BAB 12

1.3K 219 7
                                    

Aku mungkin jarang update cepet dalam beberapa hari, karena mood yang telah dirusak, juga karena tugas negara. 

■□■□■□■□■

Malam-malam yang melelahkan malah mereka habiskan untuk memandangi setiap isi dari kotak kado yang menggegerkan sepasang suami-istri itu. 

Naruto dan Hinata berada di atas kasur setelah mereka menyadari, kalau mereka tidak bisa melanjutkan tidur nyenyak malam ini karena hadiah pernikahan tersebut.

Setidaknya, butuh ada sedikitnya penjelasan; apakah ini semacam lelucon supaya pengantin baru seperti mereka memiliki variasi bercinta? Tidak, kalau menyangkut variasi bercinta, tentu saja si pemberi kado beranggapan variasi bercinta itu sesuai dengan si penerima. Mereka menyadari kalau si penerima dapat mempergunakan benda-benda itu sebaik mungkin.

Sementara bagi Hinata, dia jenis wanita dewasa kalem dan lebih menyukai baju tidur seksi berbahan satin yang licin; dengan warna merah mencolok; atau hitam yang tampak elegan dan seksi, sebaliknya ia tidak pernah memikirkan akan mendapatkan setelan baju tidur yang imut berbahan sifon.

Ikat pinggang berbentuk wiru dengan bahan yang sama, tersambung dengan sabuk garter—ya, semacam itu. Hinata tidak hanya melihat, ia juga meneliti setelan menggelikan itu sepanjang waktu. Ia tidak dapat mengabaikan choker hingga tali yang panjang teronggok pula di dalamnya.

Lalu ball gag. Masalahnya mengapa benda itu ada di dalam kotak? Cambuk? Hinata menghela napas, sementara begitu dia melihat suaminya, pria itu seolah-olah ingin mengungkapkan rasa bersalahnya seakan ini semua salahnya. Hinata cukup yakin membaca setiap guratan suaminya dengan benar.

"Benda-benda semacam ini, kurasa tidak bisa dijadikan hadiah pernikahan. Kecuali, kalau si pemberi hadiah tahu apa kebiasaan—" Hinata terdiam sesaat, matanya tidak berhenti memandangi suaminya. "Mungkinkah kau itu?"

Mata Naruto berkedip-kedip, seakan ia tengah ditodong menggunakan senjata api oleh istrinya. Ia tak berkutik, hendak melakukan apa pun malah berkeringat dingin. "Awalnya hanya bercanda, aku tidak bisa mengatakan kalau ini salahku juga." Kepala istrinya terangguk. "Mungkin Sakura salah paham. Apa kau marah padanya?"

"Tidak. Mengapa aku harus marah kepada temanmu? Dia sudah berbaik hati memberikan hadiah. Aku pikir set baju tidur mega-seksi ini tidak bisa didapatkan dengan harga murah, dan kukira akan sulit mendapatkannya. Aku bisa menggunakannya. Kelinci yang lucu." Hinata tersenyum.

Naruto menggelengkan kepala, mencoba membantah. "Sangat mudah didapat. Kau bisa pergi ke Akihabara, dan di sana ada toko yang menjual benda-benda semacam ini." Hinata tertegun. Ternyata suaminya tahu banyak. Naruto kemudian menundukkan kepalanya. "Kukira... begitu."

"Apakah ini semacam festish?" Masih di tempatnya, Naruto terdiam seperti patung. "Jika kau bisa mengungkapkannya kepada temanmu, mengapa kau tidak bisa mengungkapkannya kepadaku?" 

Naruto meremas selimut yang menutupi kakinya. Di dalam selimut itu, dia masih hanya mengenakan celana dalam baru. Pendingin membuat tubuhnya merinding seakan di sekitarnya terdapat sekumpulan hantu yang tengah memelototi dirinya. 

"Bercanda soal, wanita seksi di salah satu karakter anime dewasa. Aku tidak mengatakan apa-apa atau jenis bercinta apa yang aku inginkan di atas ranjang. Aku mungkin menyukai wanita-wanita dengan bondage, tapi tidak menginginkannya terjadi padamu."

"Anime dewasa? Bondage?" kepala suaminya terangguk. "Mereka mengenakan ini?" Hinata mengambil ekor rubah. "Aku tidak mau memasukkan benda ini ke anusku." 

Fallen Heart [PDF] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang