Kebahagiaan itu nyata,
Pernikahan dan perjodohan ini,
Berakhir dengan senyuman.
Cinta itu hadir,
Yang menjadi bukti adalah,
Putri kecil kita, Sahfa.~Fahima Taqiyah Andriana~
•••
Extra Part 1 : Sahfa Hidayatun Sab'ah."Daddy!" suara mengemaskan itu, berasal dari Sahfa Hidayatun Sab'ah. Putri kecil, Yunus dan Fahima yang gigi kelincinya mulai tumbuh. Umurnya, sekitar 4 tahunan, tetapi sudah pandai bicara.
"Baby Sahfa, Mommy sudah bilang, Daddy baru pulang kerja, pasti Daddy capek," bujuk Fahima pelan-pelan. Menghampiri Sahfa yang sudah duduk di pangkuan Yunus.
Yunus tersenyum. Kemudian mengusap-usap rambut Sahfa dengan lembut. "Daddy enggak capek Mommy, masih kuat gendong Sahfa, coba lihat ini," kata Yunus dan berdiri mengendong Sahfa mengelilingi sofa.
Seulas senyuman tercetak di bibir Fahima. Kebahagiaan ini, terwujud dengan baik. Fahima bersyukur, memiliki suami dan anak yang mencintai dan dicintainya. Permintaan Sahfa memanggil Yunus dan Fahima, dengan sebutan Daddy dan Mommy, terkabulkan.
"Lihat! Daddy enggak capek, Mommy jangan cembulu, ih!" kata Sahfa. Putrinya ini benar-benar pandai berbicara. Cemburu? batin Fahima.
"Mas..." rengek Fahima pelan. Fahima meminta Yunus beristirahat, tidak usah menangapi Sahfa dulu. Karena saat orang pulang bekerja, baiknya memang istirahat. Itu, yang Fahima mau.
"Assalamualaikum,"
Kenzo dan Cilla, ternyata datang untuk mengunjungi Cucu satu-satunya, itu. Terlihat Sahfa yang turun dari gendongan Yunus dan berlari memeluk Cilla.
Sedangkan, Fahima meminta Yunus untuk beristirahat.
"Glandma Cicil, Sahfa kangen," kata Sahfa dengan cadel R-nya.
Cilla menampilkan wajah terkejutnya. "Wah, Grandma juga kangen Sahfa, nih, berarti kita sama'an dong!" kata Cilla.
Sahfa tertawa senang. "Horeeeee, kita kembar, Glandma!"
Sahfa berhenti tertawa. Mata Sahfa menangkap Kenzo dan berkata, "Glandpa kangen Sahfa enggak?"
"Kangen," balas Kenzo.
Sahfa cemberut. "Bohong!" tuduh Sahfa.
Fahima datang membawah saffron hangat dan cemilan. "Kok, Sahfa bisa nuduh Grandpa bohong?" tanya Fahima.
"Bisalah! Biasanya, Glandpa ke sini kalena kangen Mommy bukan Sahfa," kata Sahfa dengan kesal.
Fahima tertawa. "Duduk Ma, Pa," mempersilahkan Kenzo dan Cilla duduk. Fahima pun menyusul duduk di sofa pastel, itu.
Kemudian, Fahima membalas perkataan Sahfa, "Jelaslah, Mommy ini anaknya Grandpa dan Grandma! Jadi enggak salah, kalau kangennya ke Mommy bukan ke Sahfa."
"Mommy ngeselin, ih!" rengek Sahfa.
*
Menjadi seorang Ibu dari anak se-menggemas Sahfa dan menjadi seorang istri dari suami se-tampan Yunus itu adalah keberuntungan. Fahima tidak pernah mengira, perjodohan ini berjalan dengan baik dan mulus.
Yunus mencintai Fahima, begitu pula sebaliknya. Bukankah, skenario Allah itu, sangat indah? Umar bin Khattab pernah berkata, 'Apa yang menjadi takdirku tidak akan pernah melewatkanku, dan apa yang melewatkanku, tidak akan pernah menjadi takdirku.' Entah ada tidaknya, perjodohan ini, Yunus dan Fahima akan tetap bertemu.
Pernikahan dan perjodohan, bukanlah hal yang buruk. Mengenai cinta, bisa datang seiring berjalannya waktu. Ikhlas menjalani takdir, akan membawa kehidupan yang bahagia.
"Dek," panggil Yunus. Saat ini, Sahfa tengah menginap di rumah Kenzo dan Cilla.
Fahima menghampiri Yunus, menyusulnya duduk di tepi ranjang, memijat-mijat kaki Yunus pelan. "Ada apa, Mas?" tanya Fahima.
Yunus menyentuh tangan Fahima. Bermaksud, menyuruh Fahima berhenti memijat. "Dekat, sini!" titah Yunus.
"Mau ngapain?" tanya Fahima. Mulai mendekatkan diri dan refleks merentangkan tangan memeluk Yunus.
Yunus terkekeh, menyambut pelukan Fahima. "Enggak mau ngapa-ngapain, cuman peluk-pelukan aja," kata Yunus.
"Mas, boleh tanya?" kata Yunus.
Fahima mendongak sebentar, menatap Yunus. Kemudian kembali memeluk lagi dan berkata, "Tanya apa, Mas?"
"Kamu,... bahagia, Dek?" tanya Yunus.
Fahima mengangguk. "Alhamdulillah, aku bahagia Mas, takdir Allah ini benar-benar indah," kata Fahima.
"Alhamdulillah."
Takdir baik ini. Juga, cinta yang baik ini, rasanya, membahagiakan. Menikah lalu bahagia, itu adalah impian. Namun, sejujurnya pernikahan tidaklah semudah itu.
Nanti ataupun sekarang, akan ada saja bumbu-bumbu rumah tangga. Mungkin akan mengores luka, menancap kalbu dan membuka kesakitan lama. Tidak apa-apa, semua masalah memiliki penyelesaiannya. Selasaikan dengan baik, lalu bahagia bersama lagi.
"Kalau suatu saat, Mas berbuat salah, kamu bisa memaafkan, Dek?" tanya Yunus tiba-tiba.
Mendengar itu, Fahima melepaskan pelukan mereka. Kemudian menatap Yunus lekat-lekat. "Kenapa tanya itu? Mas, buat kesalahan apa?" tanya Fahima cepat.
Yunus tersenyum. "Kebiasaan, Mas bertanya harusnya dijawab, bukan balik tanya lagi, Dek," kata Yunus. Berusaha menarik Fahima kepelukannya lagi.
"Jawab dulu, Sayang," kata Yunus.
Fahima mengangguk. Terpaksa membalas pelukan Yunus, karena Yunus memeluk pinggangnya begitu erat. "Jika ada yang berbuat salah, harusnya meminta maaf, kan?" tanya Fahima.
"Iya."
"Jadi, kalau Mas sudah minta maaf, insya Allah Fahima maafkan," tuntas Fahima.
"Semudah itu, Dek?" tanya Yunus, lagi. Sesekali tangan Yunus mengendur pada pinggang Fahima, beralih mengusap rambut panjang, istrinya itu.
"Iya."
Yunus berkata lagi, "Kenapa bisa seyakin, itu?"
"Setiap kesalahan memiliki alasan, Mas, kalau semua alasan sudah Mas katakan, insya Allah Fahima mencoba mengerti dan memaafkan," balas Fahima.
*
Salam, S I N T A 🌙
KAMU SEDANG MEMBACA
Alhubbu Fillah | New Version
SpiritualitéKarena sebaiknya-baiknya cinta adalah cinta yang halal. Publish : Desember 2018 END : 24 Agustus 2020 (New Version) Start: 28 Juli 2023