Dear Natta 16 : Jatuh dan Patah

54 3 0
                                    


Enjoy! Semoga suka

Aku hanya bisa mengungkapkan, bahwasannya “aku mencintaimu.” Perihal balasan, aku tidak akan pernah memaksa. Terserah, itu urusanmu.

—000—


Bel kedua berbunyi nyaring, menandakan waktu istirahat telah usai. Banyak siswa-siswi berhamburan keluar dari area kantin untuk segera menuju kelas masing-masing.

Di kantin tersisa siswa-siswi yang sedikit tidak mengikuti aturan, mereka terlebih dulu menunggu guru piket yang senantiasa berkeliling mencari siswa-siswi yang kedapatan bolos di jam pelajaran berikutnya. Baru berniat untuk meninggalkan area kantin, alasannya karena lebih menantang. Meski akan mendapat kekalahan telak karena melawan Bu Imas, tetapi murid-murid nakal lebih suka cara ini. Termasuk Natta, Ray, Deva dan Billy.

Masih di bangku yang sama, keempat laki-laki itu masih asik dengan dunianya masing-masing. Deva yang sibuk mabar (main bareng) game online dengan Billy, Rayhan sibuk menscroll instagramnya, dan Natta sibuk menunggui Fradylla untuk datang kembali setelah pamit untuk menelpon tadi.

“Mampus! Kalah kan, lo. HAHAHA..” ejek Billy keras ke lawan mainnya, Deva.

“Goblok! Curang lo, anjir!”

“Lo kebiasaan banget, kalo kalah suka gak terima. Pokoknya sesuai kesepakatan, gue nebeng setaun kedepan. PP!” kata Billy lantang, mengingatkan Deva.

Deva menyernyit bingung, “PP, apaan!?” tanya Deva, tidak mengerti dengan ucapan Billy.

“PULANG PERGI, JINGAN!!” Billy membalas ucapannya, nada suaranya ngegas keras.

Kebiasaan!

“Lebay banget sih, lo. Pake disingkat PePe segala, ALAY!!!” Deva membela lagi, kalo adu ngomong dengan Billy Deva tidak pernah mau mengalah.

“Lagian ya, gue mau menang atau kalah. Perasaan, gue tiap hari antar jemput lo ke Sekolah, bangsat!—” jedanya “Heran gue, lo kok bisa pacaran tapi gak modal kayak gini sih.” lanjut Deva, ekspresi wajahnya kesal.

“Emang bener ya lo, Dev. Lo sahabat gue yang paling baik. Love youlah dari gue!” Billy membalas dengan memberi kecupan jarak jauh kepada Deva, “Sorry, gue bukan gak modal. Emak gue yang paling cantik, belom ngizinin gue bawa kendaraan sendiri. Karena gue belom punya SIM, Surat Izin Mencintai HAHAHA..”

Deva mengedikan bahunya, “Dih najis. Jijik banget, lo. Dasar homo!”

Billy tertawa keras, tatkala melihat tingkah Deva yang selalu berlebihan. Ray melotot  galak kearah Billy, memberi kode melalui matanya tentang diamnya Natta. Cowok itu hanya diam sedari tadi, pandangannya jelas sedang menunggu seseorang.

Billy mengerti dengan menangkap kode dari Ray, kemudian dia mengalungkan lengannya ke bahu tegap milik Natta.

Natta meliriknya tajam, memberi isyarat untuk segera melepaskan tangannya dari bahu miliknya.

“Nyet, kuy ke kelas!” ajak Billy dengan penuh kehati-hatian kepada Natta, dan mendapatkan anggukkan kepala dari Deva dan Rayhan. Natta melihat sekilas, lalu mengecek ponselnya kembali.

Apakah ada pesan balasan dari Fradylla atau tidak?! Natta menghela nafas kasar, tidak ada.

“Lo pada, duluan aja. Gue takut Fradylla kesini lagi, dan gue gak ada.” kata Natta, menjawab santai.

Billy kehabisan ide, dengan memberikan kode berupa gelengan kepalanya kepada Ray. Rayhan memutar bola matanya malas, tidak bisa diandalkan!

“Natt, kemungkinan Fradylla langsung ke kelasnya karena bel udah bunyi sebelum dia mau balik kesini.—” Rayhan menjeda.

DEAR NATTA : The First & True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang