Bagian 2

22.1K 1K 48
                                    

Aira menatap nanar jalanan dari jendela mobil. Yup, Aira kini di mobil bersama pak Bara dan Bu Surayani menuju kota Jakarta, bukan mudah mereka membawa Aira pulang bersama. Setelah pertemuan lalu, Aira menyuruh mereka pulang terlebih dulu dan berkata akan memikirkannya.

Setelah orang tuanya pulang, Aira bingung dan tak tau akan melakukan apa. Tapi karena bujukan kang Ucup yang menyentil ke hatinya makanya kini Aira duduk otw ke rumah orang tuanya, ah atau bisa disebut 'rumahnya'

"Kenapa kau tolak mereka Ra?" tanya kang Ucup Minggu lalu, setelah orang tua Aira pulang akibat usiran tetangganya ini.

"Terus Aira harus apa Kang,"
"Menerima mereka dengan tangan terbuka?? Aira nggak bisa,"

"Tapi Ra kalo kamu tinggal sama mereka kamu teh bakalan bahagia, kamu gak perlu kerja lagi, lagian kamu udah kelas 3, katanya kamu mau kuliah."

"Kalo kamu tetap kerja disini, kamu teh bakalan susah, cari makan aja berat apalagi uang kuliah Ra." bukan tanpa alasan Ucup membujuk Aira ikut orang yang mengaku sebagai orang tuanya itu. Ia kasihan melihat Aira yang menghabiskan masa remajanya untuk bekerja serabutan.

"Aira teh nggk kenal sama mereka kang, Aira gak bakalan mau!! Kalo mereka datang lagi Aira gak bakalan ikut mereka." Aira masih kukuh tidak ingin ikut dengan orang-orang tadi.

"Kalo kamu memang gak mau ikut sama mereka setidaknya kamu mau ikut karena nek Asih,"

"Nek asih pasti bakalan tenang disana kalo kamu terjamin hidupnya, pergilah Ra, pulang kemana kamu sebenarnya harus pulang!! Kamu tak harus menyiksa diri kamu dengan semua ini, cukup selama ini kamu kekurangan ekonomi dan kasih sayang orang tua, sekarang mereka menawarkan semuanya dan kamu menolak!!!"

"Kamu waras??" Pria berkepala dua itu menatap Aira dengan gelengan kepala, melihat sifat keras Aira yang tak pernah berubah, membuatnya berdecak kesal.

"Aira pikirkan dulu kang," ucap Aira mengakhiri pembicaraan

Kini keputusan Aira telah berubah, bukan karena dia ingin hidup berubah dan seketika menjadi kaya, bukan. Ia hanya menjalankan amanat nek Asih yang menyayanginya.

Aira menatap ke depan, Buk Suryani dan pak bara terlihat bahagia menyetir kemudi, apakah sekarang mereka menjadi orang tua nya?

"Hm, sayang kamu pasti sedih ya pergi dari sini?" tanya Buk Suryani memecahkan suasana di dalam mobil. ia tau dengan perasaan Aira, Suryani mengerti bahwa Aira ikut pulang bukan karena keinginannya melainkan keterpaksaan. Tapi bagi Suryani itu tak masalah, yang penting Aira mau pulang. Nanti juga Aira pasti akan menerima kehidupannya yang baru.

Aira diam, semenjak mereka datang kedua kalinya untuk menjemput dan mengajaknya pulang, Aira tak ada mengeluarkan suara, dia hanya mengangguk dan menggelengkan kepalanya. Aira tak munafik, ia sangat tidak bisa menerima semua ini dengan mudah, dia tidak bisa tertawa hahahihi sana sini, ia masih butuh waktu menerimanya.

"Tapi itu gak bakalan lama kok, nanti kamu disana mama masukin sekolah sama kayak adik kamu," ucapan suryani mampu mengangkat kepala Aira yang tadi menunduk menatap jendela mobil.

Apalagi ini, batin Aira.

"Kamu lupa ya? Kamu tuh punya kembaran, sama sama perempuan tapi bukan kembar identik." Suryani menjelaskan dengan raut sumringah menatap ke belakang tempat Aira duduk.

"Nanti di rumah, pasti ingatan kamu bakalan perlahan kembali," ujar pak Bara yang sedari tadi diam di bangku kemudi.

"Aira sebenarnya nama kamu itu Anindya dan kembaran kamu Anindita."
"Tapi ya karena kamu udah pake nama Aira ke mana mana, jadi mama rasa gak perlu ditukar, iya kan pa?" Tanya Buk Suryani meminta persetujuan pada suaminya.

AIRA. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang