20: Jadi begitu ceritanya...

18.8K 2.6K 417
                                    

"Orang itu harus bisa terima kondisi kamu yang sebenarnya. Bukan berarti aku nggak bersedia merawat Mikki, aku bersedia jadi Papanya hingga dia dewasa, dia sudah seperti anakku sendiri. Tapi pada akhirnya dia harus tahu siapa ibu kandungnya. Dengan kamu menjadi tantenya saja sebenarnya aku tidak setuju, aku bisa bayangkan marahnya dia ketika semua terbongkar."

"atau kalau kamu ragu pria itu bisa menerima kondisi kamu yang sebenarnya, kamu bisa simpan rahasia ini seumur hidup. Selamanya Mikki adalah anakku dan Gita. Pilihannya hanya itu."

"aku tahu ini berat, Flo. Tapi pada akhirnya kamu harus menikah, aku nggak mau kamu nggak punya siapa - siapa. Kamu punya kami tentu saja, tapi bukan kepemilikan itu yang aku maksud. Kamu butuh sandaran hati, teman berbagi beban, dan keluarga kamu sendiri, untuk itu penting bagi cowok itu tahu yang sebenar-benarnya. Mikki anak kamu. Tidak kurang dari itu."

"Siapapun pria di masa lalu kamu, jujur sulit bagiku untuk memaafkan. Dengan memikirkannya saja rasanya sudah buang - buang waktu, lebih baik kamu ikhlas sehingga kehadirannya di benak kamu tidak mampu mengganggu. Aku tahu selama bertahun - tahun kamu menutup diri karena pria brengsek itu. Tapi aku bangga karena kamu berjiwa besar, mau mencintai anak kamu yang lucu. Dan sekarang jujur saja aku lega karena kamu mau membuka diri untuk orang lain. Itu saja sudah merupakan kemajuan."

Flora sempat ingin bunuh diri ketika mendapati dirinya berbadan dua. Kehamilan dijalani dengan sulit: tanpa suami, kekecewaan orang tua setiap kali mereka bertemu, belum lagi rasa sakit dan tidak nyaman yang menyertai kehamilan tanpa ada penghiburan.

Davon rela tidak melanjutkan studinya, itulah alasannya ia tidak menjadi pengacara. Ia menerima pekerjaan pertama yang tersedia sebagai legal officer di sebuah perusahaan konstruksi, ia membutuhkan gaji untuk merawat adiknya.

Pria itu pergi pagi dan pulang larut malam bahkan kadang tidak pulang, tidak mungkin Flora menambah bebannya dengan keluhan - keluhan kehamilan yang remeh.

Ia benar - benar tidak peduli dengan kondisi kehamilannya, hidup tidak teratur dengan harapan janinnya lemah dan gugur, atau... dirinya mati sekalian. Ia sudah mengecewakan orang tuanya dan Davon, sekarang ia juga menjadi beban bagi kakaknya itu.

Pada suatu saat terjadi pendarahan persis seperti yang ia harapkan. Bukannya cemas, Flora senang bukan main. Memang kejam, tapi saat itu ia menginginkan janinnya tidak bertahan.

Tapi dia tidak cukup beruntung—atau justru beruntung—karena Mikki terlalu kuat, ia lahir ke dunia dengan selamat walau berat badannya di bawah rata - rata. Tapi secara keseluruhan dia bayi yang sehat dengan rambut pirang seperti orang asing dan mata coklat terang. Tak ayal Davon tidak memiliki gambaran siapa pria bejat yang telah menghamili adiknya.

Antagonis Flora tidak berhenti sampai di situ. Ia mengidap depresi pasca melahirkan, sangat mungkin bagi seorang ibu yang memang tidak menginginkan kehamilan itu. Flora enggan menyusui bayinya, jangankan itu. Melihat wajahnya saja ia tak sudi.

Beruntung, karir Davon saat itu menjadi lebih baik, ia tidak hanya bekerja untuk perusahaan melainkan menjadi bagian dari perusahaan itu sendiri. Ada anggaran yang ia alokasikan untuk seorang perawat bayi dua puluh empat jam, memberi susu dan memandikan anak tanpa nama. Di saat yang sama sang ibu berusaha memulihkan diri sendiri.

Satu bulan setelahnya Flora merasa naluri keibuannya mulai terlihat, tangisan bayi seolah memanggilnya untuk bersikap layaknya seorang ibu dan bukannya lari ketakutan lantas bersembunyi di kamar seperti yang ia lakukan selama ini.

Kali pertama ia menyentuh anaknya dalam keadaan sadar ia tersenyum diiringi titik air mata yang kemudian berubah menjadi isak tangis.

Ketika ia ingin melakukan kewajiban sebagai seorang ibu yang memberikan kehidupan melalui kelenjar susunya, ia sudah terlambat. Entah bagaimana ia tak memiliki ASI untuk bayinya. Kegagalan yang kesekian.

Work from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang