"Our souls at night"🌠🌠🌠
Satu bulan kemudian, 21.34 pm kst.
Malam ini, aku pulang sendirian dengan keadaan mabuk. Sepulang dari bekerja, aku menyempatkan diri untuk minum sendirian di kedai favoritku dengan Jimin. Memesan beberapa makanan pedas dan juga soju, tentunya.
Bibi dan juga paman pemilik kedai itu sempat bertanya-tanya padaku, seperti; mengapa kau datang sendirian? Mengapa kekasih tampanmu tidak menemanimu? Mengapa kau minum sendirian seperti orang kesepian padahal kekasihmu selalu setia menemanimu kemanapun kau pergi?
Ah, brengsek.
Aku yang baru saja dicampakan ini hanya bisa berbohong, aku selalu mengatakan bahwa lelaki itu sedang ada di luar kota, selalu mengatakan bahwa sekarang bisnisnya sedang berkembang sangat pesat sehingga mengharuskan pernikahan kami pada bulan ini diundur sampai dirinya pulang lagi kesini, aku yang payah ini terus berbohong agar orang-orang disekitarku tidak menertawakan kegagalanku dalam percintaan.
Malam ini, aku— si pemabuk yang payah ini hanya bisa menggerutu di sepanjang perjalanan pulang nyaris seperti orang gila. Tak lagi memperdulikan orang-orang yang sedang menatapku penuh rasa kasihan dan juga iba. Aku memang pantas mendapatkannya, aku— si payah ini memang menggila ketika mabuk.
"Jimin... "
"Hmm?"
Aku menelpon Jimin tanpa sadar. Karena aku, jika tidak sedang dalam kondisi setengah menggila seperti ini tidak akan berani menelponnya. Karena aku yakin, besoknya aku akan lupa, aku tidak akan mengingat kejadian memalukan ini.
"Aku mabuk lagi malam ini, Jim. Kau sedang mabuk tidak?"
"Tidak."
"A-ah, maaf, hari ini aku lelah sekali jadi aku ingin mabuk. Kau tidak akan marah kan jika aku hari ini pergi minum tanpa izinmu?"
"Lebih baik cepatlah pulang. Sudah larut."
"Kau dirumah?"
"Hmm."
"Aku ke tempatmu, ya? Aku akan naik taksi agar cepat sampai."
"Tidak usah."
"Akan kubawakan ayam pedas kesukaanmu."
"Tidak perlu. Kau pulang saja."
"Aku merindukanmu, Jim. Aku ingin menemuimu. Aku mencintaimu—"
"Tapi, kita tidak punya hubungan lagi. Kita— telah usai."
"J-jim, tapi— "
"Jadi, aku harap diperjalanan pulangmu selanjutnya, tidak perlu menghubungiku lagi. Aku tutup, selamat malam."
Pip.pip.
Dan aku kembali tertampar oleh kenyataan pahit ini. Benar, kami telah usai satu bulan yang lalu. Benar, setiap kali aku mabuk, aku selalu menelponnya untuk mengoceh tak jelas. Karena dulunya, ia yang selalu menjagaku ketika aku seperti ini, ia yang selalu mengantarkanku pulang ke kerumahku dengan selamat— ia juga yang selalu bilang, bahwa; telpon aku ketika pulang larut.
Namun ternyata, saat ini telah berbeda, setelah ia menyadarkanku tentang ketidakpekaanku ini— aku langsung menangis sejadi-jadinya di perjalanan pulang. Langsung berjongkok dan menangis tanpa tahu bagaimana cara menghentikannya. Aku tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk menghentikkan perasaanku untuk lelaki itu.
Aku benar-benar gadis menyedihkan. Gadis bodoh yang mengharapkan keberadaannya lagi di sisiku.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ I don't love you.
Fanfiction[COMPLETED] [SHORT STORY] [Park Jimin Version] Terima kasih pernah menjadi sebuah pelajaran hidup meskipun enggan untuk aku ulang kembali. Karena seharusnya tanpamu- aku tetap akan berjalan lurus kedepan, malas menoleh kebelakang lagi karena tahu; k...