"Sorry."
🌠🌠🌠
Setelah malam itu, Jimin selalu dihantui rasa bersalah setiap harinya. Sangat merasa bersalah kepada kekasihnya— Nam Yuri, karena malam itu ia tak sempat mengabari sama sekali. Menghilang begitu saja tanpa ada sama sekali penjelasan yang ia jelaskan kepada Yuri setelah perbuatan bejatnya.
"Sayang?"
"Hmm?"
Kemudian Yuri menghentikkan kegiatannya, ia menoleh ke arah Jimin yang baru saja tiba di apartemennya.
"Kau sedang melakukan apa di ponselmu?" tanya Jimin penasaran.
Tanpa diminta, Yuri pun langsung menunjukkan layar ponselnya kepada Jimin— menampakkan gaun pengantin korea yang benar-benar ingin ia pakai di hari pernikahannya kelak.
"Bagaimana, begitu cantik-kan?"
Jimin mengangguk pelan, "apa saudaramu akan menikah?"
"Tidak."
"Lalu, untuk siapa gaun itu?"
"Untukku, di pernikahan kita."
Langsung membuat Jimin tersedak ludahnya sendiri, respon yang begitu mengejutkan untuk Yuri, "kenapa begitu terkejut? Memang kau tidak ingin menikahiku?" ucap Yuri curiga.
"Ingin— sangat ingin— hanya sedikit terkejut karena kau sudah memikirkan sampai sejauh itu—" Jimin tak bisa berbicara lagi, ia sungguh bingung dengan hatinya setelah pengkhianatan itu terjadi begitu saja, merasa semakin berdosa ketika kekasihnya sibuk membicarakan tentang pernikahan padahal sampai detik ini bisa di bilang— ia masih sering bertemu Mirae secara diam-diam; sebatas untuk menyalurkan beberapa kebutuhan lelakinya yang tak ia dapatkan di dalam diri Yuri.
Pun, pengkhianatan itu terus berlanjut sampai beberapa tahun kemudian, mereka berdua sangat pintar bermain di belakang tanpa Yuri tahu sama sekali. Terus menerus menyelinap di rumah Mirae ketika Jimin baru saja bertemu oleh Yuri. Menemaninya makan, berbelanja, bahkan semua yang diinginkan oleh Mirae— semua Jimin turuti tanpa sadar.
"Beberapa bulan lagi kita akan menikah. Apa kau tidak ingin menemui keluarga besarku, sayang?" tanya Yuri memastikannya kembali.
"A-ah, benar. Beberapa bulan lagi, ya? Eum— aku pasti akan menemui mereka. Kau tak usah khawatir, aku akan datang dengan sopan."
Hari itu, Jimin jelas sekali kacau. Ia bahkan sempat tidak fokus ketika berbicara dengan Yuri. Pikirannya kemana-mana. Memikirkan kembali bagaimana ia pertama kali mengenal kekasihnya sampai akhirnya memutuskan untuk menikahinya setelah berkencan sangat lama.
Pertemuan mereka tentu saja ajaib. Malaikat cantik tanpa sayap yang menyelamatkan hidup Jimin beberapa tahun yang lalu— memberikan nafas buatan yang membuatnya bisa hidup sampai dengan saat ini. Ya, semua yang di lakukan oleh Yuri adalah kebahagiaannya. Semuanya. Wanita itu benar-benar sangat baik, penurut dan juga penuh kasih sayang yang seakan membuatnya seperti akan terus mencintainya lagi dan lagi.
"Sayang—" panggil Jimin kala itu sembari menyetir mobilnya menuju perjalanan pulang setelah memesan beberapa souvernir pernikahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ I don't love you.
Fanfic[COMPLETED] [SHORT STORY] [Park Jimin Version] Terima kasih pernah menjadi sebuah pelajaran hidup meskipun enggan untuk aku ulang kembali. Karena seharusnya tanpamu- aku tetap akan berjalan lurus kedepan, malas menoleh kebelakang lagi karena tahu; k...