"Seperti sebuah penyakit, aku tahu pemicunya, maka aku harus menghindarinya."***
Sudah banyak yang tahu bahwa aku adalah sosok pekerja keras sampai sering disangka workaholic. Dalam sudut pandangku, menjadi pekerja keras adalah satu-satunya jalan keluar untuk mengatasi kehausan akan pengakuan, karena tinggal di lingkungan yang almost perfect betulan membuatku selalu saja merasa diremehkan dan dikira tidak bisa apa-apa.
Keluarga besar Bapak dan Mama adalah orang-orang sukses semua, begitupun anggota Barcelona yang sejak SMP sudah punya relasi sana-sini. Diantara Nahla dan Oliv, aku juga tidak menonjol di keluarga, tidak peduli fakta bahwa dari SD aku lah yang paling banyak berprestasi dalam bidang akademik. Jangankan dikenal, keseringan justru keberadaanku nggak terdeteksi. Nahla yang memilih masuk pesantren, mengundur kuliah demi jadi penghafal, pergi ke berbagai daerah yang jauh untuk menuntut ilmu, membuatnya selalu bersinar. Dia tidak perlu memperkenalkan diri pada semua orang, karena dia sudah dikenali lebih dulu. Oliv dengan atitude-nya yang secerah matahari, ditambah Bapak yang selalu mengajaknya ke setiap acara keluarga juga membuatnya tidak kalah bersinar. Pembawaan Oliv sudah dikenal luas. Sementara aku, aku tidak punya prestasi sebesar Nahla dan tidak punya aura secerah Oliv, tidak pula diperkenalkan di tengah-tengah keluarga sesering Oliv. Jadilah, sepanjang masa remaja aku dilanda insecure terhadap pencapaian orang-orang.
Bisa dibilang, konflik dengan Arva hanyalah satu dari sekian banyak faktor yang membuatku mantap melepas masaku menjadi remaja kebanyakan. Setelah Arva yang memperkenalkanku pada diriku yang lain, entah sejak kapan ambisiku bukan lagi sekadar hanya mencapai semua mimpiku. Tapi juga membuat orang-orang yang dulu memandang sebelah mata, mengakui bahwa aku lebih dari yang mereka bayangkan.
And I really did succeed…
Maka saat ini, dengan sangat bangga aku duduk di tengah-tengah keluarga Bapak menampakkan senyum paling ramah. Di hari terakhir masa liburku, Mama mengadakan syukuran kecil-kecilan untuk merayakan hal-hal baik yang terjadi belakangan. Kebetulan kepulanganku kali ini cukup lama, Oliv dan bang Alif- suaminya yang sekarang menetap di Samarinda juga sedang berlibur ke Bandung membawa serta anak mereka, Via.
“Bisnis WO-mu bagaimana, Ya? Lancar?” tanya Om Hasan, saudara tertua Bapak.
“Alhamdulillah. Lancar, Om,” jawabku lugas, dengan senyum yang nyaris tidak pernah hilang. Om Hasan ini salah satu Om yang paling bersikap baik padaku. Waktu kuliah, dia memberikan fasilitas di salah satu rumahnya di Jakarta dan kadang juga memberiku uang jajan tambahan. Walaupun tidak sebesar rumah yang ditawarkan Om Dino, di rumah Om Hasan terasa jauh lebih nyaman. Cuman masalahnya, anak perempuan dan istrinya yang selalu melihatku penuh permusuhan setiap berkunjung, bikin aku tidak betah dan akhirnya mencari kost-kostan saja.
"Alhamdulillah kalau begitu. Walaupun sudah sukses, jangan sungkan yah minta bantuan kalau ada apa-apa," ujar Om Hasan dengan senyum kebapakannya.
"Iya, Om. Inshaallah."
“Sukses itu harus. Tapi, sukses yang buat kita lupain keluarga cuma buat dosa, Ya. Sempet- sempetin lah kamu ketemu keluarga kalau libur,” sela Om Dino tiba-tiba dengan kesinisannya yang kentara sekali.
“Iya, Om. Tapi, aku nggak pernah lupain keluarga, kok. Jadwal libur di kantor cuman Sabtu dan Minggu, itu pun kalau deadline proyeknya nggak mepet. Kalau liburnya panjang, aku sempetin sama keluarga. Malam ini juga begitu," jelasku tenang. Hal-hal begini sudah sering terjadi di beberapa tahun belakangan.
“Om akui kalau kamu sudah sukses dan makin pintar sekarang. Makin pintar juga cari alasan.”
“Masalahnya, itu bukan alasan bullshit, Om. Aku nggak bisa cuti setiap sepupu-sepupuku menikah atau lagi arisan keluarga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita yang Dulu| REMAKE
Literatura FemininaAtiya Tatjana Almira sudah lama meninggalkan perasaannya untuk Arvalio Ghifary Atmawardoyo- teman sekaligus pria yang ia sukai saat SMP. Meninggalkan perasaan termasuk juga meminimalisir segala kemungkinan yang bisa membuatnya kembali bernostalgia d...