Tuhan Adil?

2.6K 132 4
                                    

~~~•~~~

"Eh pak,tadi ada anak nyariin",

" Owalah,siapa?",

"Saya kurang tau,pak.Abis dari mana?dari tadi dicariin nggak ketemu ketemu katanya",

"Emang nyariinnya dimana to?",

"WC", ucap bapak tua sembari menyiangi rumput.

"Yo pantesan ndak ketemu,wong aku abis dari WC langsung dipanggil Wakil Kepala Sekolah",

Pak Yusep masuk kepos jaganya dan menggerakan jari hendak menggenggam gagang cangkir berisi kopi hitam namun terhenti ketika melihat kertas terlipat diatas sebuah buku yang terbuka.

Ia membuka lipatan kertas tadi,dan membacanya.

Komandan,saya telat.Jangan hukum ya....Bukankah menulis nama dijurnal pelanggaraan juga sudah cukup,komandan?

Tak berlabel nama terang disurat itu,jadi Pak Yusep segera mengambil buku yang memang telah terbuka sedari tadi.

" Oh,Deffen",

Pak Yusep mengambil kunci motor digantungan tembok lalu keluar.Mengambil motor kuno dan melajukannya.

Sebelum Pak Yusep benar benar pergi,suara tukang kebun tadi menegurnya.

"Kemana,Pak Yusep?",

" Pergi kekos,besok balik lagi buat beres beres",

"Tolong pukulkan kepala anak itu kalau mencari saya lagi ya,pak",

~~~~~~

Dilantai dua Caffe Retrogys,geng Keladi berkumpul dan beberapanya nikmat menghisap rokok.Mereka belum memesan apapun sedari tadi.

Hujan mulai tumpah dijalanan kota,siang yang panas berubah bak temaram sore. Lamunan Arza yang kosong tiba tiba bangkit seolah mengingat sesuatu.Ia mengambil kunci motor diatas meja dan pergi tanpa menyalami manusia sejenis didepannya.Ah tidak,bukan sejenis.

A

rza melajukan motornya,menerobos rintikan hujan yang menghujam tegas pada badannya.Arza tidak peduli,yang penting ia sampai pada tujuannya dengan cepat.

Arza turun dari motornya setelah sampai pada tempat yang jauh dari hiruk piruk perkotaan bahkan keramahan masyarakat pedesaan.Pemilik mata coklat pekat itu memarkirkan motornya ditepi jalan yang yang khas dengan pepohonan disamping kanan kirinya,suasananya horor sekali.Gelap.Cahaya matahari hanya masuk lewat dedaunan yang masih menyisakan jarak diantaranya,membiarkan tanah ikut bernapas.Ditambah lagi,genangan air sisa hujan tadi beradu dengan biji pohon karet yang melepaskan daya gravitasinya menimbulkan alun dentuman halus dari sang alam.

Arza berjalan menuju kedalam hutan,tidak butuh waktu lama ia sampai pada sebuah danau yang masih jernih.Sejernih ingatanya mengingat memori ditempat ini.Bahkan Arza akan bernostalgia sekarang, argh tidak!! Bukan nostalgia tepatnya,mana ada nostalgia meninggalkan perasaan perih bila mengingatnya.

ARZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang