[1.0] Kita Dalam Cerita Berbingkai

51 8 4
                                    

Sobat Ambyar.

Begitulah mereka menamai squad kecil ini. Lucu, sih. Tapi gak apa-apa, unik 'kan? Berawal dari terinspirasi dengan penyanyi dangdut fenomenal, Didi Kempot—yang selalu bilang 'Sobat ambyar'—akhirnya mereka menyebutnya seperti itu.

Dan di Galendra High School-lah awal mula kisah mereka di mulai. Pertama masuk sekolah, berkenalan, bertukar nomor handphone, dan berakhir menjadi sahabat selama tiga semester ini.

“Guys, kantin, yuk!”

Itu Vanka, cewek yang doyan banget sama yang namanya sajak, puisi, dan cinta. Tak heran jika Vanka sering dijuluki temannya itu bucin. Bahkan Vanka juga punya instagram khusus untuk share kata-kata bucin. Yes, she's pro right there.

“Yok, gue juga laper, nih!”

Yang menyahut namanya Aruna, cewek paling bar-bar diantara mereka berlima. Bahkan dia bisa segalak preman pasar. Atau bahkan lebih.

“Kantin mana? Kalau kantin bawah gua gak ikut, ah. Males banyak adek kelas.” Alana menyahut. Cewek kpopers itu udah paling males kalau berhubungan dengan keramaian, walaupun emang semua kantin selalu ramai.

“Yaudah, kantin atas aja, gimana?” Rainna menengahi. Cewek paling pendek diantara mereka pun menyarankan.

“Oke, deh. Ke sana aja, ada janji sama Edward, nih,” kata Alea. Cewek jangkung itu selalu bertemu sahabat karibnya itu setiap istirahat. Jadi tidak heran jika mereka sering digosipin berpacaran.

Alana mengangguk, disusul keempat temannya lalu berjalan keluar kelas menuju kantin melewati lantai tiga. Jangan salah, walaupun sekolah ini cuma sekolah yayasan, tapi fasilitasnya bisa di bilang lebih lengkap dari sekolah negeri. Dan soal prestasi? Jangan ditanya, siswa-siswi Galer (Sebutan untuk anak GHS) bisa menyamakan nilai sekolah favorit atau bahkan unggulan negara sekalipun.

Di sekolah mereka ada dua unit gedung utama, yang hanya berbatas jalan raya saja. Unit pertama di isi dengan jurusan IPA, sedangkan unit kedua dengan jurusan IPS.

Setiap gedung berbentuk balok dengan taman dan lapangan basket yang terletak di tengahnya. Masing-masing mempunyai tiga lantai, lantai pertama dan kedua untuk ruang kelas. Dengan total lima belas kelas per unit. Sedangkan lantai tiga untuk aula, gedung teater, laboratorium, perpustakaan, ruang agama dan masih banyak lagi.

Nah, untuk Aruna dan teman-temannya mereka berada di unit satu lantai dua dan sekarang ini mereka berniat ke rooftop sekolah, atau lebih tepatnya ke kantin yang ada di sana.

“Rame banget, benci gua," celetuk Alana. Gak tahu kenapa, kepalanya jadi panas, padahal di kantin itu adem dan sejuk.

“Gapapa rame, bisa sambil cuci eyes kan?" sahut Vanka. Cewek itu emang suka banget sama yang namanya cogan, jadi dia gak akan sia-siain kesempatan ini.

Rainna terkekeh heran sama kelakuan temennya itu. Sedangkan mata Alea udah kemana-mana buat cari si Edward.

“Woy, sini lo pada!” teriak Aruna saat udah nemu bangku buat mereka. Cewek yang akrab disapa Una itu emang gercep masalah ginian, apalagi soal makan.

Mereka akhirnya jalan ke arah Una dan narik kursi buat duduk. Dengan posisi melingkar; Aruna-Alana-Rainna-Alea-Vanka.

Aruna emang pinter milih tempat, nyatanya dia milih tempat yang sejuk dan gak kena sinar matahari langsung juga berhadapan langsung dengan lapangan basket yang ada di bawah sana. Kalau kata Vanka, “Mayan bisa liat cogan.”

Kantin ini letaknya di bagian paling belakang dan paling atas gedung. Sedangkan di sebrangnya ada satu ruangan di lantai empat, hanya ada satu, ruang Kepala Sekolah, Bapak Galen terhormat yang tidak lain adalah ayah kandung Alana.

Friendship GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang