Hari ini waktunya tes untuk calon pengurus OSIS, kamu dapat ruang 3, dan siapa sangka kamu sama Soobin dapat satu ruang.
Awalnya Soobin kaget lihat kamu teryata ada di ruang yang sama, tapi setelah itu dia senyum tipis terus nyamperin kamu.
Kamu pura-pura nggak lihat dan malah asik ngobrol sama Heejin, teman sekelas kamu yang juga daftar jadi anggota. Tanpa kamu duga, dia nepuk pundak kamu.
"Ada apa?"
Soobin senyum, kamu akui manis, tapi kayaknya senyuman itu udah nggak mempan lagi ke kamu. "
"Cuma mau bilang, good luck ya." ucap dia, tersenyum sekali lagi, lalu pergi ke bangkunya.
Kamu nahan napas beberapa saat setelah Soobin duduk di bangkunya, barusan dia nyemangatin kamu?
Kebiasaan Soobin emang pinter banget bikin kamu luluh, sepinter dia bikin hati kamu perih kalo lagi sama Lia.
Kadang kamu bingung hubungan Soobin sama Lia itu bener apa nggak, soalnya nggak jarang Soobin perhatian ke kamu.
Buka ke geeran, tapi Soobin itu tipe cowok cuek, bahkan ke temen sekelas dia. Kalau kamu perhatiin, emang cuma kamu sih yang dapat perhatian lebih dari Soobin, walau itu jarang dia tunjukkin waktu di kelas.
"Y/n, nanti jawabnya jangan asal biar kepilih."
Kamu ngacungin jempol ke Heejin sebelum kalian pisah karena bangkunya emang berjauhan, dan setelahnya tes di mulai.
Waktunya cuma tiga puluh menit buat jawab lima belas soal isian. Soalnya nggak kayak ujian kok, ini lebih ke test kepribadian sih, dan kamu jawab alakadarnya aja soalnya emang dari awal nggak ada niat gabung pengurus OSIS.
"Y/n, mau pulang bareng nggak?"
Kamu noleh, kaget waktu tau ternyata Soobin yang nepuk pundak kamu.
"Eh, enggak, makasih." jawab kamu, sempat gagap karena tawaran tiba-tiba itu.
"Lo pulang bareng siapa? Gue denger ada anak band ada rapat, abang lo pasti pulang telat, dan ini udah sore."
Yang dibilang Soobin emang benar, tapi kamu nggak mungkin kan nerima tawaran Soobin dengan begitu mudah
Kamu bukan Y/n yang dulu lagi, yang seneng banget kalau Soobin nawarin hal semacam ini, karena situasinya sekarang udah beda.
Kamu ngedarin pandangan, cari anak yang bisa dijadiin alasan biar nggak pulang bareng Soobin.
Sampai akhirnya kedua mata kamu menangkap anak yang sebenarnya nggak banget kalau harus minta tolong ke dia, soalnya kamu udah lama blokir nomer dia biar nggak spam chat lagi. Tapi sekarang posisinya kamu lagi kepepet.
"Gue bareng dia." kamu nunjuk anak yang lagi duduk di bangku taman sambil mainin hp nya, Soobin noleh ngikutin telunjuk kamu, dahinya berkerut.
"Dia? Lo kenal dia?"
Kamu ngangguk. "Namanya Sunwoo, anak IPS satu, gue kenal dia dari jaman MPLS, anaknya baik kok." semoga, kamu nggak yakin sama yang kamu bilang barusan.
"Jangan deh, sama gue aja, gue khawatir lo jalan sama orang yang nggak kenal."
"Gue kenal dia, Bin."
"Gue nggak kenal, jadi gue nggak bisa pastiin lo aman nggak sama dia. Kalo lo di apa-apain gimana, gue nggak mau--"
"Peduli apa lo?" sahut kamu cepat.
Entah kenapa kamu mendadak kesel sendiri, Soobin sok peduli gitu sama kamu, tapi nggak pernah mikirin perasaan kamu gimana waktu dia lagi deket sama Lia.
Sementara Soobin kayak kaget karena nada bicara kamu berubah, tapi kamu lebih kaget lagi karena Soobin pasang wajah datarnya lalu pergi ninggalin kamu setelah mengucapkan satu kata. "Terserah."
.
.
.
.
."Dek, ada teman kamu."
"Iya."
Cekleck.
Yeonjun berdiri di depan pintu kamar kamu waktu kamu buka pintu sambil bawa tas sekolah, Yeonjun cuma merhatiin kamu yang jalan males ngelewatin dia. Kayaknya kamu badmood, sampai lupa nutup pintu.
Emang kamu lagi badmood banget, dan aslinya males mau kerja kelompok hari ini. Tapi masalahnya kamu udah nunda sejak dua hari lalu, dan waktu pengumpulannya tinggal sedikit.
"Baru bangun?" tanya cowok itu yang bakal jadi patner kelompok kamu.
Entah ketiban sial apa kamu bisa satu kelompok sama Haechan, harus siap-siap darah tinggi.
Kamu ngeluarin laptop dari tas, "Gue udah nyari beberapa bahan materi, lo cek, terus edit di powerpoint."
Anehnya dia nggak banyak tanya, langsung ambil alih laptop kamu dan ngerjain apa yang kamu arahin tadi. Syukurlah, kamu bersandar santai di sandaran sofa sambil nungguin dia selesai ngerjain bagiannya.
Bohong kalau kamu nggak kepikiran soal kejadian tadi selesai tes OSIS, perubahan Soobin ketara banget, sampai kamu berpikir kalau yang terakhir ngomong sama kamu itu bukan Soobin.
Kalau buat orang lain, sikap dingin dan datar Soobin udah biasa. Tapi kalau kamu, itu nggak biasa.
"Y/n, lo denger omongan gue nggak sih?"
Kamu mengerjap, langsung noleh ke Haechan yang sekarang natap kamu, ada sorot sedikit kesal di mata dia.
"Apa?" tanya kamu, sewot seperti biasa.
"Gue sejak tadi ngoceh mulu nggak lo dengerin? Pikiran lo kemana aja? Focus dong."
Kamu terdiam, emang daritadi nggak denger Haechan ngomong apa-apa. Pikiran kamu entah melayang kemana aja, kamu emang sulit fokus sejak beberapa hari terakhir.
Lebih tepatnya sejak kejadian di UKS itu.
"Lo kenapa sih?" tanya Haechan, nada bicaranya lebih halus dari yang tadi.
Kamu menggeleng, "Gue cuma haus, mau ambil minum dul--"
"Mikirin Soobin?" sahut Haechan.
Kamu yang udah beranjak mau ke dapur, langsung noleh. Kening kamu berkerut, yang kamu lihat malah Haechan dengan senyuman miring.
Dia berdecak, "Gue ingetin sekali lagi, suka sama Soobin itu kesalahan, dia cuma bisa bikin lo sakit hati."
Deg! Rasanya tertampar sesuatu yang emang nyata. Sakit, tapi kamu nggak terima ada yang menjelekkan Soobin seperti itu, kesannya kayak Soobin itu--
"Dia Playboy."
.
.
.
Tbc~MunLovea
Rabu, 22 April 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Kelas - Choi Soobin [SELESAI]✔
Fanfiction[IMAGINE PROJECT] Suka sama temen sekelas? No!! bukan gue banget - You Awas karma! - Human Buku 1 [Lengkap] Buku 2 [Lengkap] #1 Yn [15-07-2022] ⚠️ Imagine ⚠️ Pasangan di cerita ini murni untuk kepentingan cerita ⚠️ Apa pun yang ada di dalam cerita...