10

6.3K 238 2
                                    

Setelah merengek dengan sejuta rengekan nya, akhirnya, disinilah Naya. Warung kaki lima, bersama Lexi, si cowok manis berlesung pipi.

Kenapa Naya sangat suka sekali makan di kaki lima? Karena menurutnya, di kaki lima terasa lebih nyaman dibanding sebuah restoran berbintang yang mahalnya saja, tapi kenyamanan batin tidak terpenuhi.

Ia suka pecel lele.

Ia suka Silverqueen.

Ia suka barang berbau Brand terkenal.

Ia suka Randy, sayang Randy, dari kemarin kemarin kemarin nya lagi.

Tapi tunggu, kenapa harus si malaikat berhati iblis tersebut yang dibahas? Huft.

"Yaampunnn.. Ini wuenaaaak tenan, gila sih suka banget gue sama pecel lele, top markotop pokonya." Ujar Naya sambil menumpukan piring kedua diatas meja. Kedua? Ah, ia memesan dua porsi.

"Menurut gue, biasa aja sih lele nya kurang kering bumbu bumbu nya juga ga kerasa, hambar." Ujar Lexi menyatakan.

"Itukan menurut Lexi, kalo menurut Naya ini enak banget, enak sedunia pokonya."

"Elah, iya udah serah lo, sarip!" ujar Lexi sebal.

Kanaya menajamkan kedua matanya, mengucek kedua matanya, memastikan. "Randy..." Ujar nya lirih.

"Lex, Randy mau kemana Lex? Dia bakal ninggalin Naya ya? Dia gamau tanggung jawab ya Lex? Dia gasayang Naya ya Lex? Dia mau per--"

"Udah!" seru Lexi.

"Stop numbuhin pemikiran negative kaya gitu, Kanaya,"

"Ayo.." Tarik Lexi mendekati Randy di Cafe sebrang yang terlihat akan pergi dengan pakaian formal nya.

Kanaya tersenyum sebentar, ternyata Lexi pengertian juga. Jadi makin sayang.

Ting!

Bunyi lonceng tersebut, menandakan ada yang masuk kedalam cafe itu.

Terlihat Randy duduk membelakangi nya, segera Naya menghampiri.

"Hh-hai Randy.."

Sang lelaki mendongak. Dadanya bergemuruh saat perempuan yang memenuhi pikiran nya datang tepat dihadapan nya.

"Oh, hai." Jawab Randy tersenyum tipis.

"Boleh kita ngobrol, Naya janji, sebentar kok, please.." Ujar Naya minta pengharapan.

Randy melipat Bibir nya kedalam, pertanda ada sedikit keraguan. "Oke."

"Lex, sst sana!" ujar Naya berbisik, seakan peka, Lexi keluar cafe dan duduk di luar cafe tersebut.

"Mau kemana? Ada urusan ya?" tanya Naya terlebih dahulu, canggung rasanya.

Walau Randy sudah membuat perasaan nya terluka, tetap saja Nay sayang dengan lelaki itu.

"Ah iya, aku mau ke Dubai, ada urusan di sana. Kenapa?" jawab Randy sambil menatap dalam mata Kanaya.

Aku? tanya Naya dalam hati.

"Mmm, kamu beneran gapercaya ya sama bayi yang dikandung aku ini? Tapi satu hal yang harus kamu tau, Randy. Aku baru pertama kali lakuin itu, dan itu sama kamu, gaada sama yang lain. Terus 2 minggu kemudian, aku hamil, anak kamu dan aku. Masih mau raguin?" tanya Naya serius.

"Aku percaya, itu anak aku." Randy menghentikan sejenak kalimat nya.

"Tapi ada satu sisi yang buat aku ragu, untuk bersama kamu, Kanaya." Lanjut lelaki itu dengan nada bicara sedikit melemah.

"Kenapa Randy? Kenapa kamu bisa ragu sama aku?! Setelah kamu buat aku kayak gini, kamu masih tega sakitin aku? I'm dying, Ran." Lemah Nay yang mulai mata nya memanas.

Ah sial, tadinya ia enggan untuk menangis dihadapan lelaki ini, tapi ternyata salah.

"Sintya. Sintya yang buat aku ragu sama kamu. Dia punya informasi tentang kamu, dan aku percaya itu. Mulai dari kamu sering main ke club, pulang tengah malam, sampai jadi simpanan lela--"

Plak!

"Jaga omongan kamu! Bahkan kamu dapet informasi dari orang yang salah, Randy! Ternyata bener ya, Sintya udah lemahin kamu dengan segala omongan busuk nya. Dan kamu percaya, Sintya semakin senang kamu tunduk sama dia, Randy!" ujar Naya dengan bercucuran air mata.

Sintya, you're son of bitch. Really.

"Aku tau. Izinin aku untuk ngambil lebih banyak waktu agar aku ga ragu lagi sama kamu, Nay.." Ujar Randy sambil menatap kedua mata sembab tersebut.

Sambil menghapus air mata Nay, dia berujar. "Aku minta maaf, aku akan ke Dubai, dan aku harap semoga keraguan aku udah hilang, dan kita bisa bersama selamanya, Kanaya.. "

Segera Naya berhambur memeluk laki laki itu.

"Aku takut Randy, takut banget." ujar Nay sambil mengeluarkan ingusnya pada jas mahal Randy nya itu.

Randy tersenyumntipis sambil mengusap ringan kepala Nay, "Gaada yang perlu kamu takutin Kanaya, tenang. Aku akan ke Dubai beberapa bulan, lalu kesini lagi. Aku janji aku akan coba hapus keraguan itu untuk kita.." Ujar Randy mengecup puncak kepala Nay.

Sambil mengangguk pelan. "Aku sayang kamu, Randy.. " Ujar Naya pelan yang tentu saja hanya Randy dan Tuhan yang dapat mendengarnya.

"I know, I'm sorry."

Ada setitik rasa kecewa disudut hatinya, saat Randy tak membalas ucapan sayangnya. Ah, ini bukan waktu yang tepat untuk mempermasalahkan itu.

"Tunggu aku, aku akan balik kesini, gaakan lama kok." Ujar Randy sambil melepas pelukan nya.

"Aku akan selalu nunggu kamu."

"Aku harus pergi sekarang, jam keberangkatan aku 30 menit lagi, baik baik disini. Aku pergi, ya." ujar Randy sambil keluar cafe. Tapi baru lima langkah keluar cafe, ia membalikan badan dan menghadap ke arah Naya berada.

Naya heran, Naya menaikan satu alisnya pertanda dia heran.

Randy tersenyum.

Randy menampilkan senyum terbaiknya seakan itu adalah obat rindu yang jika Naya merindukannya, Naya bisa mengingat momen ini.

"Daahh. " Ujar Randy dengan gerakan mulut tanpa suara.

Sama halnya, Kanaya juga. "Daahh."

Setelah melihat mobil Randy melaju menuju Soekarno-Hatta, ia menunduk.

"Jadi seperti ini rasanya bertemu dengan obat rindu?" gumam Naya seraya mengelus perutnya.

"Nayaaa!!!! Woy!!! KANAYA QUEENZA CEPET KELUAR DAN KE MOBIL, ANJIRR!!!" teriak Lexi tidak sabaran.

Kanaya mengerutkan alisnya seraya berjalan keluar.

Sampai pinggir jalan, tawanya pun pecah.

"HAHAHAHA!! mampus lo ketek kuda! Ayo Mal, pepet terosssss Lexi nya jomblo kok!" gelak Kanaya sambil memegangi perutnya.

Tampak didepan nya ada pemandangan dimana Timal melepas Wig-nya, dan berlari mengejar Lexi seakan minta dibelai.

"Timal please stop it!!! Shut up here, bitch! Balik lagi lo sono, underwear gue melorot! Yaallah maafkan hamba berkata kasar hari ini, abisnya ada bencong ngeselin nya naujubillah yaallah.." Ujar Lexi sembari menegadahkan tangan nya.

"Mas.. Underwear nya katanya melorot.. Mau Timal taikin?.." Tanya Timal sambil mengedipkan salah satu Mata nya.

Nay yang semakin tertawa itu hanya mengusap-usap perut nya yang terasa keram.

"NDASMU!"

Randy, Lexi, dan Timal, thank you. You made my day.

***

hv a good day always.

withlovely,

skye.

Mr. B (Sudah terbit E-Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang