15

4K 157 1
                                    

Kanaya berjalan santai di koridor Kampus sembari memainkan Handphone nya. Sambil menaikan tottebag Channel nya itu,

"Eh liat liat, masa ada cewek hamil gitu, mana jurusan model. Gamalu apa ya?"

Setelah celetukan itu terdengar, baru lah Kanaya menggeram marah.

Nay memutar tubuh nya menghadap dua perempuan itu, "Kalau mau ngomongin gue, sini, gue dengerin. Atau kita mau ke Kantin aja?" tanya Kanaya sambil menggertakan kaki heels Dior nya itu.

Kedua wanita itu membeku ketakutan. Jelas, mereka bergetar menahan takut seperti ini karna mereka tahu, papa Kanaya adalah donatur terbesar pada kampus ini. Catat, TERBESAR.

"Mm-maaf kak.." Lirih salah satu wanita itu.

Kanaya mengangkat salah satu alisnya. "Udah? Udah puas belum ngomongin gue nya? Ayo gue dengerin, bentar lagi gue ada kelas."

"Enggak kak, kita permisi."

Lalu kedua perempuan tersebut melengang cepat cepat dari hadapan Kanaya.

Kanaya menghela nafas panjang. Pagi pagi sudah ada yang berani merusak mood nya, kurang ajar!

"Maafin bunda ya sayang, Bunda udah marah marah pagi ini." Monolog perempuan itu saat kembali melanjutkan langkah nya.

Baru satu detik Kanaya mendudukan bokongnya,

"NAYA!!! LO HARUS TAU NAY, INI BRIKING NIWSSS BANGETT!" kata Xandri sambil tergesa ketempat duduknya.

Lihat saja, saking tergesa nya mulut nya sudah seperti ikan kehabisan nafas.

"Sepupu lo itu kenapa manis banget si?!!!!! Xandri kan jadi tambah cinta." Kata Xandri teriak. Untungnya belum banyak yang datang.

Kanaya mengulum senyumnya. "Gue yakin, Lexi pasti perlahan udah luluh sama lo!"

"Aaaa iya dong, jelas gaada bisa yang nolak pesonanya Alexandria!" kata nya angkuh.

"Inget ya, Channel nunggu kalo lo lupa." Kata Naya mengingatkan.

Xandri menggeplak jidatnya sendiri pelan. " Astaga! Ga kok, gue gabakal lupa, Naya sayang. Lo tenang aja gue pastiin balik ini, kita langsung nge-mall! Oke?"

"Yesss!!!" kata Naya sambil menggerakan tangannya.

***

Setelah selesai kelas hari ini, mereka berdua berangkat ke Mall.

Saat sedang menuju Store yang menjual para Brand- terkenal itu, Xandri berhenti sejenak.

Naya keheranan dengan mata Xandri yang tidak lepas dari store Victoria Secret.

Naya melotot saat yang keluar adalah Randy? Apa ia sudah pulang dari Dubai? Kenapa lelaki itu tak mengabari nya?

Kanaya menunduk pasrah. Harusnya, dari awal ia sadar bahwa Randy tak pernah bisa lagi bersama nya. Itu hanya ngan angan, yang mungkin memang hanya angan-angan.

"Ayo, langsung pilih tas aja. Gausah perhatiin dua setan itu." Kata Xandri sambil menarik lengan sahabatnya itu.

Nay hanya diam. Menikmati rasa perih yang mulai menjalar pada bagian hati nya.

"Plis Kanaya, ini bukan waktu lo buat sedih. Come on, pilih tas yang lo suka." Kata Xandri sambil mendorong pelan Kanaya.

"Ini bagus nga?" kata Naya sambil mengangkat tas bewarna Almond itu.

"Gilak! Lucu masa."

"May i?"

Xandri diam.

"Yea, u want it, u got it!"

Walaupun kejadian tadi hanyalah kejadian yang tidak ada apa-apa nya, Nay tetap saja merasa sedih. Apa ini memang hormon nya sebagai ibu hamil? Tapi, apa harus se-berlebihan ini?

Kanaya tertawa anggun. "Wlek!"

Xandri melotot lagi. "Awas lo!"

"Ayok ah, Xan, udah pegel nih."

"Iya iya bumil. Gue impas ya, gaada Channel lagi buat lo, fix gaada utang." Kata Xandri sambil merangkul Kanaya.

"Gue belum minta ke Lexi, hehehe." Cengir Kanaya.

"Urusan dia lah, duit duit dia kan!" kata Xandri sambil merapikan rambutnya di layar Handphone.

Xandri adalah tipe perempuan yang harus bercermin dimana pun ia berada.

Pokoknya, menurut Xandri penampilan itu nomor 1.

Setelah pulang, dan sekarang Kanaya sedang berbaring menggunakan mukena nya dikasur. Baru saja dia selesai menunaikan sholat maghrib. Sudah banyak sekali dosa dosa yang ia perbuat, masalah yang ia buat, jadi, kemana lagi tempat mengadu, selain ke Maha Pengampun itu?

Mata nya tak lepas memerhatikan foto lelaki, yang selalu mengisi ruang hati nya. Siapa lagi jika bukan tuan Randy Bagaskara?

"Aku.. Beneran capek, Randy. Andai kamu ngerti, andai kamu tau kalau aku sedang bertahan dengan janin kita. Aku bertahan mati-matian untuk ini," sambil mengusap ponselnya yang menampilkan foto lelaki itu.

"Randy, apa kita harus sesulit ini? Apa kita harus se-mustahil ini? Apa aku harus sesakit ini juga? Kenapa hanya aku yang sakit?"

"Semoga, besok ada keajaiban yang bisa bikin kamu tidak ragu lagi sama aku, ya." Kata Naya sambil mengelus perut nya.

Tak terasa, sudah 4 bulan kehamilan nya ini. Ah, Kanaya makin tidak sabar menunggu anak mungilnya itu mengenal dunia.

Semoga nanti anak nya menjadi anak yang selalu baik pada hal-hal kecil sekalipun.

Sungguh, Kanaya tidak bisa membayangkan betapa ia mencintai anak nya ketika nanti ia sudah melahirkan.

Tangan nya yang mungil, tangisan nya yang merdu, senyum yang tak ada gigi nya, Nay sangat tidak sabar untuk melihat dan menemani anak nya melalui masa-masa tersebut. Ya walaupun menurutnya tangisan bayi itu gak ada lucu-lucu nya sama sekali, sih. Malah ia sangat emosi ketika mendengar Keponakan nya menangis.

Tapi, saat ini, semuanya terasa berubah. Nay menjadi orang yang paling ingin mendengar suara itu sekarang.

Seberapa mengesalkan Bunda nanti, tolong maafkan Bunda, ya. Karena ini pertama kali nya Bunda jadi seorang Ibu buat kamu, Nak.

Kanaya menulis tulisan itu tepat dibawah album foto ia dan kehamilan nya. Walau belum ada foto bersama Randy, tapi tidak apa-apa kok! Ia masih senang.

Jika dibilang lelah, ia sangat lelah. Berdiam diri dalam angan-angan tak jelas itu.

Sungguh, takdir ini membuatnya sangat gila.

"Kanaya?"

***

tbc.

//skye

Mr. B (Sudah terbit E-Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang