Extra Part --- Daffa 1 (re-post)

41.3K 1.2K 43
                                    

Assalamu'alaikum..

Akhirnya, karena permintaan beberapa teman, untuk Part Daffa saya re-post semua, ya!

Selamat membaca ulang buat yang kangen mereka. ^^

#Wassalamu'alaikum...

****

"Kak Masha, kita bobok sekarang, ya?" tanya Bila kepada Masha yang masih sibuk mencoret buku gambarnya. Masha, tidak terasa dia sudah berusia tiga tahun dan dia sangat senang jika diberi kertas juga pensil. Walaupun tidak perlu ditanyakan seperti apa mahakaryanya karena sungguh luar biasa sampai-sampai tidak bisa diterima oleh otakku.

Aku tersenyum melihat kedekatan mereka, setiap malam Bila harus membujuk Masha untuk beranjak ke kasur dan seperti biasa pula Masha akan menggeleng. Kak, ini adalah hari kedua Bila mulai membiasakan diri untuk memanggil Masha dengan panggilan 'kakak' atas permintaanku. Alasannya sederhana, supaya Masha akan terbiasa dengan panggilan itu ketika nanti dia mempunyai Adik.

"Kak," tegur Bila sambil menutup buku gambar milik Masha.

Masha mengerucutkan bibir kesal karena kegiatannya sudah diganggu, "Nanti, Memei! Maca balu gambal. Ni lihat, Mei! Maca gambal Ayah, Memei, sama Maca."

Bila menyingkirkan kedua tangannya dan menatap hasil gambar dari Masha. "Ah iya, gambarnya bagus, ya. Ehmm.......Kak, besok Ayah libur lho, kita mau jalan-jalan. Kak Masha mau ikut nggak?"

"Ikut!" Masha menatap ibunya dengan mata berbinar.

"Benel, Yah besok mau jalan-jalan?" tanya Masha kemudian sambil menengok ke arahku.

Aku terdiam sejenak memikirkan rencana esok hari. Sejujurnya besok memang benar hari libur, tetapi kami sama sekali belum membicarakan masalah liburan ini. Aku melihat Bila yang mengedipkan mata sebagai tanda aku harus mengiyakan pertanyakan Masha. Kalau istriku sudah memutuskan lantas aku bisa apa.

"Iya, Sayang."

"Asikkkk.. Nanti Masha bisa lihat beluang gede!" Masha langsung bertepuk tangan kegirangan.

"Ya udah, sekarang tempatnya diberesin terus kita tidur. Besok bangun pagi, kita jalan-jalan sama Ayah? Oke?" Bila menginterupsi Masha yang sedang merayakan kebahagiannya.

Bila mengangkat tangan untuk bertemu dengan tangan kecil Masha. Selanjutnya, mereka berdua sibuk membereskan peralatan yang berserakan di lantai sementara aku hanya duduk di sofa memerhatikan interaksi keduanya. Setelah tempat bermainnya rapi, Masha langsung berjalan ke arahku dan merangkak naik ke sofa yang sama. Dia langsung menempelkan kepalanya ke bahuku dengan tangan melingkar di leher.

"Maca ngantuk, Yah."

"Kak Masha udah ngantuk?"

"Iya. Ayah sama Memei temenin Maca tidur, ya?"

"Iya!" jawabku sambil berdiri membawa Masha ke dalam kamarnya.

Aku berjalan dengan Bila mengekor di belakang. Dia terlihat memanyunkan bibirnya, sementara aku hanya mampu menghela napas. Hidup bersama Bila selama hampir empat tahun membuatku mengenal bagaimana sifatnya. Dia selalu saja kesal saat Masha menolak tidur dan baru mau beranjak ketika aku turun tangan atau minimal dia harus menjual namaku seperti apa yang baru saja dia lakukan. Dia tidak suka Masha manja kepadaku, padahal dia sendiri tidak kalah manjanya dengan Masha. Ada-ada saja.

"Yah, berapa kali sih Bila mesti bilang, Masha jangan terlalu dimanjakan. Nanti kalau udah dewasa dia nggak bisa mandiri dan selalu merengek ke ayah!" ujar Bila saat Masha sudah terlelap dan kami berada di kamar yang berbeda.

BilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang