Extra Part --- Daffa 3 (re-post)

27.9K 894 10
                                    

Awalnya perjalanan ke puncak berjalan dengan lancar, meskipun masih dengan aksi diam di antara kami. Setiap aku melirik Bila, terlihat dia yang menatap cemas ke ponsel, seperti ada hal penting yang dia tunggu. Aku sempat menanyakan hal tersebut, tetapi Bila menjawab tidak ada masalah apapun. Akhirnya kami tiba di puncak setelah asar.

Begitu sampai, aku meminta Bila untuk menunggu sebentar sementara aku meminta kunci rumah kepada penjaga yang ada. Kebetulan temanku adalah pemilik rumah ini. Setelah kembali, aku mengetuk pintu mobil dengan pelan untuk memintanya keluar. Aku menatap heran kepada Bila yang terlihat berbinar memandang ke arah kanan dan kiri kami berada, hamparan tanaman hijau memang indah dipandang mata.

"Kita jalan-jalan dulu, ya, Kak!" pintanya kemudian.

"Kamu tidak capek?" tanyaku heran. Aku saja sudah pegal-pegal sekarang.

"Lihat hijau-hijau begini capeknya langsung ilang," ujarnya dengan senyum mengembang.

"Tapi, aku capek."

"Ya udah, kalau gitu aku jalan-jalan sendiri aja, Kakak istirahat!"

"Tahu jalan? Nanti kalau lupa jalan gimana? Besok pagi saja."

"Kalau nanti ilang juga pasti Kakak nyariin, kan?"

Aku menatap Bila dengan frustrasi, anak manja! Aku tahu saat ini sekeras apapun melarangnya tetap tidak akan berpengaruh. Apa yang sudah dia inginkan maka itulah apa yang akan dia lakukan.

"Terserah kamu. Aku ke dalam dulu," ujarku menyerah dan memilih beranjak masuk ke rumah.

Mataku mengerjap pelan, ternyata aku sudah terlelap cukup lama sejak tiba di tempat. Aku bisa melihat langit senja saat menatap ke jendela sebelum akhirnya memutuskan untuk bangkit dan melihat keberadaan Bila. Bagaimanapun juga, ini sudah hampir menjelang maghrib dan seharusnya dia sudah ada di tempat ini. Aku sudah berkeliling rumah dan penampakan Bila belum terlihat. Ketika aku mencoba menghubunginya, ternyata ponselnya tidak aktif.

Arghhhhhhhh! Kamu kemana sih, Bil?

Aku mencoba menyusuri jalan setapak untuk mencari Bila, sampai akhirnya saat samar Adzan terdengar aku melihat seorang wanita yang duduk di tengah jalan yang akan kulalui. Orang gila! Bisa-bisanya dia duduk di tengah jalan tanpa dosa. Mataku semakin menyipit saat jarak kami semakin mendekat.

Kenapa postur tubuh wanita itu seperti Bila? Pakaiannya juga.

Aku berjalan semakin mendekat dan penampakan itu terlihat semakin jelas. Bila gila!

"Kamu mau tidur di sini?" tanyaku begitu jarak kaki tinggal menghitung langkah.

Wanita itu menoleh ke belakang membuatku menggeleng tidak percaya bahwa dia benar adalah Bila.

"Melamun lagi? Kamu tidak mau pulang?" cibirku saat aku sudah ada di depannya. Selanjutnya aku memutar badan untuk kembali melewati jalan yang tadi sudah kulewati, mengabaikan Bila yang masih diam seperti orang aneh.

"Kak," rengekan Bila sukses membuat langkahku berhenti.

Aku menolehnya dengan tanda tanya, "Apa lagi? Cepat berdiri dan kita pulang, kecuali kamu mau tidur di sini,"

Bila mengabaikan pertanyaanku dan kini terlihat dia yang sedang mencoba berdiri, mataku mengernyit heran saat dia memegang betisnya.

"Kamu kenapa?"

"Kakiku pegal semua," ujarnya dengan tangan kini memijat betisnya sendiri.

"Lalu?"

"Gendong!"

BilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang