Bagian 5

17K 849 41
                                    

Itu csnya babang Leo si playboy ya🌶️😉. So enjoy to read gais

_
_
_

Berdua di dalam mobil dengan Dita bukan lah pilihan yang bagus menurut Aira. Setelah kejadian di kamarnya waktu itu, Aira kembali canggung untuk duduk berdua seperti ini dengan Dita.

Aira menatap jalanan kota Jakarta yang terlihat sangat ramai di hari kerja seperti ini. Gedung gedung pencakar langit mendominasi tepi jalanan ini. Lalu setelahnya ada pondok pondok pedagang kaki lima di tepi jalan.

Ah, melihat baraneka ragam makanan jalanan itu mengingat kan Aira dengan teman-temannya dikampung.
Dulu, saat Aira lepas gajian ia akan pergi ke tempat tempat seperti itu untuk kulineran, bukan kulineran lebih tepatnya, tapi makan satu makanan saja mengingat ia harus hemat pengeluaran.

Aira mengeluarkan hp kentangnya dari saku roknya. Pesan wa kmaren belum di balas oleh teman-temannya. apakah mereka memang marah dengan dirinya karena pergi tanpa pamitan.

Aira menghela nafas dalam, dia melihat di jalanan itu banyak anak berseragam sama dengannya, itu berarti sekolahnya hampir sampai.
Aira melihat ke arah Dita, adiknya tampak fokus mencari tempat parkir yang baik. Setelah mobil itu terpakir dan membuka seat belt nya, Dita menoleh ke arah Aira. Kakaknya itu masih menatap kagum bangunan sekolah dari kaca mobil yang terparkir.

"Cepetan, bentar lagi masuk. Gak usah norak deh jadi orang." Aira tersentak saat mendengar seruan Dita dari samping., Ah karena asik mengagumi bangunan sekolah itu ia jadi lupa bahwa mobil telah lama berhenti.

"Iya, tunggu." Aira mengambil tasnya dan menyusul Dita yang duluan keluar.

Aira dan Dita beriringan berjalan menuju kelasnya, kata papanya tadi ia kelas 12 IPA 2, berarti sekelas dengan Dita.

Aira menatap risih orang-orang yang mentapnya intens. Apa ada yang salah dengan pakaian atau rambutnya. Aira melihat ke arah pakaiannya, oke. Rambutnya, oke. Ohh, atau kerena dia anak baru, ah bukankah itu wajar. Anak baru di sekolahnya dulu tak ditatap seperti ini. Bagaimana ya, tatapan mereka itu seakan terkejut, senyum sinis dan juga berbisik bisik.

"Ta, kok mereka liatin kita kaya gitu." Aira berbisik sambil terus berjalan ke arah kelasnya.

"Itu karena liat lo yang kampungan." Aira mendengus sebal, selalu kata kampungan, yang dilontarkan Dita kepadanya.

"Huh." Aira mendengus sebal

~🌶️🌶️🌶️~

"Hoi, sampai juga lagi." pertama sapaan yang keluar saat ia memasuki kelas 12 IPA 2. Itu Jihan, sahabat Dita satu-satunya.

"Ini yang lo ceritain." Aira mengerenyit, memang adiknya ini menceritakan apa tentang dirinya.

"Hm'm," gumam Dita sebagai jawaban.

Aira mengangguk singkat pada Jihan sebagai sapaan, sambil duduk di kursinya.
Aira yangg bingung mau duduk dimana tanpa pikir panjang langsung duduk di bangku sebelah Dita.

"Kok Lo duduk disini, tu dibelakang masih kosongkan?" Sungguh Dita tak suka sebangku dengan siapapun.

Bahkan Jihan yang notabenenya adalah sahabat, tidak dibolehkan duduk dengannya. Jihan itu duduk di bangku depan, persis di depan mejanya Dita.

"Terserah aku dong, ini itu fasilitas sekolah. Papa bayar mahal-mahal itu ya untuk ini salah satunya." Aira menjawab dengan senyuman. Bagi Dita senyum itu sangat menyebalkan. Kalo bukan di sekolah sudah ingin Dita tabok muka kakaknya ini.

AIRA. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang