e p i g r a p h

17.3K 1K 98
                                    

Untuk Arva,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk Arva,

Terima kasih untuk rasaku yang kamu balas kosong. Terima kasih untuk warna baru di antara hidupku yang awalnya cuma begitu-begitu saja. Juga, untuk perjalanan panjang yang membuatku menyadari banyak hal.

Termasuk kenyataan kalau suka ternyata adah hal paling pelik. Suka padamu adalah rumit. Salah paham pada sifat baikmu adalah salah. Menganggapmu lebih dari teman adalah lebih dari salah.

Selain itu, aku juga ingin meminta maaf. Seandainya sanggup, ingin sekali aku mengucapkannya langsung di depanmu sekaligus saling mengucapkan selamat tinggal, sebelum kita benar-benar tidak bertemu lagi. Aku banyak menyalahkan diri atas segala yang terjadi belakangan. Ada banyak hal salah yang aku sebabkan untuk kita berdua, menyukaimu membuat tidak ada lagi yang harus dipertahankan. Kita berpisah dengan cara paling salah menurutku. Khilafku membuat kita rusak, dan akhirnya menjadikan kita 2 orang asing meski dulu sempat kita menjadi 2 orang yang saling bertukar cerita tentang betapa meresahkannya hidup.

Aku tidak bisa bilang menyesal, karena seperti katamu, tidak ada yang perlu disesalkan untuk sesuatu yang secara alami memang sudah takdirnya harus terjadi. Tapi sayangnya, aku selalu naif karena masih saja menyesali segala konsekuensinya. Rasa sakit untuk diriku karena harapanku adalah salah satu goresan baru yang memperkenalkan pada rasa sakit yang baru, yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Kalau kata Nahla, patah hatinya anak remaja adalah pelajaran berharga sebagai langkah awal menuju dewasa.

Aku setuju. Untuk itu, aku berusaha membuka mata lebar-lebar dan menjalani hidup dengan bagaimana seharusnya.

Karena yaa...

Perjalanan kita masih panjang, Arva. Kita masih harus membangun kehidupan sosial baru di SMA nanti. Kita harus kuliah untuk mengejar apa yang kita impikan dulu. Satu setengah tahun ini, walaupun tidak lagi bertegur sapa, aku masih selalu mendoakanmu untuk segala apapun mimpimu. Aku yakin kamu bisa, lulus AKPOL dan jadi perwira. Doaku juga ada sedikit harapan kalau hubungan kita akan kembali seperti dulu.

Tanpa luka atau apapun yang bisa membuat sakit. Melupakan canggung dan hidup seperti dulu. Dulu yang sebenarnya, maksudku.

Kelak suatu hari saat kita bertemu lagi, aku mungkin sudah bisa mengucapkan selamat untuk banyak pencapaianmu, dapat jodoh juga salah satunya. Dan saat hari itu tiba, situasinya akan jauh lebih terarah.

Bandung, dari teman yang menyayangimu dengan tulus.

Tentang Kita yang Dulu| REMAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang