17 - Aku, kamu, dan dia

33 6 0
                                    

Alex sudah berada di rumah Bastian, begitu pun dengan Dino dan Tasya. Mereka sudah datang berbarengan sedari tadi.

Bastian tampak sangat bersemangat, ia mengeluarkan meja besar dari rumahnya. Bastian menempatkan lokasi belajarnya di halaman depan rumah, ia tidak ingin mengajak sahabat-sahabatnya ini masuk ke dalam rumah.

​"Bas, kenapa nggak di dalam aja," ucap Dino mengeluh kepada Bastian.

​"Takut ganggu Mama gue," balas Bastian.

​"Emang Mama lo ngapain di dalam?" tanya Dino penasaran.

​"Beranak," sahut Bastian asal dengan tawa khasnya.

​Dino menatap Bastian sinis, memang manusia satu itu tidak pernah normal seperti dirinya.

​"Gue malas di dalam. Mending di luar, biar beda aja suasananya, biar adem gitu," ucap Bastian kembali.

​Tasya mendengar perkataan Bastian itu, ia mulai merasa hari ini tidak begitu baik baginya. "Ya Tuhan apa yang akan terjadi kepada hamba-Mu yang baik hati ini," gumam Tasya dalam hati.

​Alex merasa malas berada di rumah Bastian, lebih baik ia belajar sendiri di rumahnya. Tapi ia berusaha bersabar, ia ingin hari ini dapat belajar dengan fokus. Sepertinya Bastian benar-benar ingin belajar, ia tampak cemas dengan ujian besok, materi fisika dan matematika sudah menantinya.

​"Lex, mana pacar lo si Nana, belum datang juga," ucap Bastian mengerutkan keningnya.

​Tasya sangat terganggu dengan ucapan Bastian itu, terlihat jelas dari raut wajahnya. Tetapi ia berusaha menahan kekesalannya supaya Bastian tidak mengatakan sesuatu yang bisa mengubah suasana lagi.

​Alex menatap Bastian datar. "Gue nggak punya pacar."

​"Din, cepat lo telpon gebetan lo Sinta," ucap Bastian kali ini menoleh Dino.

​"Laksanakan Kapten!" sahut Dino dengan semangatnya, apapun hal yang terkait Sinta, ia sangat cepat dan sigap.

​Dino langsung mengeluarkan ponselnya, ia segera menelepon Sinta. Walaupun sudah dipastikan Sinta menolak panggilan itu, ia tetap saja berusaha meneleponnya.

​Dino berharap Sinta menerima panggilannya kali ini, ia sangat ingin Sinta ikut ke rumah Bastian. Dino sedikit cemas, apakah Sinta dan Nana bisa datang hari ini atau tidak.

​Dino mengerutkan keningnya, tidak ada jawaban dari perempuan yang membuatnya gila itu. "Nggak diangkat Bas," ucap Dino dengan wajah cemasnya.

​"Sini bawa ponsel lo, gue yang nelpon," sahut Bastian langsung mengambil ponsel Dino yang masih dalam genggamannya.

​Bastian langsung mencoba menghubungi Sinta, tetapi tidak ada sedikit pun tanda-tanda panggilan itu masuk di ponsel Sinta. Bahkan Bastian tidak mendengar suara apapun dari ponsel Dino.

​Bastian mulai mengecek apakah ini benar nomor Sinta atau tidak. "Din, lo pernah dengar suara kalau nelpon Sinta?" tanya Bastian dengan melirik Dino.

​"Nggak, dia kan nggak pernah jawab telpon gue," sahut Dino masih dengan wajah cemasnya.

​"Dasar batu! Kalau lo nelpon dari nomor Dino siapa pun yang nelpon nggak bakal dijawab Sinta," ketus Tasya menatap Bastian tajam.

​"Iyalah nggak ada jawaban. Sinta udah blokir nomornya," balas Bastian dengan tawa tak berdosanya.

​"Apa Bas? Sinta blokir nomor gue? Serius lo?" tanya Dino terlihat tidak percaya.

​"Nih, lihat sendiri, masa lo nggak tahu nomor di blokir," ucap Bastian langsung mengembalikan ponsel Dino.

​Alex memilih diam, ia tidak menghiraukan keributan sahabat-sahabatnya ini. Alex tampak sudah membuka bukunya, ia tidak mau kehilangan fokus akibat tingkah Bastian dan Dino yang sama anehnya ini.

CERITAKU CERITAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang