Namjoon tidak pernah tahu bahwa akan ada hari di mana ia mengunjungi rumah milik mantan kekasih Seokjin. Semalam, Jisoo memberitahu bahwa saudaranya itu kini sedang dalam kondisi yang menghawatirkan. Pria itu menolak untuk ditemui oleh siapapun dan terlihat seperti sedang ketakutan.
Seharusnya Namjoon tidak peduli. Tapi, apa mungkin? Sejujurnya, ia masih begitu menyayangi mantan kekasihnya itu. Ia tidak pernah menduga bahwa hubungan mereka berakhir dalam waktu yang sangat singkat.
Sial. Jika dilihat dari ukuran rumah yang ada di hadapannya kini, sepertinya mantan pacar Seokjin bukanlah orang dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Mau tak mau jiwa berkompetisi Namjoon muncul seketika.
Namjoon menghela nafasnya. Ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan hal itu. Ia sendiri tidak dapat menebak apakah kedatangannya ke tempat ini akan membawa sebuah perubahan baik atau tidak.
Namjoon menekan bel pintu. Tak lama kemudian, seorang pria membukakan pintu. Ia tak lain adalah sang pemilik rumah. "Kau siapa?" Tanyanya.
"Aku Kim Namjoon. Aku kemari untuk mencari Seokjin." Jawab Namjoon apa adanya.
"Oh? Sepertinya aku pernah mendengar namamu. Apa hubunganmu dengan Seokjin?"
Ingin sekali rasanya Namjoon meminta pria itu untuk diam dan berhenti bertanya. "Aku adalah kekasihnya."
Kyung-ho menatap penuh selidik. "Jangan bohong. Ia pernah bilang padaku bahwa ia sedang tidak memiliki pacar saat ini."
Namjoon menghela nafasnya. "Sekarang aku tanya padamu, apa hubunganmu dengannya? Mengapa kau bertanya ini dan itu seolah-olah kau adalah Ayahnya?"
"Aku adalah mantan pacar Seokjin. Aku bertanya seperti ini karena tidak ingin membiarkan sembarang orang bertemu dengannya." Jawab Kyung-ho tak mau kalah.
Namjoon memutar bola matanya malas. "Aku bukan sembarang orang. Aku memang masih menjadi pacarnya seminggu yang lalu." Ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto kencan terakhirnya dengan Seokjin. "Sekarang biarkan aku masuk."
"Ya, ya, ya. Aku akan mengijinkanmu masuk. Tapi, dengarkan dulu. Kondisi Seokjin sekarang memang sangat memprihatinkan. Sejak kemarin, ia hanya makan sedikit sekali. Bahkan diajak bicara pun sangat sulit. Ia hanya sesekali menjawab pertanyaanku. Lalu, sepertinya ia juga belum tertidur sama sekali sejak kejadian itu." Tutur Kyung-ho khawatir.
"Kejadian apa?" Tanya Namjoon penasaran.
"Kejadian setelah acara reuni SMA kami berakhir. Singkat cerita, aku hendak mengantarkannya pulang waktu itu. Tapi, Ayahku yang omong-omong, pemilik hotel tempat acara itu diadakan, tiba-tiba ingin bertemu denganku. Lalu, Seokjin pergi ke basement terlebih dahulu seorang diri."
Namjoon menatap heran. "Kau membiarkan Seokjin berada di basement seorang diri?"
"Memangnya mengapa? Ia kan pria dewasa bukan balita?" Tanya Kyung-ho tak kalah herannya.
"Abaikan. Lanjutkan saja ceritamu."
"Sampai di mana aku tadi? Oh iya, ia pergi ke basement. Lalu, tiba-tiba saja seluruh aliran listrik di hotel terhenti dan otomatis semua lampu padam. Aku teringat bahwa Seokjin takut kegelapan dan langsung pergi ke lantai basement. Untung saja ahli mekanik hotel berhasil memperbaiki sistem sehingga lampu-lampu bisa kembali menyala ketika aku sampai di basement."
"Di sana, aku melihat ada seorang pria misterius yang berusaha menariknya entah ke mana. Seokjin terlihat begitu ketakutan. Tapi, untung saja aku datang tepat waktu dan langsung menghajar orang itu. Ia langsung melarikan diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner | Namjin [End]
FanfictionOrang-orang mengira bahwa hubungan Kim Seokjin dan Kim Namjoon hanyalah sebatas partner bisnis saja. Padahal, sebenarnya lebih dari itu.