"Take care."
🌠🌠🌠
Hari ini, aku datang. Menampilkan raut wajah yang harus tetap tersenyum sepanjang acara. Menikmati bagaimana meriahnya pesta pernikahan yang dibuat oleh kedua pengkhianat tersebut. Aku pun berjalan, terus mengelilingi gedung pernikahan mewah ini- masih tetap harus baik-baik karena aku sendiri yang memutuskan untuk datang.
"N-nak? K-kau datang?"
Aku yang akan berjalan mengambil minum itu lalu menoleh ke belakang, terkejut karena ternyata yang menyapaku adalah mantan ibu mertuaku, "Ibu Park? A-ah- ya, mereka berdua mengundangku. Aku harus tetap datang karena menghormati undangan mereka" aku tersenyum canggung, kulihat raut wanita paruh baya itu menatapku penuh rasa prihatin. Ibu Park lalu langsung menghampiriku, ia menarik tubuhku dan kemudian memelukku.
"N-nak, tolong maafkan ibu. Ibu gagal mendidik anak ibu untuk menjadi lelaki yang baik. T-tolong, maafkan ibu, nak. Ibu tidak punya pilihan lain, ibu tidak memiliki hak untuk- hikss-"
Ibu Park menangis. Ia mengusap punggungku dengan sangat lembut. Meminta maaf berkali-kali padaku karena memang kami baru bertemu lagi setelah aku dan Jimin memilih berpisah. Selama ini Ibu maupun Ayah Park sudah sangat baik sekali padaku, 4 tahun aku selalu rutin mengunjungi mereka, bersikap baik selayaknya anak gadis yang manis, menemani mereka bercerita panjang lebar karena anaknya; Park Jimin selalu sibuk bekerja- tapi faktanya hanya sibuk bermain dengan wanita lain di belakangku.
"Ibu, tidak apa-apa, aku tidak apa-apa. Ini bukan salah ibu. Ini bukan salah siapa-siapa, mungkin karena kami tidak berjodoh saja."
Ibu Park lalu melepas pelukannya padaku, membelai rambutku dengan lembut- persis seperti apa yang selalu ia lakukan padaku dulu, selalu senang menganggapku sebagai anak gadisnya karena Ibu Park sangat ingin memiliki anak perempuan, "Nak, kau baik sekali, kenapa Jimin tidak bisa melihat kebaikanmu, kenapa anak itu tega sekali menyakiti perasaanmu-" ucapnya dengan pelan.
Aku masih mencoba untuk tersenyum manis, padahal sejujurnya aku juga ingin sekali kabur dari acara ini jika tidak mengingat apa tujuanku untuk datang.
"Tidak, Bu. Mungkin karena aku cukup kurang baik jadi Jimin tidak mau denganku. Lagipula, kasihan anak mereka jika Jimin tetap mempertahankan hubungan kami."
Ibu Park lalu mengangguk, menepuk bahuku, "Nak, sekali lagi atas nama Jimin, maafkan ibu dan ayah karena telah menyakiti perasaanmu. Ibu berdoa setelah ini kau akan diberikan jodoh yang lebih baik dari dia, meskipun Jimin anak ibu, namun ibu tidak pernah membenarkan perbuatannya; ibu juga seorang wanita nak, ibu tahu persis apa yang kau rasakan. Ibu hanya bisa berdoa agar kau tetap akan berbahagia selalu."
Kali ini, aku yang memeluk ibu Park dengan erat, mataku berkaca-kaca, aku sangat berterimakasih atas segala doa yang ia berikan untukku. Agar aku berbahagia; agar aku cepat sembuh dari luka yang anaknya perbuat. Aku cukup bahagia untuk itu. Karena aku tahu, aku harus lebih berdamai dengan diriku sendiri.
Dan kemudian Ibu Park kembali duduk di tempatnya karena acara memang sebentar lagi akan dimulai. Jantungku berdebar sangat kencang saat Jimin dan Mirae berjalan ditengah-tengah. Bergandengan dengan penuh kebahagiaan. Semua orang bertepuk tangan dan berdiri dari duduknya, disini sepertinya hanya aku yang terdiam, melangkah mundur karena entah kenapa aku seperti ini. Aku bingung dengan diriku sendiri. Aku bingung, sebenarnya aku ini sedang melakukan apa? Membuang-buang waktu? Menambah luka? Atau malah memang sengaja datang agar mereka tahu jika aku sedang pura-pura berbahagia?
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ I don't love you.
Hayran Kurgu[COMPLETED] [SHORT STORY] [Park Jimin Version] Terima kasih pernah menjadi sebuah pelajaran hidup meskipun enggan untuk aku ulang kembali. Karena seharusnya tanpamu- aku tetap akan berjalan lurus kedepan, malas menoleh kebelakang lagi karena tahu; k...