Namjoon menyadari bahwa semakin lama hubungannya dengan Seokjin berjalan, mereka semakin jarang bicara. Keduanya seolah bisa memahami satu sama lain tanpa mengeluarkan kata-kata. Dan itu adalah hal yang bagus menurut Namjoon.
Hanya saja, terkadang ia merasa bahwa mereka perlu lebih banyak bicara seperti dulu lagi. Atau mungkin memberikan validasi tentang perasaan masing-masing melalui kata-kata seperti "Aku mencintaimu."
Namjoon tahu itu adalah hal yang sulit mengingat bahwa keduanya sangat jarang mengutarakan perasaan mereka melalui ucapan. Ia ingin membuatnya terdengar senatural mungkin dan tidak berlebihan. Maka dari itu, ia akan mencari saat yang tepat untuk mengatakannya.
"Apa lukamu sudah sembuh total sekarang?" Tanya Seokjin kepada seorang pemuda yang duduk di kursi belakang mobil.
"Jika belum sembuh, mana mungkin aku berani ikut pergi dengan kalian?" Jawab pemuda itu sekaligus bertanya.
Seokjin menyengir. "Kau benar."
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan Jimin, hyung. Ia adalah orang yang kuat." Timpal Taehyung yang duduk di sebelah pemuda tadi.
"Ya, aku memang orang yang kuat. Jika kau berada di posisiku waktu itu, kau pasti sudah meraung-raung." Ujar Jimin mengiyakan.
"Huh? Kau saja menjerit histeris saat aku tidak sengaja menepuk bekas jahitanmu."
"Bukankah itu wajar?!"
Seokjin hanya tersenyum kecil melihat kedua pemuda itu mulai berdebat.
"Kita sampai." Ujar Namjoon yang duduk di kursi kemudi.
Mereka pun turun dari mobil. Hamparan hijau menjadi pemandangan pertama yang mereka lihat. Suara kicauan burung senantiasa terdengar ketika udara pagi yang sejuk datang menyambut mereka. Tempat itu sebenarnya begitu asri jika mengabaikan fakta bahwa tempat tersebut adalah sebuah pemakaman.
Mereka bergegas memasuki tempat itu. Setelah berjalan selama kurang lebih lima menit lamanya, mereka pun sampai ke tujuan.
Di hadapan mereka kini, terdapat tiga buah kuburan di mana salah satu di antara mereka masih terlihat cukup baru. Pada batu nisan, tertuliskan nama Kim Jongmin. Sementara dua lainnya bertuliskan nama Ayah dan Nenek Seokjin.
Setelah meletakkan bunga dan menatanya dengan rapi, mereka pun mulai memejamkan mata dan berdoa secara individu.
Taehyung sedikit tersentak ketika tiba-tiba saja Namjoon mengusap bahunya pelan. Sepertinya pria itu melakukan hal tersebut sebagai bentuk belasungkawa.
"Andai saja aku sempat menghentikannya waktu itu." Raut penyesalan terlihat jelas di wajah Namjoon.
"Tidak. Apa yang harus terjadi biarlah terjadi." Kata Taehyung seraya memaksakan sebuah senyuman.
"Kau tidak perlu berpura-pura tegar, bodoh." Ujar Jimin yang entah sejak kapan sudah berlinang air mata.
"Jimin?"
"Bagaimana pun, ia adalah orang yang telah menyelamatkan hidupku waktu itu. Aku benar-benar berhutang padanya."
Seokjin menatap mereka penuh rasa bersalah. "Semua ini salah-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner | Namjin [End]
FanfictionOrang-orang mengira bahwa hubungan Kim Seokjin dan Kim Namjoon hanyalah sebatas partner bisnis saja. Padahal, sebenarnya lebih dari itu.