"Thom, aku akan kembali ke sekolah, kirim berkas ke email ku" dan Alvano langsung melangkahkan kakinya keluar gedung tinggi itu untuk memulai kehidupan nya sebagai anak SMA.
_________________________
"Kaaaa keeennn buruan kak ini udah jam 6 : 20 kaka mau buat achel telat apa gimana?" rachel bergegas mencari sepatu nya dan memakainya tanpa mengikat tali sepatu nya sangking terburu burunya gadis itu.
"Calm down babe, kau harus merasakan bagaimana rasanya telat saat upacara, itu akan memacu argenalin mu, percayalah" nada bicaranya tedengar sangat amat tenang, bahkan dengan enak nya kenzie menggigit sepotong roti yang berada di atas meja makan.
Rachel memutar bola mata nya jengah "kaa buruann ihh" rachel menarik lengan baju kenzie membuat pria itu berdiri dari duduk nya dan mengambil kunci mobil bergegas mengantarkan adik cerewet nya itu.
"Maaa, yaaah rachel pamit, assalamualaikum" teriaknya
"Sampe Rachel telat gara gara kaka, Rachel gamau ngomong sama kaka lagi" marah nya dan melewati kenzie yang membuka kan pintu mobil untuk nya, setelah itu kenzie menutup pintu mobil dan bergegas memutari mobil untuk duduk di bangku pengemudi.
Selama di perjalanan tak henti henti nya rachel membaca doa agar Tuhan memberikan jalanan yang lancar, dan terhindar dari macet, (author banget :v) lain hal nya dengan kenzie dia terlihat sedang fokus ke arah jalan, setelah adiknya tadi mengumpati nya dan mengomelinya panjang lebar, dan tentu saja kenzie hanya diam, bukan tak berani menjawab hanya saja kenzie lebih menghargai perempuan dengan tidak adu mulut saat berselisih paham.
Mobil yang di bawa kenzie berhenti tepat di depan gerbang sekolah rachel, masih tersisa 5 menit lagi untuk nya sampai ke kelas dan pergi menuju lapangan, hanya harus membutuhkan skill lari cepat, dan tidak memiliki riwayat penyakit asma.
"Ka achel langsung masuk kelas ya bye"
"Hati hati, itu tali sepatu belum di iket" teriak kenzie dari dalam mobil saat melihat rachel yang berlarian dengan tali sepatu yang belum terikat.
"Duh mampus gue mampus" oceh rachel berlari menuju kelas nya di lantai dua sekolahnya, sering kali dia tersandung karna tali sepatu sialanya itu, tapi sedikit pun rachel tidak berniat membetulkan tali sepatu nya, yang dia fokuskan hanya sampai ke kelas dan berlari lagi menuju lapangan.
"huh lama lama pengkor gue kalo kek gini mulu" dia sampai pada kelas nya dan melihat kelas nya yang kosong melompong mengingat teman temanya yang sudah berbaris di lapangan.
Rachel keluar dari kelasnya dan melanjutkan lari pendek nya itu untuk sampai ke lapangan.
Bruuk
"Aduuhh sorry sorry gue ga sengaja, eh-" ketika mendongakan kepalanya rachel bertemu tatap dengan mata sebiru laut itu lagi, pagi ini sungguh melelahkan untuknya, dan sekarang jantung nya sedang berdemo minta di keluarkan. Tali sepatu sialan ini lagi, dia bersumpah untuk mengikat nya setelah ini.
"Hm" pria itu alvano hanya berdehem sebagai jawaban, dan setelahnya langsung pergi meninggalkan rachel, bahkan belum sempat rachel sadar dari keterpakuanya pria itu sudah pergi melewati nya.
"Rachel, ngapain kamu masih disini, upacara segera dimulai, cepat ke lapangan" suara guru satu itu mengintruksikan nya agar bergegas pergi ke lapangan. Bahkan rachel mengingkari sumpah nya untuk mengikat tali sepatu yang di juluki sialan oleh nya, sebenarnya siapa yang salah?
Satu hal yang rachel benci dari telat adalah, berlarian dan menahan malu jika sampai di hukum di depan semua orang di tengah lapang, sangat memalukan.
Kali ini dia selamat dari hukuman, tapi satu hal lain yang rachel benci adalah, dia tidak mau berbaris di belakang, alasanya sangat banyak, tubuhnya yang mungil membuat nya tidak bisa melihat aktifitas petugas yang ada di depan, lagi, rachel tidak suka mengobrol jika berada di barisan dan sialnya barisan belakang memang payah semua siswa mengobrol dengan berbisik bisik, baris di belakang membuat pandanganya monoton, yang terlihat hanya kerah dan punggung baju orang lain, sangat membosankan, damn it rachel tidak akan mengulangi ini lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soteriophobia (on going)
Teen Fiction"K-kau pe-pergi kumohon jangan mendekat" tubuhnya bergetar hebat, isak tangisnya mengiringi langkah nya yang kian memundur. "Berhenti bergerak mundur sayang" Pria itu hanya diam dengan wajah datar nya yang selalu ia pasang, tidak ada kata yang bisa...