TIGA

65 7 1
                                    

Seorang pria selalu menilai dengan menggunakan akal.

Tetapi beda halnya dengan wanita yang selalu menilai dengan perasaan.

※※※

Kring! Kring! Kring!
Terdengar suara bel sekolah.

Vino memejamkan matanya secara perlahan-lahan, merasakan semilir angin yang seolah membelai pipinya pelan. 'Ah, tidur di rooftop sekolah memang terbaik'. gumam vino didalam hati. Sedari tadi vino tiduran dirooftop sekolahnya tanpa menghiraukan bel pelajaran yang silih berganti.

vino melirik jam tanganya yang sudah menunjukan pukul sepuluh lewat. "Yaelah, baru apa-apa sudah istirahat" decaknya dengan kesal

Dengan itu vino pun bergegas turun menuju ke kantin dengan tergesah-gesah karena perutnya yang mulai keroncongan.

※※※

Vino sedang duduk di kantin bersama tiga teman seperjuanganya semenjak waktu SMP bernama Ilham, Ardi dan Burhan. Mereka memang selalu berempat, kemanapun vino pergi, mereka akan selalu mengikuti. Kecuali pada saat vino dihukum oleh guru karena terlambat.

"Kemana saja lo, no? Tadi kita nyariin lo di kelas, lo nya kaga ada, jangan-jangan lo bolos lagi ya?" Ucap ilham yang memulai percakapan.

Vino pun tersenyum dan mengangguk pelan. "Sebenarnya gue tadi ga ada niat buat bolos jam pelajaran, tapi berhubung gue dikeluarin dari kelas, ya gue langsung cabut menuju rooftop" jawab vino sambil terkekeh.

"Lah, emang kenapa sampai lo bisa di keluarin dari kelas?" Tanya burhan penasaran.

"Biasaa... cuman telat satu mata pelajaran doang"

Ilham yang sedang duduk di samping vino langsung memukul vino dengan pukulan sdikit bertenaga. Vino langsung mentapnya tajam.

"Lo bilang cuman telat satu mata pelajaran itu hal biasa?! Lo sudah gila ya?!" Ucap ilham dengan wajah serius.

"Lo yang gila! Baru juga gue duduk disini, lo udah mukul gue" ketus vino dengan penuh kesal.

"Udah-udah gak usah berantem segala kalian ga lapar ya? Gue mau pesan bakso nih, ada yang mau nitip gak?" Kali ini ardi mengganti topik pembicaraan. Mereka mengeluarkan uang dari saku celanya masing-masing dan menyodorkanya kepada ardi, lantas ardi bediri dari kursinya dan berjalan memesan bakso buat mereka bertiga.

Suasana kantin kali ini sangat ramai. Banyak orang yang sedang berlalu lalang kesana-kemari, ada juga yang teriak-teriak untuk memesan makanan, ada juga yang sedang berbagi cerita dengan teman semejanya, ada juga yang sedang bergosip tentang hot news di SMA GARUDA, bahkan ada juga orang-orang yang menyebutkan dirinya sebagai fans dari seorang vino chandra sedang bergosip tentangnya.

di antara semua aktivitas yang dilakukan setiap murid pada jam istirahat, vino hanya jengkel dengan cibiran siswi-siswi yang bergosip tentang idolanya itu secara berlebihan, mereka mengada-ngada bahwa mereka mengatakan mereka pernah bertemu vino di tangga, di halaman sekolah, Bahkan ada yang mengatakan bahwa vino pernah mengantarnya pulang selama tiga hari berturut-turut. Mereka lakukan kebohongan itu hanya untuk membanggakan dan memamerkan dirinya terhadap fans-fans vino yang lainya. Yah, tapi vino bersikap cuek terhadap cibiran-cibiran berlebihan dari fansnya itu. Lagipula ia sudah terbiasa dengan cibiran-cibiran fansnya itu,  karena vino tau, ia adalah most wanted SMA GARUDA karena ketampananya itu.

"No, fans lo tuh dari tadi liat-liat lo, dia pengen lo balik tatap dia" Ucap ardi meledek.

"Apaan sih, gue lagi makan nih gak usah bawa-bawa nama mereka, nanti selera makan gue hilang" sahut vino dengan kesal.

mereka bertiga pun terkekeh akibat mendengarkan jawaban vino yang ketus.

"Lo beruntung punya banyak fans disini, tapi lo tidak mensyukurinya. Kalau gue jadi lo, gua langsung pacarin semuanya sekaligus, itu cara agar mensyukurinya bro" ucap ilham sambil terkekeh pelan.

Tawa mereka pun pecah termaksud vino yang sedari tadi serius makan.

"Sorry, Gue nggak sefakboy lo yang beranggapan wanita itu kayak boneka yang suka di mainin perasaanya" Ucap vino sambil tertawa pelam.

Walaupun vino selalu bersikap dingin dan selalu tidak merespon perkataan dari fans-fansnya itu, vino selalu menjaga hati mereka dengan tidak meledek atau berbicara kasar di depanya, karna ia tau, bahwa wanita itu menilai sesuatu dengan menggunakan perasaan, beda halnya dengan pria yang selalu menilai dengan fikiranya.

Suasana di meja kekuasaan vino lengang sejenak.

"Eh, Tadi ada cewek dibuly habis-habisan oleh elisa, sampai nangis sesengukan" ucap vino datar dan singkat.

Kali ini vino yang memulai topik pembicaraan

Seketika ardi, ilham dan burhan yang sedari tadi asik makan bakso langsung mendongak menatap vino dengan tatapan serius.

Baru pertama kali semenjak vino bersekolah di SMA GARUDA, ia membicarakan seorang cewek, apalagi tentang pembulyan. Setahu mereka bertiga, vino selalu bersikap cuek dengan urusan orang lain, apalagi sampai mau ikut terlibat didalamnya, itu adalah hal yang mustahil bagi seorang vino. Tetapi baru kali ini dia membicarakanya kepada ketiga sahabat karibnya itu, entah datang mukzizat apa sampai vino membicarakanya.

"Eh, kalian homo ya? Natap gue serius amat" ledek vino.

"Baru kali ini gue dengar pake kuping gue lo bicara tentang cewek" Ardi menimpali dan yang lainya mengagguk setuju

Vino terdiam, apa yang dikatakan ardi benar, ini baru pertama kalinya ia membicarakan tentang cewek, apalagi sampai mau menolongnya tadi. Vino berpikir mendingan ia tidak usah membahasnya, nanti bisa-bisa ketiga temanya banyak tanya seperti seorang detektif profesional, dan itu membuat vino jengkel.

Suasana di meja makan vino kembali lenggang, mereka kembali sibuk menghabiskan makanan mereka masing-masing.

※※※

Kring! Kring! Kring!

Bunyi bel kembali berbunyi yang menandakan jam istirahat telah usai.

"Udah bel nih, gue cabut duluan ya?" Ucap vino sambil memengang botol yang berisikan air mineral, lalu ia berdiri dari kursinya dan berjalan menuju kelasnya, serentak ketiga temanya mengagguk.

Hanya vino yang berbeda kelas dengan ketiga temanya itu. Semenjak masuk di SMA GARUDA, vino ditempatkan di kelas IPA, sedangkan ketiga temanya di tempatkan diruangan IPS. Padahal setiap kali ia ujian, hampir semua mata pelajaranya mendapatkan nilai merah dan selalu remedi. Tetapi cuman pelajaran matematika dan fisika saja yang selalu mendapatkan nilai diatas sembilan puluh, mungkin karena itulah ia ditempatkan diruangan IPA.

Vino berjalan menaiki anak tangga dan memasuki pintu koridor, pada saat itu ia berhenti sejenak, dan dia teringat kejadian yang terjadi di tempat ia berpijak itu, lalu ia melirik telapak tanganya sambil bergumam. 'Sialan! Kenapa gue menolongnya, padahal dia bukan siapa-siapa gue'. Gumam vino didalam hati sambil meminum air mineral yang ia bawa, lantas membuangnya ditempat sampah yang berada tidak jauh darinya.

Tetapi sebelumya, saat ia hendak membuang botol minumnya, ia melihat ada sebuah benda yang tak asing baginya berada di samping tempat sampah itu, lantas ia mengambil benda itu.

Ia pun melihat benda itu dengan seksama. Rupanya benda itu adalah sebuah kacamata yang sudah patah frame nya di bagian kirinya. Dan di sisi yang berlawanan ia melihat tulisan yang bertuliskan
'Vina oktaviani'

Vino pun berjalan menuju kelasnya dengan membawa kacamata yang sudah patah frame nya itu dan memasukanya di saku bajunya.

_______________________________________

Bersambung.....

Sampai sini dulu ya gaes:)
Jangan lupa tinggalkan jejak dan beri vote nya:)

Monokrom CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang