"Don't watch me cry."
🌠🌠🌠
"Maaf."
"Untuk apa kau meminta maaf?"
Lelaki di depanku itu lalu tersenyum miris, "untuk semuanya," katanya, masih tetap tidak aku pahami.
"Tolong beri aku kejelasan. Jangan seperti ini."
"Sepertinya—" lelaki itu mulai gelisah.
"Ya?"
"Pernikahan kita bulan depan harus dibatalkan."
Nafasku tercekat seketika. Kepalaku pusing tak karuan. Aku seperti merasa semua tulang di dalam tubuhku lenyap, tak mempunyai tenaga untuk menjawabnya.
"M-maafkan aku. Sungguh. Aku akan kembalikan uang yang telah kau keluarkan untuk menyewa gedung, membeli gaun, undangan, dan semua yang te—"
Aku lalu berdiri, tentu saja membuat lelaki itu memotong omongannya karena tanganku sudah lebih dulu maju untuk menamparnya.
Setelahnya, aku berlari keluar dari kedai kopi itu— meninggalkan lelaki tak berperasaan yang malah mengungkit tentang uang, bukan malah membahas kenapa ia berlaku jahat seperti itu. Aku benar-benar membawa pulang segala rasa malu dan juga sakit hati yang entah bagaimana lagi aku bisa menjelaskan secara detailnya.
Jika bisa, aku ingin mengakhiri hidupku saja.
Jika bisa, aku ingin membunuh lelaki itu.
Jika pun bisa, aku— aku tidak ingin sendirian lagi.
Aku, sangat membutuhkannya. Benar-benar membutuhkan sampai rasanya ingin mati saja jika aku tak bersama dengannya.
Tapi, Park Jimin, kenapa kau begitu kejam...
Kenapa kau senang mempermainkan perasaanku...
[]
/Short story lagiii!!! Yey! Semoga sukakkk/
Kali ini mau buat si Jimin! Hahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ I don't love you.
Fanfiction[COMPLETED] [SHORT STORY] [Park Jimin Version] Terima kasih pernah menjadi sebuah pelajaran hidup meskipun enggan untuk aku ulang kembali. Karena seharusnya tanpamu- aku tetap akan berjalan lurus kedepan, malas menoleh kebelakang lagi karena tahu; k...