"Where is the love?"
🌠🌠🌠
After the heartbreak...
Tentu perasaanku tidak akan pernah sebaik dulu saat aku masih baik-baik saja— saat hatiku belum pernah merasakan sehancur ini.After the heartbreak...
Tentu saja langitku tidak lagi berbintang. Pagi pun terasa seperti tak secerah biasanya karena untuk membuka mata saat bangun pagi pun aku bersusah payah— banyak sekali yang aku takuti setelah hari itu.Aku takut menerima kenyataan pahit ini. Aku takut melihatnya kembali. Aku begitu takut tidak akan pernah bisa melupakannya di sisa hidupku.
Sejujurnya aku tahu betul, apa yang dibawa— bahkan diberi oleh semesta itu pasti keputusan yang paling baik untuk hidupku. Patah hatiku saat ini juga pasti yang terbaik yang diberikan oleh semesta. Aku yakin semesta tidak akan pernah ingkar janji untuk memberikan pelangi setelah badai yang aku alami.
Namun, sialnya, aku belum bisa memahami ini, aku selalu salah paham atas apa yang semesta berikan untukku. Aku terlalu picik— takut tidak sanggup menghadapinya sendiri jika harus menunggu apa yang dijanjikan semesta untukku.
Karena, bagaimanapun juga. Seseorang pernah singgah di hatiku selama bertahun-tahun lamanya. Memberikan bahagia tapi dengan cara berbohong. Entah bagaimana, ia tetap hidup disini— di pikiran dan batinku. Ia tidak akan mati. Ia akan terus hidup, menganggu pikiran jika aku terus menerus memikirkan betapa menyakitkan keputusannya waktu itu; membatalkan pernikahan kami dan memilih untuk menikah dengan wanita yang jelas-jelas teman baikku.
Setiap malam seperti ini, ketika aku di dalam ruanganku, sendirian. Otakku terus saja bekerja keras untuk mengulang kembali memori yang ingin mati-matian aku buang. Aku kembali terjebak dalam situasi ini. Aku benci mengakui, jika aku—
Merindukannya. Sangat.
Aku tidak tahu kabarnya.
Aku tidak tahu bagaimana ia hidup sekarang.
Apakah ia bahagia dengan keluarga kecilnya, atau bahkan tidak?
Otakku selalu saja berputar memikirkan hal gila, seperti; apakah ia merindukanku bahkan sesekali? Apakah ia menyesal telah meninggalkanku? Atau, apakah ia sebenarnya mencintaiku namun terpaksa berbohong karena sekarang ia sudah menjadi Ayah?
Ah, persetan.
Aku bahkan tidak pernah bisa melupakannya. Selalu terbayang-bayang tentang hangat senyumnya ketika kami bertemu. Tatapan meneduhkan yang belum pernah sama sekali aku dapatkan dari lelaki manapun. Suara lembutnya yang selalu membuatku tenang.
Aku bisa gila. Sungguh. Aku gila karena, kenapa hidupku jadi seperti ini? 4 tahun, ini 4 tahun aku sudah bertukar segala hal dengannya, aku melakukan apapun yang ia mau— begitu pula sebaliknya. Semua yang ia lakukan padaku sangat manis, begitu manis bahkan membuatku sampai seperti ini.
Namun, kenapa dengan mudahnya ia malah melepaskanku?
Katanya tidak cinta?
Hanya balas budi saja?
Tidak enak menolak semua yang aku inginkan karena takut aku kecewa?
Gila.
Aku bahkan belum paham untuk itu semua. Sama saja selama 4 tahun, ia mempermainkan hidupku— itu jelas bukan balas jasa, melainkan membunuhku secara perlahan.
Jimin...
Sekali saja, tolong katakan dengan jelas, sekali saja.
Jika kau tidak seperti itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ I don't love you.
Fanfic[COMPLETED] [SHORT STORY] [Park Jimin Version] Terima kasih pernah menjadi sebuah pelajaran hidup meskipun enggan untuk aku ulang kembali. Karena seharusnya tanpamu- aku tetap akan berjalan lurus kedepan, malas menoleh kebelakang lagi karena tahu; k...