24 : Terlalu dekat (21+)

26.8K 2K 96
                                    

Tubuh Flora bergidik hanya karena memikirkan kembali kejadian hari ini. Betapa berartinya yang Ezra lakukan. Semua itu menyentuh hati Flora yang terdalam. Keinginan untuk memiliki pria itu semakin tak tertahankan, ia tahu perasaan itu hanya akan membuatnya sulit merelakan bahwa Ezra enggan berkomitmen, ia tahu perasaan yang semakin membumbung ini hanya akan membuatnya terluka suatu saat nanti.

Ezra tidak boleh meneruskan ini, memberikan perhatian yang lebih padanya. Akan lebih mudah jika mereka kembali ke komitmen awal, hanya hubungan badan yang sederhana—tanpa melibatkan keluarga.

Pintu terbuka setelah ia ketuk dua kali. Ezra tampaknya belum tidur. Jelas saja, sejak masuk ke kamar masing - masing mereka terus saling berkirim pesan seperti remaja kasmaran.

"Flo?"

Melihat Flora yang mengetuk pintu kamarnya jelas membuat Ezra takjub. Ia sama sekali tidak khawatir jika Vardy, Wanda, bahkan Meryl memergoki mereka di kamar yang sama. Semua orang di rumah ini tahu hubungan mereka lebih dari profesional dan teman.

Hanya saja apa yang memicu keberanian Flora mendatangi kamarnya?

Wanita itu seakan menanggung beban yang besar ketika menatap matanya, walau ekspresi wajahnya biasa saja Ezra tahu Flora sedang memikirkan sesuatu.

Flora merapatkan kerah silang kimononya, menurunkan pandangan dari matanya, lalu memiringkan tubuh masuk melewati Ezra. Di belakangnya ia merasakan pria itu tak sekedar menutup pintunya tapi juga memutar anak kuncinya. Getaran gairah dalam tubuh Flora semakin meningkat.

Agar tidak jatuh karena lututnya semakin lemas Flora duduk di tepi ranjang besar Ezra. Sepertinya kamar tamu ini khusus untuk yang sudah berkeluarga.

Ia melirik wajah Ezra yang berdiri di depannya karena tidak berani benar - benar menatap matanya. Kekuatannya yang sudah tinggal sehelai garis tipis akan putus dan ia tidak akan pernah bisa menyampaikan keluh kesahnya.

"Kamu belum tidur?" satu pertanyaan bodoh meluncur dari bibir Flora.

"..." pria itu tahu bagaimana mendapatkan yang ia inginkan, ia... tidak merespon dan tetap menatap wajahnya.

Ah, ya... wajah Flora kebas ditatap oleh mata penuh gairah itu. Sekali lagi Flora meremas kerah silangnya hingga tertutup rapat.

"Aku mau protes."

Ezra tidak juga terlihat tertarik dengan ucapannya. Akhirnya Flora memutuskan untuk melirik ke depan, ke arah bagian tubuh yang sejajar dengan matanya. Kejantanannya. Pria itu jelas - jelas sedang tertarik dengan tubuhnya.

Flora meneguk saliva perlahan sebelum memiringkan wajahnya ke atas ke arah pria yang menatapnya seolah Flora adalah hidangan paling lezat.

Masih meremas kerahnya Flora berkata, "kamu nggak boleh mandiin Mikki lagi, Ray."

Dahi Ezra berkerut samar, ia menutup jarak lalu menanggapi kekasihnya, "kenapa?" ia meraih tangan Flora yang gelisah lalu melepaskannya dari kerah kimono malang itu, "nggak bersih ya?"

Lalu pria itu duduk di sisinya, terlalu dekat hingga Flora merasakan panas tubuh Ezra di pahanya.

"Bersih kok."

Jeda tiga detik, Ezra bertanya, "terus, apa masalahnya?"

Ketika Flora memalingkan wajah ke arahnya, dada Ezra langsung terasa nyeri. Entah karena keinginan tak tertahankan untuk segera menguasai wanita itu di atas ranjangnya atau karena ekspresi terluka di wajah Flora.

"Perhatian yang kamu berikan hari ini sudah berlebihan, Ray. Kamu nggak tahu-" Flora kembali meremas kerahnya secara spontan tapi Ezra buru - buru meraih tangannya dan menggenggamnya.

Work from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang