[6]

3.4K 522 118
                                    

"How can i love the heartbreak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"How can i love the heartbreak."

---

Untukmu,

yang aku yakin saat membaca ini pasti kita dalam keadaan tidak lagi bersama.

Hai, apa kabar?

Aku tebak, kau pasti sudah baik-baik saja kan tanpa aku?

Jika iya, aku turut berbahagia.

Jika tidak, aku meminta maaf.

Aku menulis surat ini karena yakin, suatu saat nanti pasti kau memerlukannya. Memerlukannya untuk membantumu agar tidak lagi terbayang-bayang dengan hubungan kita di masalalu.

Sebelumnya, aku ingin berterima kasih padamu. Tentang segala hal baik di dunia ini yang telah kau berikan padaku. Jika tidak bertemu kau di masalalu, aku mungkin sudah mati. Namun, aku yakin, ketika kau membaca kalimat itu pasti dalam hati kau mengumpat seperti ini; seharusnya kau mati saja daripada jadi brengsek begitu!

Hahaha, benar kan tebakanku?

Seharusnya memang waktu itu, kau membiarkanku saja mati tenggelam di lautan. Meninggalkanku dimakan hiu dan jangan pernah menolongku....

Aku bukannya tidak bersyukur karena kau telah menolongku. Aku sangat bersyukur dan berterimakasih pada Tuhan bahwa penolongku sangat cantik sepertimu. Nafas buatanmu untuk pertolongan pertama benar-benar ajaib, ku akui kau memang ahli dalam hal seperti itu sampai aku bisa hidup kembali sampai dengan saat ini.

Sejak pertama terbangun dari pingsanku saat itu, jujur saja, kau begitu berkilauan- seperti bintang-bintang di langit sedang menyinari wajahmu seluruhnya. Aku terpana, aku begitu mengagumimu waktu itu. Hanya mengagumi.

Jahat sekali ya, aku?

Pasti kau berpikir ingin aku mati saja kan, noona?

Namun, aku benar-benar minta maaf padamu. Tentang semua yang aku lakukan. Tentang semua yang terjadi pada kita selama ini.

4 tahun kita telah bersama, selama itupun aku tak ingin menyakitimu, selalu menuruti apa maumu, semua obsesimu, semuanya.

Aku tidak berani menolakmu. Benar. Aku begitu takut untuk mengatakan bahwa aku ingin berpisah sejak dulu. Aku terlalu takut menghancurkan segala obsesimu padaku. Sungguh, maafkan aku.

Sejak awal, aku benar-benar bingung tentang kita.

Aku benar-benar menganggapmu hanya sebatas kakakku, teman pencerita yang baik, tempat segala keluh kesahku, bukan seorang kekasih.

Aku benar-benar minta maaf, noona.

Hanya karena aku terlalu takut menolak segala obsesimu, sampai aku menyakitimu, membatalkan pernikahan yang kau idam-idamkan sejak lama, membuatmu harus tersakiti sendirian.

Aku memang lelaki brengsek. Tak bertanggung jawab, atau apapun itu kau bisa memakiku sepuasmu.

Tapi, kau juga harus tahu noona, 4 tahun ini aku berusaha mencintaimu, berusaha meyakinkan hatiku agar bisa menerimamu, menjadikanmu teman hidupku.

Namun aku benar-benar tidak bisa, itu tidak mudah. Cinta tidak bisa dipaksakan. Aku tidak pernah sekalipun memikirkan tentang pernikahan dan juga menua bersama. Aku tidak pernah membayangkan seperti itu di hubungan kita.

Waktu itu kau yang mengajakku berpacaran, memaksaku menikahimu, membawaku kehadapan orang tuamu untuk meminta izin. Padahal, kau tahu aku sendiri juga tidak yakin denganmu. Aku hanya terlalu takut dengan obsesimu sehingga aku dengan bodohnya selalu menuruti apapun kemauanmu.

Aku yang seperti ini karena ingin membalas jasamu. Aku yang di matamu lemah seperti ini karena pernah kau selamatkan nyawanya. Aku yang begini karena terlalu tidak ingin menghancurkan segala pengorbananmu, namun pada akhirnya sama saja, aku menghancurkanmu juga.

Sekali lagi, aku minta maaf, noona. Seharusnya dahulu aku lebih berani berkata tidak agar kita tak sejauh ini. Pun sekarang, sudah terlambat, kita sudah terlanjur seperti ini.

Aku berharap kau akan menemukan yang jauh, jauh, dan jauh lebih baik dari aku, yang bisa mencintaimu dengan tulus, yang akan menjagamu lebih dari sekadar baik.

Aku menulis surat ini bukan karena tak berani membicarakannya langsung. Aku menulis ini agar kau bisa meresapi setiap kalimat yang aku tulis. Jika aku mengatakannya langsung, aku yakin, kau pasti akan salah memahami ucapanku, akupun juga tidak akan tega melihatmu menangis.

Jadi, selamat tinggal, noona.

Di kehidupan selanjutnya, mari kita bertemu kembali. Bukan sebagai kekasih namun sebagai kakak perempuanku.

Dari aku;
yang pernah menemanimu,

Park Jimin.

---

/jadi gimana? :D/

✔️ I don't love you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang