16.

1.2K 192 6
                                    

"Dek, masih ngapain sih lama banget? Udah ditungguin sama temen kamu tuh."

Kamu noleh ke pintu saat suara Yeonjun terdengar, pas banget baru selesai ikat tali sepatu. Kamu nyaut tas di atas kasur, lalu berjalan ke arah pintu.

Cekleck!

"Pagi, Kakakku yang ganteng banget." ucap kamu sambil senyum lebar, Yeonjun menggeleng kepalanya heran.

"Pacar kamu ganti lagi?"

"Ha?" kamu mengerjap, "Pacar yang mana-- eh, maksudnya, aku nggak punya pacar."

Yeonjun natap kamu mengintimidasi, lalu mengendikkan dagu ke arah tangga-- maksudnya tertuju pada seseorang yang lagi nunggu di bawah.

"Siapa?"

"Mana kakak tau," Yeonjun mengedikkan bahu, "Sarapan dulu kalau mau berangkat, tadi Mama udah masak sebelum ke kantor."

Kamu mengangguk, melewati Yeonjun yang masih berdiri di depan kamar kamu, lalu menuruni anak tangga dengan tidak santai.

"Siapa sih-- Sunwoo?"

"Oh, hai Y/n," sapa cowok itu sambil tersenyum, dia beranjak.

"Lo, tau darimana rumah gue?"

Sunwoo tertawa salah tingkah sambil menggaruk tengkuk belakangnya, "Gue pernah ngikutin lo sampai rumah, hehehe."

Kamu langsung pasang wajah datar, tanpa banyak ngomong ninggalin Sunwoo ke dapur buat sarapan.

"Loh, dek? Itu pacarnya nggak di ajak sarapan sekalian?"

"Pacar apasih, Kak?! Bukan pacar Y/n!"

Yeonjun mengerjap, "Ya santai sih nggak usah nge gas." lalu ninggalin kamu di ruang makan sendirian.

Kamu ngusap wajah kasar, masih pagi banget untuk emosi. Padahal hari ini ada ulangan harian matematika, harusnya mood kamu bagus sejak pagi biar nanti bisa ngerjain soal.

"Dek, buruan kalo sarapan! Kasihan pac-- eh, temennya nungguin!"

Kamu noleh ke arah ruang depan, suara motor Yeonjun terdengar setelah teriakkan itu. Kamu menghela napas, menyuakan beberapa sendok nasi goreng yang rasanya hambar.

Bukan karena masakkan Mama kamu nggak enak, tapi karena mood kamu udah buruk, makanya semua nggak berasa, air yang kamu minum pun nggak berasa.

.
.
.
.
.

"Bagus banget ya ini cewek, gonta-ganti cowok tiap hari."

Kamu berhentiin langkah sebelum belok ke koridor kelas 10 IPA saat tiga cewek tiba-tiba ngehadang jalan. Kamu nggak kenal, tapi tau kalau mereka Kakak kelas. Seangkatan Yeonjun.

"Lo yang katanya adeknya si Yeonjun, kan?" tanya cewek yang berdiri di tengah, "Kok nggak mirip sih? Abang lo ganteng banget, lo biasa aja."

Kamu rolling eyes. Lah bego, jelas lah nggak mirip. Kakak kamu ganteng karena dia cowok, kamu kan cewek, kalau mirip banget kan aneh.

"Songong banget sih?"

"Maaf Kak, gue ada piket."

"Eit." mereka nahan kamu waktu kamu mau nerobos, membuat kamu harus mundur dua langkah.

Kamu natap mereka malas karena emang enggan buat masalah pagi-pagi. Entah mimpi apa kamu kemarin sampai pagi ini ketiban emosi terus.

"Gue peringatin, jangan ganjen, jangan sok cantik. Lo masih kelas sepuluh."

"Dan jangan sok gonta-ganti cowok deh, murahan banget."

"Ih mulutnya."

Kamu reflek noleh waktu denger suara itu, perhatian tiga Kakak kelas itu juga langsung teralih.

"Mbak Mbak sekalian yang ngakunya geng paling hits seangkatan kelas sebelas, kalau punya mulut dijaga dong, jangan main jeplak aja."

Rasanya kamu pengen jitak cowok di samping kamu ini pakek sepatu, bisa-bisanya dia jeplak kayak gitu.

Kamu tau niatnya pasti mau ngebantuin, tapi endingnya pasti kamu juga yang bakal kena imbasnya.

"Oh, ada yang belain nih? Hm, pacar yang keberapa nih?"

"Wah asal jeplak lagi," kamu barusaja buka mulut mau mengelak, tapi udah disahut. "Ya pacar satu-satunya lah-- belum tapi." ralat Haechan cepat saat kamu noleh sambil melotot.

Tiga Kakak kelas itu natap kamu sama Haechan bergantian, tersenyum miring, lalu melewati kalian tanpa bicara apa-apa lagi.

Kamu noleh sekedar mau mengumpat tanpa suara ke tiga orang yang pagi-pagi bikin emosi.

"Goblok." lalu natap Haechan dan mengumpat dengan nada tegas.

Kamu ninggalin Haechan yang mengerjap karena tiba-tiba mendapat kata-kata mutiara tepat di depan wajah.

.
.
.
.
.

"Y/n?"

"Astaghfirullah." buku-buku di tangan kamu hampir berserakkan saat seorang cowok tiba-tiba muncul di depan kamu.

Cowok itu terkekeh canggung, lalu ambil separuh buku dari tumpukkan di tangan kamu.

"Mau kemana?" tanya dia, jalan beriringan sama kamu.

Kamu mengedikkan kepala ke arah perpus, "Perpustakaan, Kata Bu Ima di suruh taruh perpus aja."

"Oh, hari ini lo piket, ya? Gue lupa."

Emang pernah ya lo ingat sesuatu tentang gue, Batin kamu.

"Gue denger lo juga nyalon jadi anggota OSIS, ya?"

Langkah kamu langsung terhenti, padahal empat langkah lagi udah masuk perpustakaan. Kamu noleh natap dia.

"Tau darimana lo?"

"Dari Li-- Bang Lucas."

"Oh." kamu menggaguk, "Nyoba nyari kesibukkan aja, nggak yakin bakal masuk sih"

"Kenapa nggak yakin? Kayaknya lo berbakat jadi anggota OSIS,"

Sok tau lo.

Kamu tertawa pelan, "Modelan orang mageran kayak gue mau dapet bagian apa?"

Dia tampak berpikir seolah pertanyaan kamu emang pantas untuk dipikirkan dan dipertimbangkan, padahal ngaco.

"Sie tekinkom?"

Kamu menggeleng, "Punya bakat apa gue di bidang itu?"

"Bakat fast respon bales chat sama stalking akun medsos orang."

Sial, ketauan suka stalk. Mampus.

.
.
.
Tbc~
MunLovea
Selasa, 21 April 2020

Teman Kelas - Choi Soobin [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang