Sembilan

57 5 0
                                    

Icha berjalan gontai, vonis dokter tadi masih terngiang di telinganya. Seketika harapannya untuk hidup begitu besar. Tadinya ia berpikir akan mati saja karena perih di hatinya. Namun kini ia berpikir kembali. Hidupnya masih begitu berharga untuk keluarganya. Ia mengingat orang tua dan kedua adiknya.

Di kamarnya Icha terus merenung, memikirkan kata-kata dokter tadi

" Kamu mengidap tumor otak jenis meningioma. Kamu tenang saja, jangan panik. Ini tidak bersifat kanker dan tergolong ringan".
" Lalu apa yang harus saya lakukan dok?".
" Karena gejala yang muncul semakin memburuk maka langkah pertama yang akan kita akan lakukan adalah pembedahan".
" Pulanglah dulu dan bicarakan pada orang tuamu".
" Dan jangan terlalu lelah, kemungkinan kamu juga ada kelainan pada ginjal mu".

Icha menghapus air matanya. Ia tidak ingin memikirkan penyakit-penyakit itu. Lebih baik ia mengambil buku-bukunya untuk belajar karena ujian mereka tinggal beberapa hari lagi.
Setelah belajar ia menyempatkan ber video call dengan ibunya.

" Apa kabar mah...." Sapa Icha di layar ponselnya.
" Baik sayang, kamu bagaimana? Kok kurusan gitu? kamu nggak pernah makan yah? kapan ujianmu?" Pertanyaan dari ibunya bertubi-tubi.
Icha tersenyum mendengar pertanyaan sang ibu.
" Satu-satu dulu mah pertanyaannya".
"Kabarku baik, aku sangat rajin makan dan ujian ku sebentar lagi" jawab Icha terkekeh.

Usai bercerita panjang lebar Icha mengakhiri VC nya. Tentunya ia juga telah berbicara dengan sang ayah dan bercanda dengan kedua adiknya. Ia belum menceritakan vonis dokter kepada dirinya. Tekadnya sudah bulat ia akan melakukan operasi setelah melaksanakan ujian. Ia akan merahasiakan ini dari keluarganya karena tidak ingin mereka kepikiran mengingat sang ayah memiliki riwayat penyakit jantung. Tapi tidak mungkin ia akan merahasiakan apa yang dilakukannya. Ia akan tetap memberitahu mereka setelah operasi. Mengingat perkataan dokter bahwa tumor yang dideritanya tergolong ringan. Namun ia tidak memikirkan akibat akibat penundaan dan efek pasca operasi dan penyakit lain di dalam tubuhnya.

Setelah itu Icha merebahkan tubuhnya di atas kasur miliknya. Ia menatap langit-langit kamarnya. Sejenak bayangan Lelaki itu muncul. Icha tersenyum getir. Menutup matanya kembali mengingat kenangan-kenangan yang tersisa. Ia berjanji ini terakhir kalinya akan mengenang momen indahnya saat bersama Kenan dulu. Ia menutup matanya bersama seluruh kenangannya membawanya menuju alam mimpi.

Bab berikutnya adalah flashback

Selamat Membaca 💞

Hatiku (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang