Delapan

50 5 0
                                    

Kiara langsung bangkit menghampiri Icha.
" Cha, ini nggak seperti yang kamu liat. Aku bisa jelasin" Kiara gelagapan.
Icha terdiam memandang Kenan sebentar lalu Kiara.
" Apa yang mau di jelaskan Kiara?" tanya Icha sinis.
Mendengar intonasi bahasa Icha, Kenan bangkit dari duduknya menghampiri Kiara dan menggenggam tangan Kiara.

Icha terdiam. Ia memandang jemari mereka yang saling menggenggam itu.

"Kami akan menjelaskan bahwa kami berpacaran" sahut Kenan tak kalah sinis.

Icha tersadar, dari tadi dia hanya memandangi tangan mereka yang mesra itu. Akhirnya menatap mereka dengan tatapan sendu.

"Kalian mengianatiku? Sejak kapan?".
"Kalian tega sama aku..." Kiara tidak bisa lagi menahan gejolak dalam hatinya.
Ia ingin marah, ingin mencakar-cakar wajah mereka.
Ia pun mendorong Kiara sambil terisak.
" Kiara...kenapa seperti ini, kenapa menghianatiku...." Teriak Icha.
Kenan tidak bisa membiarkan Kiara di perlakukan seperti itu oleh Icha. Ia langsung mendorong mendorong Icha dan memeluk Kiara yang sudah menangis. Icha jatuh terhempas ke tanah. Ia meringis. Sakit ia rasakan pada  punggungnya tapi hatinya lebih sakit.

Perlahan Icha bangun dan berdiri tetapi memunggungi mereka. Baru saja ingin membalikan badannya.
" Pergi dari sini, aku tak ingin melihatmu  lagi!"
"Aku menyesal pernah mengenalmu!"
Suara itu, kata-kata itu. Bukankah itu suara Kenan. Ia, itu suara Kenan. Kata-kata yang seketika menghujam jantung Icha.
Bukankah Kenan pernah menjadi kekasihnya juga? Icha tersenyum miris. Ia melangkahkan kakinya pergi meninggalkan mereka.
Namun, baru beberapa langkah kepalanya berdenyut nyeri, bukan lagi tapi sakitnya luar biasa. Pandangannya seketika mengabur lalu berubah warna hitam pekat. Ia pingsan.

Kiara berteriak memanggil Icha yang terjatuh pingsan.
" Icha....".
Kenan pun mengalihkan pandangannya kearah Icha. Namun Ia tak bereaksi apapun. Kiara berlari menolong Icha.
"Cha, bangun...." Kiara mengguncang tubuh Icha sambil terisak.
"Cha....aku minta maaf...." Kiara meletakan kepala Icha di pangkuannya.
Ia meminta Kenan untuk menggendong Icha. Kenan pun menurutinya.

Icha di bawah di klinik terdekat untuk melakukan pertolongan pertama.
Setelah sejam berlalu akhirnya ia membuka matanya. Ia melihat di sekitarnya. Sejenak ia mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Pertengkaran.

Tiba-tiba masuk dua orang yang harus Icha hindari diikuti oleh seorang perawat di belakang mereka.
" Tekanan darahmu rendah, sebaiknya kamu banyak istirahat".
"Saya kasih kamu vitamin, dan resep obat di apotek".
"Oh iya, sebaiknya kamu melakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit karena ada gejala-gejala lain yang tidak bisa kami periksa disini" tutur sang perawat panjang lebar.

Icha menerima vitaminnya dan resep obat dari sang perawat. Setelah itu sang perawat meninggalkan ruangan Icha setelah mengatakan bahwa Icha sudah boleh pulang.

Kenan menghampiri tempat Icha berbaring lalu membisikkan sesuatu.
"Setelah ini, jangan cari perhatianku lagi. Aku tau kamu pura-pura".
Kenan langsung meraih jemari Kiara dan mengajaknya pulang.

Sekali lagi Icha menangis. Hatinya perih memandang nanar punggung mereka. Ia pun langsung bangun dari pembaringannya dan bergegas untuk pulang.

Hatiku (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang