7 - Pengakuan

107 40 0
                                    

Tasya dan Bastian melihat Alex memasuki kelas masih dengan wajah dinginnya, ia tampak gerah dan mengibaskan kerah bajunya.

Mungkin teman sekelasnya sudah mendengar berita dirinya dengan Nana. Ia juga melihat Tasya dan Bastian menatapnya dengan senyuman licik.

​"Lex, diam-diam rupanya lo goda si Beruang Madu," ucap Bastian dengan tawa khasnya.

​"Lo tadi ngapain sama Nana?" ucap Tasya yang tampak sangat penasaran dengan hal ini.

​Alex sebenarnya sangat malas membericarakan hal ini kepada Tasya dan Bastian. Tapi kalau tidak diberi tahu, Tasya dan Bastian pasti sangat menuntutnya untuk bercerita.

​"Gue tadi lihat dia di perpustakaan, dia jatuh nabrak kaki gue," ungkap Alex menceritakan kejadiannya.

​"Kok bisa nabrak kaki lo?" tanya Tasya lagi yang terlihat mengkerutkan keningnya.

​"Lo udah baikan sama dia?"
​"Lo nggak ada masalah lagi sama dia kan?"

​"Gue nggak ada masalah," jawab Alex singkat kepada Tasya.

​Bastian menatap Tasya lekat, kenapa Tasya terlihat sangat penasaran seperti ini dengan Alex dan Nana? Bastian melihat tanda-tanda aneh yang ditunjukkan Tasya kepada Alex. "Kasus pertama telah terungkap tanpa gue selidiki, gue harus selidiki kasus kedua ini!" ujarnya dalam hati.

​"Lex, lo pernah suka sama cewek?" ucapan Bastian membuat Alex dan Tasya sontak menatapnya cepat.

​"Nggak," balas Alex singkat.

​"Lo disukai banyak cewek?"

​"Mungkin,"

​"Kayaknya di kelas ini ada yang suka sama lo," ucap Bastian sembari menoleh pelan ke arah Tasya.

​"Gue tahu," sahut Alex asal. Ia merasa sangat malas menjawab pertanyaan Bastian.

​"Beneran lo tahu? Siapa?" tanya Bastian lagi menatap Alex serius.

​Tasya juga tampak menatap Alex dengan serius dan menunggu jawaban dari Alex. Ia juga heran kenapa Bastian menanyakan hal yang tidak diduga itu kepada Alex.

​"Menurut lo?" tanya Alex balik kepada Bastian.

​"Ta..."

​"Lex, gue minta rumus kimianya ya, gue lupa," sahut Tasya memotong perkataan Bastian yang ingin menebak orang yang menyukai Alex.

​Bastian kesal dengan Tasya yang selalu saja memotong ucapannya. Ia ingin menyelidiki sikap aneh Tasya akhir-akhir ini yang selalu penasaran dengan Alex dan Nana.

​Bastian mendesis pelan, menatap Tasya dengan tatapan liciknya, ia berpikir bahwa Tasya menyembunyikan sesuatu darinya.

​"Ngapain lo liatin gue kayak gitu? Gue tahu gue emang imut," ucap Tasya kepada Bastian yang terlihat menatapnya aneh.

​"SOK IMUT! BUKAN IMUT!" sahut Bastian keras dengan tawa khasnya lagi.

​Alex hanya terdiam melihat tingkah Bastian dan Tasya yang tidak pernah akur, ia sangat heran dengan sahabatnya ini yang selalu ribut tetapi tetap bersama.

​Alex tidak memedulikan hal itu lagi, ia sudah terbiasa dengan keributan yang terjadi antara Bastian dengan Tasya. Ia kembali mengambil buku kimianya dan menuliskan rumus yang diminta Tasya kepadanya tadi.

​Alex tidak menuju kantin hari ini, begitu pun dengan Bastian, ia merasa kurang asik kalau Dino tidak bersamanya.
Sedari tadi Bastian hanya mengganggu kenyamanan Tasya dan membuat Tasya merasa kesal, ia memang sangat senang mengganggu Tasya. Jika dalam sehari ia tidak dapat mengganggu Tasya maka hari itu belum terasa lengkap baginya.

...

​Alex memasukkan buku-bukunya, ia juga merapikan tempat duduk serta membersihkan kolong bangkunya yang berisi banyak surat maupun makanan ringan kiriman adik kelas kepadanya.

​"Lex, mending buat gue tuh semuanya, suratnya biar gue baca nanti," ucap Bastian dengan senyum merekahnya.

​Tasya tampak mengerutkan keningnya kembali, ia merasa aneh bila ada adik kelas yang menaruh sesuatu di meja Alex.

​"Oow iya. Mending lo kasi Dino aja, biar dia belajar romantis deketin Sinta," ujar Bastian lagi dengan kekonyolannya.

​"Nanti kita ke rumah Dino gimana? Kita jenguk dia," lanjut Bastian sekarang tampak serius.

​"Iya boleh," balas Alex dengan santai.

​"Lo bisa kan, Sya?" tanya Alex kepada Tasya yang terlihat memakai jaketnya.
​"Nggak usah ditanya, kalau ada gue dia pasti ikut," sahut Bastian dengan polosnya.

​"Gue terpaksa sama lo," balas Tasya mulai menoleh Bastian sinis.

​"Lo seharusnya berterima kasih banyak sama gue, Kalau lo punya pacar, gue kan nggak ribet lagi nganter-nganter lo," sahut Bastian menatap Tasya pelan.

​"Iya iya," balas Tasya malas.

​Alex menggeleng-gelengkan kepalanya, Apa mereka tidak pernah akur dari dulu? Apa ini yang namanya takdir persahabatan? Entahlah, Alex sangat bingung, tidak mengerti dengan Bastian dan Tasya.

​"Gue mau pulang duluan Lex, panas nih, makin panas jadinya kalau lama-lama sama..." ucap Bastian kepada Alex dan menoleh ke arah Tasya.

​Bastian langsung beranjak keluar kelas, ia ingin menghindari ocehan Tasya.

​"Nggak usah dilanjutin, gue tahu lo nyindir gue," sahut Tasya. Ia tidak memedulikan hal itu, ia sudah sangat terbiasa dengan sikap Bastian kepadanya.

​"Gue duluan Lex," pamit Tasya kepada Alex.

​Bastian tampak sudah menghilang dari pandangannya, Tasya langsung menyusulnya cepat.

​"Hati-hati lo," balas Alex singkat.

​"Iya Alex," sahut Tasya pelan dan tersenyum kepada Alex, tidak seperti biasa Tasya seperti itu kepada Alex.

​Alex terlihat biasa saja, ia langsung beranjak menuju parkiran yang tampak sudah sepi, Alex ingin menuju rumahnya cepat, ia berencana menyelesaikan tugas-tugasnya yang masih tertunda. Nanti sore ia akan menjenguk Dino bersama Tasya dan tentunya si aneh Bastian.

...

-Putu Bagus-

Apa yang akan diselidiki Bastian? Apakah itu sebuah rahasia? Sebuah rasa ? Atau mungkin sebuah cinta?
Jika suka dengan ceritanya silakan VOTE dan KOMENTAR ya teman-teman😊
Tunggu kelanjutan cerita mereka😊
Selamat pagi, siang, sore, malam. Tergantung waktu kalian membaca bagian ini, hehe😁
-TERIMA KASIH-
😊😊😊

CERITAKU CERITAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang