Dear Natta 25 : Peran Sahabat II

41 3 0
                                    

Sibuk merangkai kejadian-kejadian masa silam, diharapkan mampu membenahkan pengharapan-pengharapan kecil yang terbilang baik untuk kelangsungan hidup hati miliknya. Adalah Insan yang kerap kali memendam perasaan dan terjebak oleh hatinya sendiri.

000—

Turunnya, hati-hati!” ucap Natta, memerintah gadis yang duduk tepat dibelakang tubuhnya.

Fradylla mengangguk, kemudian turun dengan memegang kedua bahu tegap yang kerap kali digunakannya sebagai sandaran kepala.

Gadis bermata sayu mengakui, sejauh ini hanya bahu Natta yang terasa nyaman dan menenangkan untuk digunakan sebagai sandaran.

Kedua anak remaja yang akhir-akhir ini terlihat selalu bersama, tiba di Sekolahnya terbilang terlalu kepagian.

Fradylla berjalan kearah depan, berhadapan langsung dengan pria yang masih asik duduk diatas motor hitam besarnya.

Sorry, gue jemputnya kepagian.” ujar Natta, merasa bersalah kepada gadis yang tengah berdiri mungil dihadapannya.

Keduanya menatap sekeliling, area Sekolah masih sangat sepi. Belum banyak murid yang tiba disini. Tangan kanan Natta bergerak kedepan, mengusap lembut poni rambut perempuan itu yang memaksa keluar dari helm berwarna kuning cerah yang tengah dikenakan olehnya.

Fradylla menggeleng pelan, “Gapapa. Lagian aku selalu udah siap kok.”

“Takut kamu mendadak ngajak pergi subuh-subuh kayak gini.” lanjutnya diselingi candaan ringan.

Natta tersenyum gemas mendengarnya, jarinya bergerak menyentil dahi perempuan tersebut.

“Ish. Sakit tau!” ringis Fradylla pelan, bibirnya mengerucut lucu.

Natta punya hobby baru, yakni menyentil dahi Fradylla ketika merasa gemas.

Cowok itu bersidekap diatas motornya, “Salah lo.”

“Suruh siapa, gemesin.” lanjutnya santai.

Fradylla merundukkan kepalanya, merasakan kedua pipinya memanas karena mendengar ucapan manis Natta yang diucapkan kelewat santai.

Apa Natta gak tau? Ucapannya mampu membuat anak orang yang sedang berdiri tepat dihadapannya tersipu malu? Karena baper.

Tangan panjangnya mengulur ke depan, membuka kaitan tali helm kuning yang dikenakan oleh gadisnya. Kemudian menyimpan diatas motor miliknya.

Natta melakukan hal yang sama kepada helm yang dikenakan oleh dirinya sendiri.

“Sarapan dulu. Lo belum sarapan.” kata Natta, tangannya bergerak menggandeng tangan mungil Fradylla yang mengantung bebas.

Fradylla mengangguk.

“Mau sarapan apa, Dyll?” tanyanya lembut, matanya melirik penasaran.

Mode khusus yang digunakan jika sedang bersama Fradylla mulai menyala.

Fradylla tersenyum mendengarkan, tangan kiri yang bebas ikut bergerak mengelus punggung tangan Natta yang terlihat urat-urat hijau mencuat disana.

DEAR NATTA : The First & True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang