[11] Go And Free

570 52 13
                                    

Dia melakukannya lagi.

Malam yang terasa lama dengan penuh penyiksaan ketika pria gila itu melakukannya dengan kasar.

Sekarang Yerin tidak dapat berjalan leluasa karena tubuh bagian bawahnya begitu sakit.

Dan jangan lupa tanda kepemilikan diseluruh tubuhnya.

Ia tidak tahu harus merasakan apa. Hatinya terasa membeku dan saraf otaknya seperti berhenti bekerja. Yerin seperti zombie yang tidak memiliki tujuan hidup.

Setelah dua kali kakak tirinya menidurinya, apakah semuanya akan terlihat baik-baik saja?

Bahkan ia ingin bunuh diri saja rasanya.
Harga dirinya yang hancur lebur dan mahkotanya yang telah hilang. Apa lagi yang bisa ia harapkan dari dirinya sendiri?

Tidak ada. Nol besar.

Yerin hanya bisa sesunggukan dikamar mandi memegangi kedua lututnya meringkuk seperti bayi. Hatinya hancur tak lagi berbentuk.

Malu, kecewa, sedih semuanya bercampur menjadi satu. Dengan segala hal yang berkecambuk didalam hatinya.

Ingin rasanya ia mengadu ke ayahnya mengatakan bagaimana bejatnya anak tiri yang selalu dia elu-elukan, yang ternyata tidak lebih dari laki-laki bajingan.

Jika saja....



















BRAK

"Woi nyantai item nyantai!" Park Jimin mendengus kesal

Kim Jongin yang bisa kau sebut Kai saja melemparkan tas besarnya kearah bangku Jimin teman sekelasnya.

Ini baru jam delapan pagi. Tentu saja kelas tampak sepi, hanya mereka berdua disana terlebih lagi kedua laki-laki yang sering berseteru itu disatukan ditempat sepi itu adalah pilihan buruk.

"Ngapa dah lo? Gausah sok deket sama gua!"

Cibir Kai mendudukan dirinya dikursi dekat Jimin.

"Lah bajingan! Ngaca woi!! Butuh kaca lu?!" sungut Jimin

"Ga dah. Kaca aja insinyur liat gua." balasnya enteng

"Insicure tolol!"

"Lah ngegas si goblok?!"

"Kalo iya emang masalah ha?!"

Slett

Dari pandangan tajam keduanya seperti menyalurkan sengatan listrik satu sama lain. Tidak Kai tidak juga Jimin mereka sama saja. Berkelahi dimana-mana dan selalu adu mulut seperti ini.

Dan semua orang sudah hapal akan itu.

"Tengkar aja tross tengkar, nih gua bawak silet lumayan bisa donorin darah kalian habis ini."

Nada tajam nan mengitimidasi itu membuat keduanya menoleh kearah pintu kelas.

Tampak seorang laki-laki yang kini menatap mereka tajam.

"Lah dia duluan yang buat masalah!"

Jimin menunjuk Kai yang memasang wajah datar.

"Ape dah buntut gajah. Berisik lu."

"Dih?!"

Pletak!

Satu gebukan buku tebal itu berhasil mendarat mulus diatas kepala mereka.

Tampak Cha Eunwoo menatap garang kearah mereka. Sang ketua kelas.

"Serius dah ye ketua kelas yang terhormat. Kai duluan yang bikin masalah gimana gua ga emosi kalo pagi pagi dia udah ganggu gini?"

Wrong Feeling [OSH] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang