8 bulan kemudian.
Noe telah naik kelas 3 SD saat pulang sekolah ia melihat Santi tengah kesakitan sembari memegangi perutnya. Noe yang merasa tak tega pun buru-buru menghampiri Santi dan membantunya.
"Tante kenapa?" tanya Noe khawatir. Santi tak bisa menjawab dan terus memegangi perutnya. Noe yang bingung akhirnya memanggil warga untuk membantu Santi. Dan saat itu juga warga membawa Santi ke klinik terdekat untuk melahirkan dan Noe ikut serta untuk menjaga Santi.
Walau selama ini Santi tidak pernah menyukainya tak berarti Noe tidak peduli padanya. Bagaimana pun Santi adalah istri dari Wisnu orang yang telah baik padanya selama ini. Jangan lihat istrinya lihatlah suaminya.
"Noe," panggil salah satu warga.
"Ya, Bu?"
"Noe tahu nomor suaminya Tante ini?"
"Nggak," jawab Noe polos. Warga nampak bingung bagaimana mengabari suami Santi.
"Biar Noe pulang Bu, nanti Noe yang kabari Om kalau sudah pulang," usul Noe.
"Beneran nggak apa-apa?" tanya salah satu warga.
"Nggak apa-apa, nanti Noe ke sini sama Om."
"Yaudah, tolong ya." Noe mengangguk dan berlari keluar klinik. Ia terus berlari tanpa lelah karena takut Om Wisnu bingung mencari istrinya.
Begitu ia sampai tak lama suara motor Wisnu terdengar. Dengan cepat Noe menyetop motor Wisnu. Membuat Wisnu kaget dan mengerem dengan mendadak.
"Ada apa Noe?"
"Ke klinik yuk Om," ajak Noe.
"Ngapain? Noe sakit?" Noe menggeleng dengan cepat.
"Terus?"
"Istri Om itu mau melahirkan tahu!!" Wisnu tersentak dan buru-buru menaiki motornya dan pergi begitu saja meninggalkan Noe. Noe bengong, karena ia di tinggal begitu saja. Noe menghela nafas panjang dan hendak berlari ke klinik lagi tapi tidak jadi saat melihat Om Wisnu kembali ke Noe.
"Maaf, Om ninggalin kamu, yuk naik." Noe mengangguk dan dengan cepat naik ke atas motor Wisnu lalu pergi ke klinik dan Wisnu parkir dengan cepatnya lalu lari ke dalam. Noe pun harus ikut lari-lari juga.
"Bagaimana kondisi istri saya, Bu?" tanya Wisnu begitu sampai dan melihat tetangganya berukumpul di depan ruang bersalin.
"Alhamdulillah kamu sudah datang, masuklah, kami juga belum tahu kabarnya." Wisnu mengangguk dan masuk ke dalam ruang bersalin. Noe yang baru menyusul hanya diam dan mengatur nafasnya karena kelelahan.
"Sini Noe, duduk," ujar salah satu warga. Noe pun mengangguk dan duduk dengan gelisah.
"Kenapa Noe? Capek ya?"
"Lumayan Pak, hufh."
"Hebat kamu Noe, cepat tanggap padahal masih kecil," puji sang Bapak tetangga.
"Makasih, Pak."
"Tante mu di rumah apa masih kerja, Noe?"
"Masih kerja." Mereka hanya mengangguk saja dan kembali fokus pada pikiran masing-masing.
****
Wisnu menahan rasa sakit di tangannya karena Santi terus menerus menggenggamnya dengan erat. Ia sesekali mengusap keringat di kening Santi. Ia juga berkali-kali menghubungi keluarganya tapi tak ada yang aktif. Wisnu bingung harus bagaimana jika sudah begini.
"Perlengkapan bayinya sudah di siapkan?" tanya Bidan yang menangani persalihan Santi. Wisnu bengong.
"Tas bayi yang sudah aku siapkan di kamar, Nu," jelas Santi sembari menahan sakit.
"Oh, ada," jawab Wisnu.
"Di mana bawa ke sini, Pak, bayi nya sudah mau lahir."
"Eh, di rumah, Bu," jawab Wisnu yang membuat Bidan nampak kesal.
"Ambil dong, Pak, anaknya mau pakai apa nanti setelah lahir?"
"Iya, saya ambil dulu." Tapi saat Wisnu hendak pergi Santi menahannya. Ia menggeleng karena butuh Wisnu di sampingnya. Wisnu semakin bingung harus bertindak bagaimana.
"Suruh keluarga lainnya aja, Pak," usul Bidan. Wisnu mengangguk walau sebenarnya tak ada keluarga di sini.
"Sayang, di sini sebentar ya, aku suruh salah satu warga buat ambil tas nya, ya?" Santi mengangguk. Wisnu pun dengan cepat keluar dan melihat warga hanya tinggal Pak Rt dan Noe saja.
"Om, udah lahir ya?" tanya Noe dengan wajah cerah. Wisnu menggeleng.
"Kenapa ada kendala?" tanya Pak Rt.
"Keluarga saya tidak ada yang bisa di hubungi, Pak. Dan saya harus ambil perlengkapan bayi yang ketinggalan di rumah. Tapi enggak ada yang jaga istri di dalam."
"Biar Bapak aja yang ambil barangnya, ya?"
"Eh, nggak usah Pak Rt, ngerepotin."
"Nggak apa-apa." Noe yang melihat wajah Wisnu nampak tak enak akhirnya buka suara.
"Pak, biar aku aja yang ambil tasnya. Sekalian aku taro tas Noe, berat ini. Wisnu dan Pak Rt pun melihat Noe.
"Beneran kamu nggak apa-apa?" tanya Wisnu dan Pak Rt bersamaan.
"Nggak apa-apa kok."
"Naik apa kamu?" tanya Wisnu.
"Aku bisa lari kaya tadi." Wisnu bengong.
"Noe ...."
"Udah mana kunci rumahnya, sana Om temenin Tante, kasihan di dalam sendirian." Noe mendorong tubuh Wisnu dan mengambil kunci dari tangan Wisnu. Begitu Wisnu masuk ke dalam ruang bersalin ia pun lari keluar untuk mengambil perlengkapan bayi calon anak Wisnu.
Ia terus berlari hingga sampai di rumah dan menaruh tas.
"Loh, Noe, kamu dari mana aja?" tanya Tante Novi yang ternyatas sudah pulang itu. Noe pun menceritakan semuanya. Novi tersentak dan ingin ikut ke klinik juga. Noe pun berganti baju secepat mungkin dan mengambil perlengkapan bayi yang ada di dalam tas. Saat mereka hendak ke klinik, Novi membelikan banyak makanan dan minuman untuk Santi.
Begitu mereka sampai Santi lah yang memberikannya pada Wisnu sekaligus memberikan makanan yang ia beli di jalan tadi.
"Makasih, Mbak ...." Wisnu nampak senang sekaligus terharu karena kondisi seperti ini justru tatanggalah yang berbaik hati padanya bukan keluarga kandungnya. Novi sempat melihat Santi yang masih berjuang untuk melakukan pembukaan persalinan.
"Semangat ya, Santi," ucap Novi dengan tulus. Santi menangis melihat Novi. Ia mengangguk dan setelah Novi keluar dari ruangan, perutnya nampak kontraksi hebat. Bidan dan suster lainnya langsung bersiap dan ternyata sudah siap untuk di lahirkan.
"Tekuk kakinya, Bu, hitungan ketiga mengejan ya." Wisnu nampak was-was dan menggenggam jemari Santi dengan kencang. Santi menahan diri untuk tidak mengejan sebelum hitungan ketiga. Dan begitu hitungan ketiga ia mengejan, tapi ternyata tak semudah itu. Butuh berkali-kali hingga sang anak keluar dari rahimnya.
Dan terdengarlah tangisan paling merdu yang pernah Wisnu dengar seumur hidupnya. Tangisan anaknya bayi tampan dengan bobot 3.1 kg panjang 50 cm.
"Anakku ...." Wisnu meneteskan air mata bahagianya. Ia kecup berkali-kali kening Santi.
"Terima kasih, San, terima kasih ...."

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku sayang, Om (Tamat)
RomansaTersedia di playstore dan KBM Noelia atau biasa di sapa Noe. Gadis mungil berusia 8 tahun kelas 2 Sd, hidup tanpa kedua orang tua dan hanya tinggal dengan Tante Novi yg berusia 30 tahun, single. Noe adalah anak yang ceria walau ia kekurangan kasih...