SELAMAT MELEBUR
~~~•~~~
Zava masuk ke kelas dengan muka pucat khas orang lelah beraktivitas, namun nyatanya dia lelah menangis di toilet. Bunyi ketukan pintu mengawali atensi seluruh kelas padanya, saat dia masuk dan memberi salam pada guru lantas ia langsung diserbu pertanyaan.
" Loh Zava kenapa telat? Dari mana saja? Kamu sakit, nak? Pucat sekali." Ucap guru itu.
" Cuman sedikit pusing kok, Bu. Efek haid biasa. " Jawab Zava sekenanya.
" Yakin bisa dibawa ikut pelajaran Ibu? Nanti tambah pusing, loh. Istirahat di UKS ya? Disana ada obat penambah darah juga, mungkin kamu pusing tambah lemes karena kurang darah. " Khawatir guru itu.
" Enggak papa, Bu. Nanti kalo saya nggak kuat, saya janji ke UKS sendiri. Saya diperbolehkan duduk kan, Bu?"
Guru itu mengangguk dan Zava berjalan dan duduk dibangkunya.
" Perut Lo keram juga, nggak?" Tanya Fanya.
Zava menggeleng.
" Kita pikir Lo udah nyampe kelas duluan tadi, Gue sama Arin kelimpungan tahu nggak pas Bu Bekti masuk kelas dan Lo belum masuk juga. Lain kali, hp dibawa dan jangan dititipin ke orang lain. " Bisik Fanya sambil memberikan sebuah ponsel ke Zava.
Zava mengangguk dengan sedikit memberi senyum simpul. Saat badannya berbalik hendak mengambil buku pelajaran didalam tas, tanpa sengaja matanya bersirobok dengan Arza. Cepat cepat ia putuskan pandangannya dan mengambil buku dengan sigap langsung menghadap ke depan lagi.
Tidak bisa dibohongi, leher Zava semakin tak kuat menahan beban kepala yang rasanya seolah berisi tumpukan sel sel otak berbahan batu bata. Zava kemudian menjatuhkan kepalanya diatas lipatan tangan dan sesudahnya ia mengacungkan tangan keatas tanda ingin meminta ijin.
Arza menatap bersalah namun mendekat pun jadi semakin bermasalah. Sungguh, bukan seperti ini kejadian yang ia inginkan. Arza pikir Zava akan langsung melupakan kejadian tadi karena berhubung bicaranya saja terlihat masih bisa menentang atau jika tidak— barang kali Zava masih mampu menutup kesedihan itu dengan tawanya. Kenyataan mengatakan bahwa Zava tak bisa merasa atau terlihat biasa biasa saja saat ini, dia terlalu terkejut. Zava hanya terbiasa pada poros kehidupan penuh keindahan, menjadi manusia rajin, dan senda gurau yang tak pernah berujung kebencian. Dia terlalu fokus terpaku menciptakan rutinitas sebagaimana demikian, dan lupa bahwa kehidupan tak melulu selalu sesuai dengan apa yang direncanakan atau diharapkan.
" Bu, saya ijin nganter Zava." Kata Fanya memapah langkah Zava yang lemah.
Sebelum hilang dari pandangan penghuni kelas, sang guru berpesan. " Pastikan setelah sampai, Relzava minum obatnya. Jika sudah, kamu kembali ke kelas. Biarkan Zava tidur tenang di UKS. "
Sekembalinya Fanya mengantar gadis itu, tiba tiba Arza keluar dari kelas tanpa ijin. Awalnya memang diteriaki guru, tapi guru juga sudah malas meladeni murid sejenis dirinya yang susah dinasehati.
Zava yang matanya telah memerah sayu mencoba memejamkan mata pura pura tertidur ketika seseorang membuka pintu. Seseorang itu mendekat untuk kemudian menarik selimut sampai keleher Zava.
Suara panggilan dari ponsel membuatnya sedikit menjauh dari Zava.
" ...... "

KAMU SEDANG MEMBACA
ARZA
Teen FictionArzadian Adipati Murel,Komandan Serang baru dari geng Keladi SMA Ganesha.Dia memiliki daya pikat sebagai seorang cowok disekolahnya berkat wajah tampannya,tapi tidak dengan satu cewek kelasnya yang malah menganggap penampilannya selalu tidak rapih...