Part 9

4.8K 567 33
                                    

Kebahagiaan Wisnu hanya sekejab mata. Karena Santi mengalami pendarahan setelah menyusui anaknya untuk pertama kali. Dan kini Santi tak sadarkan diri sementara anak mereka nampak merengek minta susu Ibunya. Wisnu nampak frustasi melihat hal ini.

Wisnu menangis dalam diam sampai ia merasakan sebuah sentuhan di jemarinya. Ia menoleh dan mendapati Noe tengah menggenggam jemarinya.

"Jangan sedih, kasihan dedek bayi kalau lihat Papa nya nangis." Wisnu menunduk lalu merengkuh tubuh mungil Noe.

"Makasih Noe ...."

Noe berusaha menenangkan Wisnu dalam pelukkannya.

"Wisnu." Wisnu langsung bangun saat ada yang memanggilnya dan ia terkejut karena mertuanya datang.

"Papa, Mama ...."

"Tidak usah basa-basi, mana anak dan cucuku?" Wisnu nampak tersentak dengan ucapan mertuanya yang masih saja ketus padanya.

"Santi, tengah di tangani dokter, Pa, kalau cucu Papa di ruang bayi."

"Antar saya ke sana." Wisnu mengangguk dan langsung mengantar mertuanya yang berwajah dingin itu. Noe yang melihat itu nampak ketakutan sampai Novi datang meraih Noe untuk mendekat padanya.

"Itu orang tua Om Wisnu, Tan? Kok serem banget?" ujar Noe. Novi hanya diam saja dan menyuruh Noe untuk duduk.

"Sebaiknya jangan ikut campur urusan Om Wisnu sampai semua selesai ya?" Noe mengangguk dan rasa kantuk menyerangnya. Ia pun bersandar pada bahu Novi dan tidur dengan pulasnya. Novi menghela nafas dan mengusap wajah Noe yang nampak kelelahan.

"Kamu ini masih SD kok sudah sepeduli itu sama orang ...."

"Novi." Novi menoleh ke Pak Rt.

"Ya, Pak?"

"Saya pamit pulang dulu ya, di telepon isteri katanya ada yang cariin saya."

"Oh, iya Pak, silahkan, nanti saya kasih tahu Wisnu."

"Makasih, ya."

"Sama-sama, Pak." Pak Rt pun pergi meninggalkan Novi dan Noe berdua di ruang tunggu, sementara Wisnu masih mengantar mertuanya untuk melihat anak mereka.

Tak lama Wisnu muncul dan duduk di samping Noe yang masih tertidur. Wajah Wisnu nampak pucat dan kesal.

"Kenapa?" tanya Novi.

"Kenapa hidupku begini amat ya, Mbak?" keluhnya.

"Emang ada apa?"

"Wisnu nggak tahu Mbak harus bilang apa sekarang, sakit sekali dada Wisnu Mbak."

"Yaudah, jangan di paksa kalau emang belum bisa cerita. Nanti aja, tenangin diri kamu dulu." Wisnu mengangguk dan semakin menunduk, hingga Novi bisa melihat tetesan air mata di lantai. Wisnu menangis dan entah apa yang di tangisi. Pria muda dengan penuh cobaan hidup. Novi menghela nafas sembari mengusap rambut Noe yang tidur.

Hidup itu memang tak semanis khalayan anak bocah. Banyak hal tak terduga yang terjadi dan banyak hal yang menyakitkan. Hingga kita lupa apa itu sisi manusiawi.

****

Seminggu sudah Noe tak melihat Wisnu. Terakhir saat di klinik dan itu pun saat Wisnu sibuk mengisi formulir dan menandatangani surat rujuk ke rumah sakit besar. Istri Wisnu benar-benar kritis dan orang tuanya meminta agar Santi di pindah ke rumah sakit yang lebih besar agar penanganannya lebih bagus.

Saat Noe tengah asik menyiram tanaman di hari minggu ia mendengar suara motor masuk halaman rumah Wisnu. Buru-buru Noe mematikan air dan menaruh selang begitu saja. Tapi saat Noe hendak menyapa, ia melihat wajah Wisnu yang pucat dan nampak tak bergairah. Ia berjalan gontai dan masuk ke dalam rumah begitu masuk Noe melihat Wisnu ambruk. Noe tersentak dan buru-buru loncat ke batas dinding lalu masuk ke rumah Wisnu.

Aku sayang, Om (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang