Pria dengan setelan jas berwarna biru navy itu terlihat begitu jenuh. Sementara wanita yang duduk di seberangnya jauh lebih antusias. Bahkan menyunggingkan senyum kecil walaupun sebenarnya terlihat begitu dibuat-buat. Keduanya berada di sebuah café yang terletak di pusat kota.
"Aku tidak menyangka bahwa kau akan meluangkan waktumu untuk datang kemari, Namjoon." Kata sang wanita.
"Lalu?"
"Ah, kau juga terlihat lebih tampan dari terakhir kali." Kembali sang wanita melancarkan basa-basi yang membuat Namjoon menghela nafasnya jenuh.
"Katakan saja apa yang ingin kau katakan, Yura. Aku tidak memiliki banyak waktu." Namjoon memutar bola matanya malas. "Suamimu itu berselingkuh lagi?"
"Sebenarnya kami akan mengurus sidang perceraian minggu depan."
"Aku tidak ingin mendengarmu memohon-mohon padaku untuk kembali padamu."
Yura tertawa meledek. "Siapa juga yang sudi kembali padamu?" Ia pun berdeham. "Bagaimana dengan... kabar anak kita?"
"Anakku saja, bukan 'anak kita'. Kau bukan ibunya lagi."
"Huh? Aku cukup sering menemuinya dan kelihatannya ia menyukaiku." Yura tersenyum menantang.
"Apa?" Tanya Namjoon geram. "Jangan pernah berani untuk menemuinya lagi atau kau akan tahu akibatnya. Cepat katakan, apa maumu?"
"Wah, wah, kau mudah terpancing emosi rupanya." Yura menyesap kopinya sejenak. "Aku ingin hak asuh Jungkook berpindah ke tanganku."
Namjoon membelalakkan matanya. "A-apa? Tidak. Tidak akan pernah."
"Tapi aku ibunya. Aku berhak mendapatkan hak asuhnya." Kata Yura tak mau kalah.
"Memangnya mengapa jika kau ibunya? Itu tidak mengubah kenyataan bahwa kaulah yang telah membuangnya ketika ia baru saja lahir." Kata Namjoon hampir meledak-ledak.
"Kau melebih-lebihkan. Ia sudah berumur 6 bulan waktu itu. Lagipula, dengarkan alasanku terlebih dahulu. Aku sempat keguguran 2 kali dan dokter mengatakan padaku bahwa aku tidak bisa hamil lagi." Tutur Yura.
"Oh? Lalu? Apakah aku harus merasa iba padamu?"
"Jangan egois, Namjoon." Yura meraih tangan kanan Namjoon. "Kau masih bisa menikah dan memiliki anak. Tapi tidak denganku. Hanya Jungkooklah satu-satunya anakku. Dan akan menjadi satu-satunya."
"Itu karmamu." Kata Namjoon singkat dan kena sasaran.
"Namjoon!"
"Apa lagi?"
"Jungkook bukan anakmu."
"Nice try."
"Aku serius! Kau pasti sudah menyadarinya sejak lama bahwa ia tidak mirip denganmu." Senyum kemenangan terbit di wajah Yura ketika lawan bicaranya mulai kehabisan kata-kata. "Kau seharusnya sudah dapat menebak siapa ayah kandungnya. Dari siapa bakat menari yang Jungkook punya?"
Sebuah nama segera muncul di kepala Namjoon. "Jeon...?"
"Benar."
"Jadi, kau baru saja memberitahuku bahwa kau sempat berselingkuh dengannya di belakangku dulu?"
"Itu bukan hal yang penting sekarang. Ini-"
"Aku tidak berpikir bahwa bakat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Anggap saja bahwa aku ayahnya." Kata Namjoon tak acuh.
"Tidak semudah itu. Begini saja, kita adakan tes DNA antara kau dan Jungkook. Jika ia memang benar anakmu, maka aku tidak akan kembali muncul di hadapanmu. Tapi, jika ia bukan anakmu, maka kau harus menyerahkannya padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner | Namjin [End]
FanfictionOrang-orang mengira bahwa hubungan Kim Seokjin dan Kim Namjoon hanyalah sebatas partner bisnis saja. Padahal, sebenarnya lebih dari itu.