Dear Natta 11 : Ternyata Patah Hati

61 5 0
                                    

Semoga suka. Enjoy! Jangan lupa berkenalan ❤

Lagi dan lagi, gue yang hancur! - Natta.

—000—

Banyak rasa yang tidak bisa Natta jelaskan sekarang. Senang, patah, bahagia, kecewa, hancur dan sebagainya. Natta mendudukan dirinya di sofa besar dekat balkon kamarnya. Ditemani mentari pagi yang hangat, tapi tidak mempengaruhi dinginnya kondisi hati Natta.

Pintu kamar bercat putih terbuka, menampakan Ibu yang datang dengan membawa nampan yang berisi sarapan diatasnya. Untuk Natta. Ibu menaruhnya diatas meja nakas, lalu menghampiri putra bungsunya.

“Anak Ibu, enggak pergi ke Sekolah?” ucap Ibu, tangannya bergerak mengelus kepala cowok itu dengan sayang. Sebisa mungkin, Natta terlihat biasa saja didepan Ibunya sendiri.

Perasaan Natta campur aduk, rasanya pria itu ingin berteriak untuk menangis dan mencurahkan semua kepada Ibunya yang selama ini selalu menjadi tempatnya berkeluh kesah.

Natta terpejam, nafasnya tersenggal. Seperti menahan sesuatu untuk tidak merembes keluar.

Sekuat apapun seorang pria, cowok, laki-laki. Ada masanya dia akan menangis hebat, saat seseorang melukai perasaan tulusnya. Tidak semua laki-laki buaya, masih banyak yang baik dan tulus. Tergantung pilihan hatinya, untuk baik atau buruk menurut sifat dan sikap yang dirinya kendalikan.

Natta melihat kearah Ibunya, “Natta absen dulu Bu, lagi gak enak badan. Pusing.” kata Natta pelan. Berusaha untuk terlihat baik-baik aja itu, gak enak, sulit.

Seorang Ibu pasti sangat mengerti kondisi anaknya, Ibunya tahu bahwa Natta memang tidak sakit apa-apa. Tapi beliau hanya tersenyum lembut, tidak bertanya lebih jauh. Ibunya membiasakan memberikan ruang untuk anak-anak sendiri menyelesaikan masalahnya. Dia hanya akan membantu sedikit, dengan mendengar keluhan-keluhannya lalu memberikan saran yang tepat.

Dinda lagi-lagi mengelus rambut tebal Natta pelan, “Yaudah gapapa. Biar nanti Ibu yang bilang sama Om Akhsan ya, bahwa kamu absen hari ini. Supaya tidak alfa.”

Natta menggeleng, “Gak perlu Bu. Natta udah izin kok, sama temen-temen.” Natta menjelaskan, Ibunya mengangguk mengerti.

“Yaudah Ibu turun ya sayang..”

“Jangan lupa istirahat dan dimakan sarapannya.” Ibu mencium puncak kepala Natta dengan sayang, kemudian pergi dari kamar bernuansa gelap itu meninggalkan Natta sendirian yang masih duduk didepan balkon kamarnya.

Natta bangkit dari duduknya, lalu naik keatas kasur king size miliknya. Natta memandangi langit-langit kamarnya, sembari terus-terusan menghela nafas panjang.

Huh!

Kalo ini beneran ‘takdir’. Gue akan ngerasa takdir itu gak adil banget sama gue. Kenapa kebahagiaan gue cuma sekejap, setelah gue lama banget buat nunggu? Tiba-tiba hilang, direnggut lagi?!- Natta membatin, tidak terima.

Ponsel hitamnya, berdering nyaring. Penggalan lagu milik girlband Cherrybell yang energik, memenuhi seluruh sudut kamarnya. Ada telepon masuk.

Natta mendengus, ini ulah Billy sahabatnya yang satu itu sangat suka mengotak-atik ponsel miliknya. Saat Natta lengah, atau pergi ke toilet pasti manusia yang satu itu berulah. Dengan mengangganti nada dering ponselnya, mengubah foto profile WA Natta dengan foto Billy sendiri, yang menurutnya ganteng. Dan membuat snap-snap aneh tentang fotonya sendiri, di ponsel Natta atau Ray. Karena Billy tau password ponsel itu, sejauh apapun Natta menyembunyikan ponselnya Billy akan sangat mudah menebaknya. Tiba-tiba tangan usilnya sudah asik memegang benda pipih itu sembari tertawa sendiri, tanpa ada muka bersalah ataupun meminta maaf.

DEAR NATTA : The First & True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang