Tujuh

50 5 0
                                    

Icha baru saja menyelesaikan sarapannya. Tiba-tiba ia melihat cairan berwarna merah diatas piringnya. Refleks Ia langsung meraih tissue di dekatnya dan menyumbat hidunya. Pelan-pelan ia turunkan tangannya yang memegang tissue tersebut dari hidungnya. Banyak cairan darah yang masih keluar. Kemudian dia berlari ke kamar mandi. Lalu membuang tissue yang sudah berubah warna tersebut. Icha berpikir mungkin dia sakit. Tapi ah mungkin dia hanya capek akhir-akhir ini apalagi setelah kelas tiga. Mereka belajar maraton ditambah lagi masalahnya dengan Kenan. Apa Ia harus menelpon orang tuanya, mungkin jangan dulu. Pikirnya.

Saat turun dari angkot Icha melihat Kenan baru saja memasuki gerbang sekolah. Ia membonceng seorang perempuan. Seragam mereka sama. Setelah membayar Icha cepat-cepat masuk menuju parkiran.
Ia memperhatikan Kenan dari jauh. Gadis yang bersama Kenan itu membuka helmnya, alangka terkejutnya Icha. Ia melihat Kiara. Ada hubungan apa mereka?. Icha bertanya dalam hati. "Ah mungkin mereka kebetulan berangkat bersama". Gumamnya mencoba untuk berpikir positif.
Lalu meninggalkan area parkir itu.

"Cha, Kenan cepat banget dapat penggantimu" kata Nia menutup buku bacaanya. Mereka tengah berada di perpustakaan.
"Maksud kamu?" tanya Icha yang masih fokus pada bacaannya.
"tadi aku liat mereka gandengan gitu, mana mesra lagi".
Icha mengalihkan perhatiannya pada sahabatnya itu.
"sama siapa?" tanya Icha lagi. Dadanya terasa sesak. Apa jangan-jangan Kiara? ah tidak mungkin. Batin Icha.
Nia menghela napas kemudian menghembuskannya.
"Kiara".

Pembicaraannya dengan Nia tadi masih terngiang di telinganya.
Bagaimana mungkin?. Apa mereka menghianatinya. Kalau iya, kok Kiara tega sama aku?. Icha terus bertanya-tanya dalam hatinya.

Icha sengaja berjalan kaki. Ia akan naik taksi atau angkot kalau merasa sudah capek. Merasa bosan akhirnya dia berjalan kearah taman.
Icha memasuki area taman dengan hati yang riang. Ia melihat bunga-bunga, anak-anak yang bermain, keluarga yang bersantai. "Wah sepertinya mereka sangat bahagian" gumamnya.
Ia memejamkan matanya dan menghirup udara. Senyumnya mengembang melihat seekor kupu-kupu yang cantik. Ia mengikuti arah kupu-kupu tersebut. Tiba-tiba pandangannya teralihkan oleh dua insan yang sedang duduk bersama. Seorang gadis yang menyenderkan kepalanya pada bahu si pria. Mereka tertawa manja. Icha sangat mengenal kedua insan yang tengah berkencan itu. Ya, itu Kenan dan Kiara.

Tes...tes...tes...air mata Icha luruh. Kemudian ia segera menghapusnya. Ia tersenyum tapi dadanya terasa di tusuk oleh ribuan pedang, kepalanya berputar pada pembicaraanya dengan Nia tadi. Bukan, tapi saat di parkiran. Atau saat Kiara mengatakan bahwa Kenan menyukainya. Miris, ia menelan ludahnya.

Tanpa sadar Icha melangkahkan kakinya kearah dua pasangan sejoli itu.
Mereka masih belum menyadari keberadaan Icha di depan mereka.
"Kenan, Kiara".



Hatiku (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang