kakak beradik itu menoleh.

Didepan sana terlihat abang pertamanya, Davin Pradipa, berjalan kearah mereka dengan langkah tertatih.

Luka diseluruh wajahnya, dan seragam sekolah yang acak-acakan. Persis seperti berandal.

David terkejut melihatnya. Pasalnya belum pernah David melihat abangnya mau menampilkan wajah babak belurnya ke dalam rumah. Lelaki itu selalu berusaha menampilkan sikap baiknya dihadapan ayah bunda. Padahal David sendiri sudah tau dari awal, Davin yang diam dan pintar sebenarnya tak seperti apa yang orangtuanya fikirkan.

"Lo gila?!" Bentak David yang membuat Dira terkejut.

"Kenapa? Lo pengen dilihat baik kan?" Ucap Davin remeh, "panggil bunda, biar sekarang gue yang buruk dimata mereka!" Bentaknya.

David hanya tersenyum miring, tangannya menuntun Dira untuk mendekat. Ia tak mau adiknya melihat keadaan kakak kesayangannya itu mengenaskan. Biarkan image Davin tetap baik dimata Dira. Gadis itu masih terlalu kecil untuk memahami.

"Lo salah waktu untuk itu, bunda pergi."

"Yang lo lakuin malah ngelukain Nadira, Vin. Lo bodoh kali ini"

Setelah mengatakannya, David pergi kekamar dengan menggendong Dira dan boneka teddybearnya.

Nadira menangis. David dapat merasakannya saat kepala adiknya bersandar dibahunya.

Ia berusaha menenangkan adik kecilnya itu dengan mengusap pelan rambutnya. David tak habis fikir dengan tingkah abangnya yang aneh. Lelaki itu selalu menampilkan penampilan baiknya di rumah, tetapi kenapa sekarang ia berani membawa lukanya?

David membawa Dira keatas ranjangnya. Gadis itu masih setia memeluk teddybearnya. David tersenyum singkat.

Diucapnya kepala Dira, "abang ada urusan. Dira tidur dulu ya?" Gadis itu mengangguk dan terpejam. David tau adiknya tak mau berlama-lama dengannya.

ESPERERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang