3. Barcelona

8K 698 78
                                    


"Relationship itu harus ke arah yang sehat. Kalau ke arah yang sesat itu udah masuk ranah-nya toxic relationship."

***

Aku punya circle pertemanan sejak SMP. Namely Barcelona. Isinya ada aku, Meta, Sela, Zoya, Nindy, dan Yura. Separuh hidup adalah waktu yang panjang. But, we made it through. Kami bersahabat sejak umur 12 dan sekarang 27. We've grown up together, saling tahu luar dalam sebesar lama waktu yang sudah dihabiskan sama-sama. Sepanjang itu, kami belajar bahwa semua hal pasti berubah pelan-pelan, bahkan diri kita sendiri terhadap orang lain. Tapi, teman ada di sana untuk mengingatkan bahwa perubahan itu haruslah selalu ke arah yang baik.

Perilaku yang baik cerminan dari lingkungan yang baik. Barcelona itulah tempat dimana aku tumbuh dengan baik. Meski orang-orang sering bilang, hubungan pertemanan kami terlalu lurus. Tapi kan sebenarnya memang begitu. Aku pikir mereka saja yang tidak mengerti apa itu tujuan dari sebuah pertemanan sejatinya. Aku banyak belajar tentang makna sebuah hubungan dari pertemananku dengan Barcelona. 

Hubungan apapun juga harus selalu didasari pada komunikasi dan komitmen untuk bertahan lama. Untuk itu, walaupun faktor perubahan status dan bertambah kewajiban membuat kapasitas bertemu berkurang, ditambah domisili yang sudah berbeda-beda, kami harus selalu menyempatkan waktu paling tidak sekali dalam 3 bulan untuk bertemu. Kalau tidak bisa begitu, biar sekali per 6 bulan pun tidak jadi masalah. Yang penting dalam setahun kami bisa bertemu dengan personil lengkap. Seperti kali ini pun begitu, kebetulan aku dapat cuti, Meta dan Nindy yang bekerja di Jakarta juga begitu. Jadi, hari ini bisa dibilang sebagai moment yang pas.

Waktu menunjukkan pukul 1 siang, saat aku sampai di rumah Zoya. Lewat 30 menit dari kesepakatan awal untuk berkumpul selepas zuhur.  Beberapa mobil yang kukenali sudah terparkir rapi di halaman luas rumah tiga lantai yang tak lain adalah rumahnya Zoya. Zoya itu orang kaya, menikah dengan Ryan- pengacara kondang dari keluarga kaya raya dan status terpandang buat dia yang sudah kaya, otomatis tambah kaya. Pertama kali datang ke rumahnya saja, mataku langsung bersinar-sinar saking mewahnya. 

"Assalamualaikum, teman-teman," sahutku heboh ketika sampai di area kolam renang dimana sudah ada Zoya, Sela, Yura, Meta, dan Nindy yang duduk santai di sana

"Waalaikumsalam," balas mereka.

Aku langsung mengambil tempat untuk duduk. Selain halaman luas dan rumahnya yang subhanallah, view dari kolam renang ini juga nggak main-main. Lapangan hijau membentang membuat suasananya jadi segar. Rumah Zoya memang berada di salah satu kawasan elit Bandung yang lingkungannya masih Asri. Zoya bilang, biar kalau kita mau ngumpul nggak mesti lagi pakai AC teknologi kalau cuaca Bandung terik, bisa langsung pake AC alam. Ini bermula dari waktu remaja, setiap kumpul-kumpul di rumah Meta, kami sering sungkan ke tante Rahmi- mama Meta karena nyalain AC sepanjang hari. Mana kumpulnya pun seminggu bisa 3 kali.

Jadi, sebagai orang kaya dan sudah menikah, Zoya lah yang memang mesti memikirkan tempat kami kumpul. Sebenarnya Nindy pun sudah menikah dan lumayan kaya juga, cuman dia harus berbakti kepada suaminya yang tentara, dengan jadi ibu persit dan tinggal di rumah dinas.

"Otw-nya dari setengah jam yang lalu, tibanya baru sekarang. Wawww," sindir Nindy langsung saja, padahal aku sampai belum ada 5 menit.

Aku mendengus jengkel. Kalau bicara dengan Nindy memang kadang-kadanh bikin emosi. "Orang kampung ya? Macet tau enggak? Kalo nggak tau macet, wajarlah lo kan anak kampung."

"Mending diam dulu deh, Ya. Baru sampai juga, pake ribut segala." Sela menyahut tiba- tiba membuatku langsung tutup mulut rapat- rapat dan duduk anteng di sebelah Yura. 

Tentang Kita yang Dulu| REMAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang