3 : Ezra yang baru

27.5K 3.1K 83
                                    

"Pagi, Pak Ray!"

Flora hanya menoleh sekilas ke arah pintu ketika salah satu rekan kerjanya masuk. Akan tetapi penampilan wanita itu langsung membuatnya terperangah sepersekian detik.

Kemeja satin berwarna merah marun yang meregang di bagian payudara seolah menegaskan ukurannya, bahkan Flora sempat melihat renda bra-nya tercetak dari balik kain satinnya.

Rok pensil berwarna hitam membentuk bokongnya yang tinggi karena ditunjang oleh stiletto merah yang selaras dengan bajunya. Selebihnya, Dora menyampirkan rambut hitam di salah satu pundak. Flora berpikir, betapa menyenangkannya bisa tampil cantik.

"Hai, Ra!" sapa Ezra dengan ramah dan terdengar sangat akrab, "gimana liburannya? Seneng?"

Dora tersipu malu saat menyerahkan dokumen padanya, "yah, liburan sama orang tua bisa apa sih, Pak. Gitu - gitu aja."

Tawa Ezra terdengar renyah hingga membuat Flora mual, obrolan pagi apa ini?

"Lagian udah gede liburan sama orang tua. Sama pacar dong." Pancing Ezra, sepertinya ia melakukan itu tanpa sadar seperti kebiasaan bernapas, dan saat menyadari gerakan Flora di sudut matanya, ia mengumpat dalam hati. Rasanya salah melakukan itu di hadapan Flora.

"Saya kan jomblo, Pak." Balas Dora malu - malu, "Pak Ray kenalin dong ke temannya, jadi bisa double date gitu."

Ezra menandatangani bagian yang diperlukan sembari tersenyum lalu ia mengembalikan salah satu map itu pada Dora. "Sayangnya, saya juga jomblo. Nggak bisa double date-lah, Ra."

Dora mengulum senyum lalu berkata, "oh, iya..."

Deham kasar seakan sengaja meredakan kehangatan pagi Dora. Flora melempar senyum akrab palsu padanya sebelum menumpuk sisa berkas Dora dengan berkas lain.

"Ini sudah antre dari kemarin untuk diselesaikan, Pak. Saya janji dengan bagian legal dan purchasing bahwa semua selesai sebelum jam sebelas."

Ezra benar – benar memperhatikan lawan bicaranya menjelaskan sebelum menjawab, "oke. Kamu di samping saya, bantu balikin kertas yang sudah saya tanda tangani."

Pria itu hanya berniat memberi pekerjaan yang tidak perlu. Membalik kertas yang sudah ditandatangani, seriously?

Tapi Flora terlalu menyebalkan dengan komitmen untuk tetap profesional. Tidak keberatan ia pun langsung mengiyakan.

Dora sudah kembali dan kini Flora berdiri di samping Ezra, tangannya siap menggeser kertas yang sudah dibubuhi tanda tangan.

Sembari menunggu, bibirnya tergelitik untuk berkata dengan santai, "karyawati di sini tampilannya sudah seperti model majalah ya."

Sudut bibir Ezra ditarik miring ketika ia menyelesaikan kertas kedua, "iya, cuma kamu yang biasa saja."

Ezra mendengar Flora tertawa pelan tapi lebih berupa dengusan, "justru aku standar yang benar. Mereka agak... berlebihan."

Ia menunggu Flora menggeser kertas berikutnya, "maklumin ajalah, Flo. Mereka cuma berusaha menarik perhatian."

"Perhatian siapa?" goda Flora.

Ezra terkekeh lalu menggeleng pelan, "orang paling ganteng di sini." Kemudian ia menutup pena-nya karena seluruh kertas selesai ditandatangani, ia mendongak pada Flora yang sedang membereskan berkas tersebut. "Suatu hari kalau kamu ingin menarik perhatian lawan jenis yang kamu sukai, kamu akan berdandan habis – habisan."

Walau menjaga wajahnya tetap tenang, tetap saja rona kemerahan di pipi tak bisa dihindarkan. Ia mengabaikan tatapan Ezra yang membuatnya risih, antara iba dan penasaran, kemudian berjalan ke arah pintu.

Work from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang