Diam- diam mencintai, dalam diam tersakiti.
—000—
Minggu pagi, pria yang memiliki alis dan rambut tebal itu memutuskan untuk Jogging disekitaran komplek perumahannya. Karena Natta merasa sudah lama tubuhnya tidak berolahraga. Cukup jauh Natta berlari, hingga keringat mulai membanjiri sekitar pelipisnya.Dia sudah sampai disekitaran taman alun-alun dekat perumahannya. Taman yang selalu ramai dipenuhi oleh orang-orang yang berolahraga, seperti dirinya di hari Minggu pagi. Dengan langkah pelan, Natta berjalan menghampiri tempat penjual minuman dingin. Tenggorokannya sudah merasa kering karena kehausan.
“Pak air mineralnya satu, yang dingin ya!” kata Natta, kepada penjual minuman tersebut. Bapak penjual minuman tersebut mengangguk, kemudian memberikan pesanan yang diinginkan oleh pembelinya.
Tidak lupa, Natta membayar jumlah nominal uang yang disebutkan oleh penjual tersebut.
“Makasih, pak.”
“Sama-sama.”
Natta memutuskan untuk beristirahat sejenak, ia duduk di salah satu bangku taman yang tersedia. Sesekali tangannya terangkat untuk meneguk minuman dingin miliknya.
Natta menghela nafas berat, mengatur nafasnya yang masih terengah-engah.
Ponsel di saku celana hitamnya berdering, Natta mengambil dengan gerakan cepat kemudian mengeceknya.
Natta menatap lurus ponsel yang tengah digengamnya, ternyata video call group dari ketiga sahabatnya. Meskipun dirinya sedikit malas untuk mengangkat panggilan video tersebut, namun respon tangannya tetap menggeser layar tersebut untuk menerima panggilan.
Yang pertama Natta lihat adalah, wajah ketiga sahabatnya tengah nyengir kuda kearahnya. Setelah Natta menerima panggilan itu.
“Dimana lo, nyet? Kok seksi gitu, anjir hahaha..” Billy tertawa disebrang sana, di sahuti oleh Deva dan Rayhan.
Natta memutar bola matanya malas, ini alasan mengapa ia malas untuk mengangkat panggilan video apalagi jika itu dari Billy, Deva dan Ray yang selalu terbawa-bawa.
“Jogging.”
Ketiganya masih gaduh menertawakan Natta. Memang benar, saat ini Natta tengah mengenakan kaos tanpa lengan berwarna hitam dan memakai celana bawahan pendek. Diatas lutut, warnanya senada dengan atasannya. Ditambah, rambut tebalnya acak-acakan karena keringat yang bercucuran. Semakin menambah kesan tampan sekaligus seksi dimata orang yang melihatnya.
Shit!
“Gue matiin!” ancam Natta tegas.
Seketika ketiganya berhenti meledeki, jika Sang manusia es sudah memberikan ancamannya, maka artinya itu tidak main-main!
“Sama siapa?” ujar Rayhan bertanya.
Natta mendegus mendengar pertanyaan itu, manusia-manusia ini, pada curigaan banget sama gue!
“Sendiri.” ucap Natta, menjawab singkat.
“Bohong lo!” cecar Billy, seketika Natta ingin mengumpatinya.
Sabar Natt, sabar!
“Gak percaya gue!”
“Coba, lo puterin kamera depan lo, ke kamera belakang. Terus liatin keadaan sekitar, ke kita-kita.” Deva memerintah, Natta melotot mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR NATTA : The First & True Love
Teen Fiction[April 2020] Pahamilah perubahan sifatnya, layaknya cuaca yang mudah berubah-ubah. Sebab, dirinya pernah jatuh dan patah hati dalam kurun waktu yang bersamaan. - Dear Natta 2020 ☔