3 - Bibliofilia

161 60 3
                                    

Sinta berlari keluar kelas, ia ingin menemui Nana di kelasnya. Mungkin Sinta adalah jurnalis yang akan memberitakan seorang Alex dan selalu menyampaikan beritanya kepada Nana.

Dina yang melihat Sinta berlari sudah menebak, pasti Sinta akan menemui Nana dan menceritakan persoalan Alex kepada Nana.
​"Sin, mau ke mana lo? jangan ngebucin lagi lo di kelas sebelah!" teriak Dina kepada Sinta yang sudah meninggalkannya.

​Dina hanya heran kepada sikap Sinta yang kadang benar dan kadang aneh, tergantung cara otaknya berpikir. "Kenapa Nana bisa tahan punya sahabat seperti Sinta, gue aja udah mau mengundurkan diri duduk sama dia," ujarnya dalam hati sembari heran melihat tingkah Sinta.

​Kelas Sinta dan Nana berdekatan, mungkin hanya Sinta yang sering masuk ke kelas Nana, itupun karena ia ingin mencari keberadaan Nana.

Sinta melihat Nana yang masih duduk manis di mejanya, gadis itu fokus membaca buku, entah buku apa yang ia baca, gadis itu selalu membaca dan membaca, sampai teman-teman di kelasnya menjuluki dia 'Bibliofil'. Nana tidak heran dengan sebutan itu, baginya selama ia masih hidup di bumi, bukan di planet lain, ia akan terus membaca.

​Sinta langsung masuk ke kelas Nana yang tampak sepi, hanya terlihat beberapa orang yang masih berada di dalam kelas 'bibliomania' ini, Nana bahkan tidak menyadari kedatangan Sinta yang langsung menghampirinya.

​"Gue ada kabar baru nih, dijamin lo pasti tutup buku sekarang juga," ucap Sinta yang sudah berada di depan Nana, terlihat Nana yang masih fokus membaca bukunya, ia tidak menoleh sedikit pun ke Sinta.

​"Na, gue serius," pinta Sinta kembali, tapi Nana masih saja membaca bukunya, ia tidak memedulikan Sinta yang memanggilnya sedari tadi.
​Sinta merasa sedikit kesal dengan Nana, ia segera menutup paksa buku yang sedang dibaca bibliofil ini.

​"Apasih Sin, lagi seru nih Nana bacanya," sahut Nana dengan raut wajah kesal karena bukunya di tutup paksa. Sinta yang sedari tadi ingin mengajaknya bicara tampak nyengir dengan wajah tak berdosanya.

​"Gue ada berita terupdate yang tentunya lo pasti suka," balas Sinta dengan memasang wajah serius menatap Nana.

​"Mbak Dedek pasang diskon?"
​"Sinta udah jadian sama Dino?"
​"Bukan Na, tadi gu..."
​"Sinta di marah Pak Herman?"
​"Sinta tadi pagi lupa mandi lagi?"
​"Nggak Na, Stop! Dengerin gue dulu," potong Sinta cepat menghentikan ucapan Nana.

Sinta kembali memandang pelan Nana yang sudah diam, ia menatapnya dengan tatapan penuh makna tetapi tidak benar-benar memiliki makna, mungkin berita ini tidak begitu membuat Nana tertarik. Tapi sebagai seorang jurnalis, Sinta akan melaporkan setiap berita yang ia dapatkan termasuk berita aneh sekalipun.

"Ini tentang Alex," ucap Sinta kembali menatap
Nana dengan tatapan sok serius.

"Sinta, udah Nana bilangin, jangan cerita soal dia lagi ke Nana, tadi pagi aja Nana nggak dipeduliin," ungkap Nana dengan raut wajah datarnya, "Nana masih kesal ini," lanjutnya menatap Sinta sinis.

Sinta tersenyum melihat Nana yang masih memasang wajah cemberutnya, bagaimanapun ekspresi wajah seorang Nana tetap terlihat cantik.

Sinta kembali membuka mulutnya pelan dan ingin mulai bercerita mengenai Alex.
"Na, lo tahu gak?" ucap Sinta, berharap Nana menanya balik.

"Nggak. Nana nggak tahu dan Nana nggak mau tahu," ucapnya logis dan memang benar.

Kali ini Sinta benar-benar berhadapan dengan manusia berotak super jenius, tapi Sinta berpikir bahwa otaknyalah yang paling jenius diantara otak-otak lain.

"Pokoknya gue gak mau tahu, pokoknya lo harus tahu," sahut Sinta memaksa Nana mendengar ceritanya.

"Ya terserah Sinta aja," Nana pasrah, kali ini ia kembali harus mendengar berita dari seorang Sinta.

CERITAKU CERITAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang