BAB 17

1.9K 268 15
                                    

PENGUMUMAN

BAHAYA! Cerita ini tidak dapat dilanjutkan! Sesuai dengan beberapa orang yang menginginkan cerita ini "lanjut". 

Jika menginginkan kelanjutan cerita ini, kalian  dapat mentraktir saya minimal 2 cangkir kopi di akun Trakteer saya (link ada di Bio) agar mendapatkan Reward Fallen Heart.

Ketika saya mengemis vote untuk pertama kalinya saya mendapatkan kenangan buruk. Sekarang, ketika saya kembali update setiap hari, tanpa mengemis vote, lagi-lagi harus mendapatkan kenangan buruk. Bagi kalian yang ingin menjadi silent reader, bertotalitaslah dalam melakukannya. Jika kalian tidak  dapat memperlihatkan nama kalian pada notifikasi vote, jangan pernah muncul di komentar sambil menuliskan kalimat penyulut emosi.

Di dalam BAB 11, seharusnya ada pengumuman di sana. Tapi ya, mengapa masih saja terdapat pembaca yang menuliskan kata "lanjut" di kolom komentar? Apakah cerita saya tidak memiliki kesan pada setiap paragraf-nya sehingga yang kalian lakukan hanya menulis lanjut di komentar? Atau memang sengaja untuk memancing perkara? Hanya Tuhan yang tahu.

 ✿ SELAMAT MEMBACA

■□■□■□■□■

Sakura mengajak bertemu di Imperial, membuat janji di ruang yang sama ketika Hinata dan suaminya bertemu untuk membicarakan hubungan mereka sebagai calon pengantin.

Pada hari itu, mata suaminya mengarah kepadanya. Tak berhenti untuk menilai. Kadang-kadang, bibirnya tersenyum, wajahnya terlihat merona karena malu. Sangat manis kalau suaminya menjadi orang yang banyak tahu sesuatu. Menceritakan secara menggebu-gebu. Penuh semangat dan peluh di dahinya yang berkerut.

Percakapan mereka kemudian dilanjutkan di bar. Berpisah dari orangtua masing-masing.

Imperial mengingatkannya banyak hal—seluruhnya tentang suaminya. Tapi mereka akan berpisah dalam waktu dekat. Hati Hinata luar biasa terluka. Sebenarnya, dia ingin menangis. Keadaan dan situasi tidak membiarkan Hinata untuk melakukannya.

Hinata menarik napas, begitu seorang pelayan membukakan pintu. Langkah mereka terdengar semakin menjauh. Kemudian pintu ditutup.

Badannya kembali tegap, tampak lesu dan tidak bersemangat akan membuat teman suaminya merasa tidak nyaman.

Namun ketika Hinata menoleh ke samping. Begitu dia memutar kepalanya untuk menyambut Sakura. Ia malah terkejut oleh kedatangan seseorang yang harusnya tidak bisa datang kemari. Tamunya bukanlah Sakura, melainkan sang suami menenteng sesuatu yang mungkin berisikan surat perceraian mereka.

"Apa kabarmu?" tanyanya, kemudian mengambil duduk di kursi sambil menghela napas. "Sepertinya kau kaget aku ada di sini. Bukan Sakura. Kau tidak percaya aku bisa keluar dari rumah sakit?"

Kepala Hinata tertunduk. Hatinya berdenyut-denyut. Ia tidak tahu apa yang dapat dikatakan olehnya pada lelaki itu.

"Aku tidak dapat menyalahkanmu juga. Semua karena keluargaku yang melarangmu untuk datang. Aku senang kalau Hyuuga masih memiliki ambisi dalam menerima investasi lebih besar menggunakan perceraian putri mereka demi keuntungan."

Tenggorokan Hinata kering. Ia butuh setidaknya air. Tapi tak ada satu pun pelayan mendekatinya demi menuangkan air putih. 

Ia bahkan tidak dapat melakukannya sendiri. Sangat memalukan jika tiba-tiba dia menuangkan air dan meminumnya sampai habis. Memperlihatkan betapa tegang dan gelisah dirinya duduk di hadapan sang suami.

Fallen Heart [PDF] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang