13

3.8K 160 2
                                    

"Huh, untung aja tu bencong ga ngikutin kita nyampe rumah lo, Nay. Emang udah sarap ya tu bencong gaabis pikir gue, haduhh Xandri yang cantik jelita aduhai bohay gini dikejar bencong, tidak berkemanusiaan!" kata Xandri saat sudah memakan tandas nasi goreng nya.

"Cuman Timal elah, gue pelototin aje tu bencong kabur! Emang si ya tidak ada yang menolak pesona Kanaya Queenza, sekalipun bencong! HAHAHA!!" ujar Nay sambil tertawa lepas.

"Ehmm.." Ditengah tawa yang masih terdengar, Xandri mendehem.

"Lexi... dimana Nay?" tanya Xandri setengah berbisik.

"Tau tu anak, biasanya sering kesini walaupun tujuan nya cuma numpang makan sama ngegym dibelakang, tapi belakangan ini jarang dia kesini, liburan kali. Et... Bentar bentar,"

Mata Nay melirik Xandri menggoda,

"Naksir ya lo?! Asikkkk ada yang naksir sepupu gue yang macem tai kebo itu, tapi gapapa ko Xan, dia itu baik, dia itu juga ganteng, cocok lah sama lo yang modelan kaya gini." Ujar panjang lebar Naya sambil membayangkan Xandri dan Lexi berpacaran.

Mata Xandri melirik sinis kearah Naya, "Sembarangan ya mulut lo! Gue itu cuma penasaran kelessss abisnya Lexi itu type gue banget.. Lemah lembut gitu.." Kata Xandri malu malu.

"APA?!!! Lemah lembut lo bilang?! Najis najis banget gue. Asal lo tau ya dia itu toa kedua dimasjid komplek ini!" Kata Naya menggebu gebu.

Xandri cengo. Toa kedua?

"Toa kedua maksudnya apansi, anjir!" kata Xandri sambil menarik pelan rambut sahabatnya itu.

"Iya toa kedua! Dia tuh trouble banget, gue pernah lagi hibernasi terus dia teriak teriak kaya orang lagi kesurupan, sumpah orang itu nyebelin abis! Dan lo harus tau, Lexi itu suara nya melebihi suara Timal kalo lagi ngegoda Genggong lo tau!" kata Naya menggebu gebu.

"Tapi gue restuin hubungan lo sama Lexi karena sepupu gue itu gan--"

Tringgg!

Tringgg!

Xandri dan Naya melirik pada handphone dihadapan mereka. Ternyata ponsel Kanaya.

Tertera nama kontak seorang lelaki, yang sedang ia rindukan.

"Hh-halo" Kata Naya gugup.

" ...."

"Gausah pikirin itu, Naya baik disini, Randy juga harus baik disana, ya.."

"..."

"Ap-pa?"

"...."

"Oh, iya deh kalo ada Sintya disana yang ngurus Randy, kalo gitu udah ya, malam." Kata Naya sambil mengakhiri telpon sepihak.

Pasti Randy berbohong kan? Mana mungkim Sintya sudah disana. Jelas jelas tadi siang mereka bertemu.

Apa Randy sengaja mematahkan Nay?

Tak lama, kedua mata jernih itu siap meluncurkan cairan bening.

"Nay? Are u okay?" kata Xandri mendekat.

Naya menatap Xandri, menatap dengan penuh kerapuhan. "Gue.... gabaik baik aja.. "

Xandri segera merengkuh sahabat nya itu.

"Gapapa Nay, lo boleh nangis kok, nangis sesuka lo. Asal, tau batas karena saat ini lo itu punya dua nyawa.." Ujar Xandri sambil mengelus pelan punggung wanita dihadapan nya.

Tapi tak ada jawaban dari gadis cantik itu. Yang terdengar hanya isakan, mungkin itu cukup menjelaskan saat mulut Kanaya sudah tidak sanggup melontarkan kata kata.

"Lo harus kuat, bukan untuk Randy. Buat lo, anak lo, bunda dan papa lo. Lo boleh sedih, lo boleh nangis, lo boleh ngeluh, tapi lo gaboleh nyerah. Lo punya tanggung jawab, lo punya bayi. Apa lo gamau kuat untuk calon anak lo? Plis, kuat ya.. " Ujar Xandri sambil menatap Naya.

"Ok."

Nampaknya, Kanaya belum mampu mengucapkan kata kata panjang, takut isakan nya kembali muncul.

"Emang ya, si cabe itu gaada kapok kapoknya gangguin hidup lo! Tu orang hidup nya buat dosa mulu, kalo gue tuhan, gue bakal sukarela nyabut nyawa dia agar berenti berulah sama hidup orang!" ujar Xandri menggebu gebu.

"Gue orang yang bakal nentang banget hubungan si sabe itu sama Randy! Gacocok parah! Emang nya Randy mau ya kalo si cabe itu mekap, alisnya gede sebelah gitu kaya paralon!" tambah Xandri lagi.

"Nih ya Nay kalo gue jadi lo it--"

GROOOOOK!

GROOOOOK!

"Astaga, dia ngorok?! Demi apa dia ngorok?! Itu hidung dia kesumbat apan sih, anjay!" kata Xandri smbil bergidik ngeri kearah Naya.

Tak lama Xandri pun ikut menyusul Naya kealam mimpi.

"Mimpi indah Kanaya." Kata Xandri sembari menepuk pelan kepala wanita tersebut.

***

At Dubai.

Lelaki berjas mahal tersebut sedang menumpukan kepalanya diatas meja kerja. Ia sungguh dilanda kebingungan yang sangat. Ia mencintai Kanaya, tapi ada faktor yang mempengaruhi ia untuk membangun benteng keraguan didalam dirinya.

Ia sayang Kanaya, ia berharap Kanaya bisa bersabar sedikit lagi, menunggu ia seperdetik lagi, agar bisa meruntuhkan keraguan tersebut.

Sungguh, jika Kanaya sakit, jiwa didalam dirinya pun ikut terbawa sakit. Entah, mungkin ia terlalu mencintai wanita itu.

"Kangen.." Monolog ia dengan mata terpejam.

"Sayang... kamu udah makan belum? Nih aku bawain kamu makan Ran, aku masak sendiri lohh! Makan yuk!" Sintya datang dengan kotak makan ditangan nya.

Entah, ia mengira bahwa Sintya terus terusan menggodanya, dan ia risih. Tapi terkadang jika ia rindu dengan Kanaya, ia bisa melakukan One Night Stand dengan Sintya.

Ah sudah lah.

"Udah, sama Niko." Ujar Randy singkat.

Sintya menunduk kecewa. "Yaah padahalkan aku udah masakin ini buat kamu, aku bangun pagi buat bikinin kamu ini, dan kamu tega biarin kerja keras aku?"

"Ck! drama amat sih hidup lo! Stop deh Sintya, stop berhenti peduli sama gue kalo kenyataan nya lo cuma bikin gue sama Kanaya jauh. Udah muak tau gak gue!" ujar Randy panjang lebar. Baru kali ini ia mengorbankan omongan panjang nya untuk berbicara kepada wanita licik didepannya.

"Kenapa sih?! Selalu Kanaya Kanaya terus! Apa lo gabisa ganti posisi hati lo buat gue?! Gue tuh cinta Randy, cinta sama lo! Oke kalo lo gabisa bales perasaan gue, tapi gue mohon jangan sebut wanita pelacur itu didepan gue!!!" teriak Sintya sambil menggoncang goncangkan bahu Randy kencang.

Randy menghempaskan tangan wanita tersebut. "Udah?"

"Emang iblis ya lo! Liat aja, gue akan hempas si Kanaya jelek itu dari muka bumi ini, dan lo bisa hidup berdua dengan gue!" ancam Sintya sambil keluar ruangan tersebut.

"Orang gila!" kata Randy sambil melonggarkan dasi nya yang terlalu mencekik leher nya.

Ia segera membasuh seluruh tubuhnya di guyuran air shower. Berharap kerinduan itu akan segera lenyap dari dirinya. Rindu yang tertuju pada wanita nya-itu.

***



To be continued.

Mr. B (Sudah terbit E-Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang